KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (PERSERO)

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Likuiditas

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.13/ 24 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014

1/15/2016. Mitigasi Risiko dan Tata Kelola Konglomerasi Keuangan

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

Kebijakan Manajemen Risiko

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara umum, bank yang sehat adalah bank yang menjalankan fungsifungsinya

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

Metodologi Pemeringkatan Kemampuan Membayar Klaim untuk Perusahaan Asuransi Umum*

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada sektor riil. Karakteristik industri perbankan berbeda jika dibandingkan

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

STIE DEWANTARA Pengelolaan Risiko Kredit

BAB I PENDAHULUAN. dipicu oleh fenomena gagal bayar subprime mortgage bertransformasi menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERMINTAAN TANGGAPAN ATAS RANCANGAN SURAT EDARAN OJK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

No. 3/31/DPNP Jakarta, 14 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2015 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

KEBIJAKAN SISTEM PENGUKURAN PROFIL RISIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PEDOMAN DAN TATA KERJA DEWAN KOMISARIS

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE PEMANTAU RISIKO PT.BANK RIAU KEPRI

No.11/ 16 /DPNP Jakarta, 6 Juli Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Manajemen Risiko untuk Risiko Likuiditas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 40 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

*13423 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 24 TAHUN 2002 (24/2002) TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Memastikan sistem pengendalian internal telah diterapkan sesuai ketentuan.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN. Nilai HQLA setelah pengurangan nilai

LAPORAN PERHITUNGAN KEWAJIBAN PEMENUHAN RASIO KECUKUPAN LIKUIDITAS (LIQUIDITY COVERAGE RATIO ) TRIWULANAN

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2015, No Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diatur dalam suatu Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimak

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

Transkripsi:

PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (PERSERO)

A. Umum Dokumen Kebijakan & Prosedur Manajemen Risiko selanjutnya disebut KPMR merupakan dokumentasi dari kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh Perseroan bagi seluruh kegiatan Perseroan. Oleh karenanya, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan merupakan panduan dan batasan kerja bagi seluruh personil dan organ Perseroan berkaitan dengan proses manajemen risiko kegiatan usaha dan kegiatan operasional Perseroan. Regulasi yang menjadi rujukan dalam penyusunan KPMR antara lain: 1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 3. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 juncto Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2005 tentang Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2011. 5. Peraturan Menteri Keuangan No. 88/PMK.06/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Perusahaan Perseroan (Persero) di Bawah Pembinaan dan Pengawasan Kementerian Keuangan. 6. Merujuk Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. 7. Merujuk Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara 8. Merujuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 beserta lampirannya. Risiko didefinisikan sebagai potensi kerugian yang dihadapi Perseroan di masa depan akibat dari tindakan yang dilakukan ataupun tidak dilakukan pada saat ini. Risiko yang akan dibahas dalam kebijakan ini memiliki 3 dimensi, yaitu dimensi ketidakpastian di masa depan; dimensi kerugian material maupun immaterial; serta dimensi tindakan atas kondisi yang terjadi. Perseroan menetapkan 8 jenis risiko yang harus dikelola Perseroan dalam melaksanakan kegiatan usaha dan kegiatan operasionalnya, yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko stratejik, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko operasional, dan risiko reputasi. 1. Risiko Kredit adalah potensi kerugian karena tidak diterimanya kembali piutang pokok dan/atau bunga ataupun hasil investasi yang ditanamkan Perseroan pada pihak lain. 2. Risiko pasar adalah potensi kerugian karena nilai aset keuangan yang dimiliki Perseroan terpengaruh oleh perubahan harga pasar. 3. Risiko likuiditas adalah potensi kerugian yang timbul karena ketidakmampuan Perseroan menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. 4. Risiko strategik adalah potensi kerugian akibat pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategis serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan bisnis. 5. Risiko kepatuhan adalah potensi kerugian akibat tindakan tidak mematuhi dan/atau tidak memenuhi peraturan/regulasi/kebijakan/prosedur yang berlaku. 6. Risiko hukum adalah potensi kerugian akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek hukum. 7. Risiko operasional adalah potensi kerugian akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 1-9

8. Risiko reputasi adalah potensi kerugian akibat menurunnya tingkat kepercayaan pemangku kepentingan yang bersumber dari persepsi negatif atas kejadian berkaitan dengan aktivitas Perseroan. Ukuran risiko Perseroan menggunakan 4 level ukuran yaitu level rendah, level moderat, level tinggi dan level sangat tinggi. Berkaitan dengan ukuran risiko, ada 3 dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi probabilitas, eksposur dan dampak. Dimensi probabilitas, yaitu ukuran kemungkinan terjadinya kerugian. Dimensi eksposur, yaitu besar aset Perseroan yang terpapar oleh potensi kerugian. Dimensi dampak, yaitu besarnya pengaruh dari kerugian yang mungkin terjadi. Eksposur risiko yang terjadi merupakan konsekuensi dari Risk Appetite & Risk Tolerance yang akan diterapkan oleh Perseroan dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Yang dimaksud dengan Risk Appetite dalam manajemen risiko adalah jenis dan besarnya risiko yang akan diambil Perseroan dalam melaksanakan kegiatannya. Risk appetite Perseroan secara periodik ditetapkan oleh Perseroan dengan menetapkan Risk Based Capital. B. Proses Manajemen Risiko Dalam menjalankan fungsi manajemen risiko, kegiatan utama dalam proses Manajemen Risiko adalah sebagai berikut: 1. Penetapan konteks kebijakan manajemen risiko 2. Pengusulan dan persiapan penerapan kebijakan manajemen risiko 3. Komunikasi dan konsultasi dalam proses manajemen risiko 4. Identifikasi risiko 5. Analisis risiko 6. Evaluasi risiko 7. Butir 4, 5 dan 6 disebut penaksiran terhadap risiko (risk assessment) 8. Perlakuan dan proses mitigasi risiko 9. Pemantauan dan review atas proses manajemen risiko 10. Pelaporan proses manajemen risiko dan profil risiko Salah satu bagian penting dari kegiatan manajemen risiko yang dijabarkan melalui gambar 1 di atas adalah perlakuan risiko yang dalam hal ini berarti mitigasi risiko. Mitigasi risiko adalah perlakuan untuk mengurangi dampak kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Metode mitigasi risiko secara umum dikelompokkan sebagai berikut menyebarkan risiko (spread risk); mengurangi risiko (reduce risk); mengalihkan risiko (transfer risk); menerima risiko (retain/accept risk). Proses dan perlakuan mitigasi risiko dapat dilakukan dengan menerapkan 1 metode atau lebih, sesuai target Risk Tolerance yang ditetapkan Perseroan. Pemilihan mekanisme ataupun metode mitigasi risiko juga harus mempertimbangkan biaya mitigasi terhadap potensi kerugian yang mungkin terjadi dengan cara melakukan cost and benefit analysis. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 2-9

C. Tata Kelola Manajemen Risiko Dalam menjalankan fungsi manajemen risiko pada Perseroan terdapat organ-organ yang menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka pelaksanaan praktik manajemen risiko pada Perseroan. Secara umum organ manajemen risiko terdiri dari Dewan Komisaris, Direksi, Komite Manajemen Risiko, Divisi Manajemen Risiko, dan Risk Taking Units (Divisi terkait). Pembagian tanggung jawab serta tugas dari masing-masing organ dijelaskan pada RACI Matriks. Dalam RACI Matriks, organ-organ Perseroan dikelompokan menjadi 4 diantaranya, R (responsible) bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan; A (accountable) bertanggung jawab untuk membuat keputusan kebijakan manajemen risiko yang akan diterapkan; C (consulted) bertanggung jawab untuk memberikan arahan atas kebijakan yang diterapkan; dan I (informed) bertanggung jawab untuk melakukan review. Penerapan RACI Matriks pada organ-organ manajemen risiko adalah sebagai berikut: No Proses Manajemen Risiko Dewan Komisaris Direksi Komite Manajemen Risiko Divisi Manajemen Risiko Divisi Terkait 1 Persiapan/pengusulan I A - R I 2 Komunikasi & konsultasi I A C R C 3 Menentukan kebijakan I A C R C 4 Identifikasi risiko I C C R R 5 Analisis risiko I C C R R 6 Evaluasi risiko I A C C R 7 Perlakuan risiko I A C C R 8 Pemantauan R A R R C 9 Pelaporan I A R R R Berdasarkan RACI Matriks diatas, tugas dan tanggung jawab dari masing-masing organ adalah sebagai berikut: 1. Risk Taking Unit adalah divisi atau unit kerja atau fungsi kerja yang terkait langsung dengan dan/atau berhubungan langsung dengan eksposur risiko yang berkaitan. Risk Taking Unit bertugas untuk: a. Melakukan identifikasi awal risiko yang dihadapi dan berkoordinasi dengan Divisi Manajemen Risiko & Kepatuhan untuk melakukan penaksiran risiko. b. Mengusulkan mitigasi ataupun perlakuan atas risiko yang akan dihadapi dengan sebelumnya berkoordinasi dan menerima masukan dari Divisi Manajemen Risiko & Kepatuhan. c. Melaksanakan pemantauan secara periodik. d. Melakukan pelaporan atas proses manajemen risiko yang telah dilaksanakan beserta hasil dari mitigasi yang diterapkan. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 3-9

2. Divisi Manajemen Risiko & Kepatuhan bertanggung jawab untuk melaksanakan koordinasi proses manajemen risiko. Tugas Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan berkaitan dengan fungsi dan kegiatan manajemen risiko adalah antara lain: a. Melaksanakan dan menjalankan fungsi koordinasi kegiatan manajemen risiko secara menyeluruh. b. Melakukan koordinasi dalam implementasi kebijakan dan prosedur manajemen risiko. c. Melakukan proses identifikasi, analisis dan evaluasi risiko. d. Melakukan pengusulan kebijakan baru. e. Melaksanakan pengkinian dokumen Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko agar selalu sesuai dengan perkembangan dan kondisi Perseroan. f. Melaksanakan pemantauan, review, dan pengukuran profil risiko Perseroan secara periodik. g. Secara aktif memberikan dukungan kepada seluruh unit kerja terkait agar risiko Perseroan selalu dalam profil risiko yang ditargetkan. h. Memberikan informasi terkini, berkala dan tepat waktu mengenai kondisi risiko Perseroan secara individual jenis risiko dan agregat. 3. Komite Manajemen Risiko adalah komite di bawah Direksi yang bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi proses manajemen risiko dan kebijakan manajemen risiko. a. Melakukan review atas usulan perubahan dan penerapan KPMR yang berlaku termasuk strategi, rencana kerja, pengembangan, dan implementasinya. b. Melakukan evaluasi atas proses penerapan KPMR di unit-unit organisasi Perseroan secara berkala sekurang-kurangnya sekali dalam tiga bulan maupun secara insidentil. c. Memberikan rekomendasi kepada Direksi tentang perbaikan, penyempurnaan, dan pengembangan konsep, metode serta perangkat yang digunakan dalam penerapan KPMR. d. Memberikan rekomendasi atas permohonan yang berkaitan dengan risiko terkait transaksi atau aktivitas tertentu/baru yang membutuhkan evaluasi dan rekomendasi Komite Manajemen Risiko. e. Memberikan rekomendasi atas usulan limit risiko. f. Memberikan opini kepada Direksi terkait dengan keputusan bisnis yang akan menyimpang dari kebijakan dan prosedur yang sudah ada, apabila diminta. 4. Direksi bertanggung jawab untuk memastikan proses manajemen risiko dilaksanakan di seluruh lini organisasi Perseroan dan menetapkan kebijakan manajemen risiko yang diterapkan. a. Menetapkan kebijakan, strategi, dan obyektif pengelolaan risiko. b. Memberikan persetujuan atas perubahan kebijakan, infrastruktur manajemen risiko, metode perhitungan/manajemen risiko yang akan diterapkan, penetapan limit risiko dan penetapan alokasi modal untuk menutupi risiko. c. Melakukan supervisi dan memastikan pelaksanaan proses manajemen risiko sesuai kebijakan yang berlaku. d. Memastikan pelaksanaan proses kaji ulang dan review periodik atas kebijakan manajemen risiko, register risiko dan limit risiko. 5. Dewan Komisaris bertanggung jawab melakukan pengawasan atas proses manajemen risiko yang dilaksanakan oleh Direksi dan bertanggung jawab melakukan review secara periodik atas pelaksanaan manajemen risiko yang dilaksanakan oleh Direksi. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 4-9

a. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi. b. Melakukan evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi. c. Memberikan arahan, masukan dan rekomendasi atas proses manajemen risiko yang dilakukan oleh Direksi. d. Memberikan masukan arah pengembangan infrastruktur manajemen risiko Perseroan. D. Risiko Kredit Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu risiko yang harus dikelola Perseroan adalah risiko kredit. Risiko kredit merupakan risiko utama Perseroan karena kegiatan bisnis Perseroan salah satunya adalah penyaluran pinjaman sehingga portofolio kredit Perseroan cukup besar. Produk/aktivitas yang mengandung risiko kredit antara lain penempatan dana (deposito dan surat berharga), penyaluran pinjaman kepada penyalur KPR maupun penyaluran pinjaman dengan mekanisme channelling atau karena portofolio dari hasil pembelian portofolio KPR melalui/dari lembaga penyalur KPR. Sumber risiko kredit adalah kemauan dan kemampuan counterparty untuk melakukan pengembalian dana berikut bunga ataupun hasil investasi kepada Perseroan. Kemauan pengembalian dievaluasi berdasarkan catatan histori kredit yang tercatat secara formal di lembaga pengelola informasi kredit. Untuk memastikan catatan kredit yang baik dari counterparty, semua informasi dari pihak lain ataupun yang tersedia di media publik harus digunakan sebagai masukan untuk melakukan review. Kemampuan counterparty dievaluasi berdasarkan track record data keuangan formal yang diterbitkan oleh counterparty, aktivitas usaha/operasional yang dilakukan dan kecukupan infrastruktur & tata kelola kegiatan operasional usahanya. Data keuangan yang dipakai untuk evaluasi kemampuan counterparty minimal data keuangan yang sudah diaudit oleh akuntan publik untuk periode 1 tahun operasi usaha. Evaluasi atas operasional kegiatan counterparty dapat pula menggambarkan tingkat kemampuan counterparty dalam mengelola kegiatannya dan kemampuan counterparty menghasilkan keuntungan dari operasi usahanya. Proses yang harus dijalankan setelah identifikasi serta evaluasi dari terhadap risiko kredit adalah mitigasi risiko kredit. Tujuan dari mitigasi risiko kredit adalah mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun mengurangi besarnya kemungkinan kerugian. Metode dan mekanisme mitigasi terhadap risiko kredit, diantaranya dengan cara: 1. Mendapatkan counterparty dengan peringkat kredit yang baik atau dapat diterima sesuai Risk Appetite Perseroan. 2. Melakukan pemeringkatan risiko operasional counterparty dalam melakukan penyaluran pembiayaan perumahan (khusus untuk counterparty penyaluran pinjaman/pembiayaan). 3. Mengikat counterparty secara sistematis dan secara hukum untuk memenuhi hal-hal yang disepakati dengan Perseroan. 4. Melakukan pemantauan atas aktivitas counterparty secara berkala dan informasi yang berkembang berkaitan dengan aktivitas counterparty. 5. Meminta dan mengikat jaminan atas pembiayaan yang diberikan. 6. Melakukan pemeringkatan risiko atas portofolio jaminan. 7. Mendapatkan hak untuk menukar jaminan yang tidak sesuai dengan kesepakatan. 8. Menggunakan asuransi risiko atau penjaminan pihak ketiga. 9. Membatasi maksimum eksposur sesuai dengan kekuatan dan kemampuan counterparty. 10. Melakukan pencadangan untuk aset yang memburuk. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 5-9

Dalam penerapannya, mitigasi risiko dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa metode ataupun mekanisme yang memungkinkan untuk mendapatkan proteksi yang optimal dengan biaya yang paling efisien. Salah satu cara yang dianggap paling efisien adalah dengan cara melakukan pemeringkatan terhadap counterparty pinjaman ataupun penempatan dana. Peringkat kredit counterparty menggambarkan tingkat risiko counterparty yang bersangkutan sebagai hasil dari proses identifikasi risiko kredit. Pemeringkatan kredit adalah metode kuantitatif untuk menilai faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif dari kondisi counterparty yang dapat menggambarkan kemampuan keuangan dan kemampuan usaha counterparty adalah dengan cara menghitung risiko usaha serta risiko finansialnya. Risiko usaha dari masing-masing counterparty dihitung dengan mempertimbangkan hal-hal antara lain pangsa pasar, distribusi kegiatan usahanya, diversifikasi atau keberagaman produknya, serta kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan counterparty tersebut. Di sisi lain, risiko finansial menjadi aspek lain yang digunakan dalam menilai kemampuan counterparty untuk dapat membayar kembali kewajibannya kepada Perseroan. Risiko finansial mempertimbangkan hal-hal antara lain kekuatan modal, kualitas aset, profitabilitas, likuiditas, serta flexibilitas keuangan. Selain kedua hal tersebut, Perseroan dalam menilai counterpartynya juga mempertimbangkan kemampuan pemegang saham/perusahaan induknya. Untuk melaksanakan misi pengembangan pasar pembiayaan perumahan sesuai yang ditetapkan di dalam Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 juncto Nomor 15 Tahun 2005, Perseroan tidak menetapkan batas bawah peringkat kredit dalam penyaluran pembiayaan ataupun penempatan dana. Perseroan menggunakan 22 level peringkat kredit dari yang terbaik sampai dengan yang terburuk. Disamping pemberian peringkat terhadap counterparty, Perseroan juga menerapkan pemberian limit terhadap masing-masing counterparty. Untuk setiap level peringkat risiko kredit, ditetapkan Counterparty Risk Weight (CRW) sebagai indikator bobot risiko kredit dari counterparty berdasarkan data statistik kerugian untuk kelompok counterparty dengan level peringkat kredit yang sama. Dalam hal Perseroan belum memiliki data historis untuk menentukan CRW, maka dapat mengadaptasi data dari regulasi lembaga yang kompeten dan melakukan penyesuaian seperlunya. Penetapan angka CRW didokumentasikan di dalam dokumen kebijakan pemeringkatan kredit dan penetapan limit kredit. Berdasarkan rasio tersebut besarnya nominal eksposur risiko kredit maksimum yang dapat diberikan oleh Perseroan akan sangat tergantung dari besarnya CRW counterparty. Semakin besar CRW maka semakin kecil nominal eksposur risiko kredit yang dapat diberikan kepada counterparty. Untuk eksposur kredit berjaminan, selain dipengaruhi oleh CRW, nominal eksposur kredit juga dipengaruhi oleh rasio Portfolio Risk Weight (PRW). Semakin besar PRW maka semakin kecil nominal eksposur risiko kredit yang dapat diberikan kepada counterparty. Penetapan angka CRW dan PRW didokumentasikan di dalam dokumen kebijakan pemeringkatan kredit dan penetapan limit kredit. Limit risiko kredit tanpa jaminan dan dengan jaminan merupakan 2 limit yang terpisah. Hasil identifikasi dan evaluasi risiko kredit dituangkan dalam Portofolio Risiko Kredit. Portofolio risiko kredit adalah gabungan seluruh eksposur kepada counterparty yang mengandung risiko kredit yang dimiliki oleh Perseroan. Batasan utama besarnya portofolio kredit dipengaruhi oleh besarnya Risk Based Capital untuk risiko kredit yang ditetapkan dan target rata-rata tertimbang probability of default (WAPD) dari seluruh counterparty. Potential Loss dari portofolio kredit tergantung dari potential loss dari setiap eksposur terhadap counterparty ataupun aset kredit lainnya. Tingkat risiko portofolio risiko kredit dinyatakan PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 6-9

berdasarkan rasio antara total potential loss terhadap Risk Based Capital untuk risiko kredit. Perseroan akan melaksanakan kegiatan usahanya dengan membatasi maksimum risiko portofolio tidak melebihi tingkat risiko moderat. Perseroan dapat melakukan mitigasi risiko portofolio kredit dengan menggunakan produk asuransi kredit, credit default swap ataupun mekanisme lain yang tersedia di pasar. Dalam hal portofolio risiko kredit Perseroan terbentuk dari instrumen yang bersifat chanelling ataupun KPR yang dibeli dari lembaga penyalur KPR, maka mitigasi risiko portofolio atas kemungkinan gagalnya penyalur KPR bertindak sebagai sevicer dilakukan dengan mekanisme penunjukan cadangan servicer. Potential loss untuk portofolio kredit chanelling ataupun portofolio KPR yang dibeli ditetapkan sesuai dengan kebijakan pemeringkatan portofolio jaminan atau ketetapan lain yang ditetapkan oleh Direksi. E. Risiko Pasar Risiko pasar adalah potensi kerugian karena nilai aset keuangan yang dimilki Perseroan terpengaruh oleh perubahan harga pasar. Produk/aktivitas yang mengandung risiko pasar antara lain penempatan dana di surat utang negara dan efek beragun aset. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2008 juncto Nomor 15 Tahun 2005, penempatan di surat utang yang terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, penempatan di surat berharga lainnya yang telah mendapatkan ijin dari Menteri Keuangan. Sumber risiko pasar adalah instrumen yang diperdagangkan di pasar (marketable securities) yang dimiliki Perseroan yang dibukukan sebagai instrumen yang siap dijual. Untuk menghitung risiko pasar dapat menggunakan metode-metode yang umum dipakai oleh pelaku pasar (market practice). Pemilihan metode yang digunakan oleh Perseroan harus mempertimbangkan kemudahan, ketersediaan infrastruktur dan kelengkapan dokumentasi yang mendukung implementasi metode yang dipilih. Untuk pengukuran risiko pasar, Perseroan menggunakan metode statistik Value at Risk yang diperhitungkan berdasarkan data historical P/L (profit or loss) dari instrumen yang terpengaruh harga pasar selama suatu periode tertentu. Proses perhitungan P/L dari instrumen-instrumen yang mengandung risiko pasar dilakukan dengan melakukan proses mark-to-market, yaitu menghitung P/L berdasarkan harga pasar secara harian. Pengukuran risiko pasar dilakukan secara bulanan untuk posisi akhir bulan. Apabila diperlukan, karena fluktuasi perubahan portofolio dengan risiko pasar cukup besar, maka aktivitas pengukuran dapat dilakukan secara mingguan ataupun harian. Hasil evaluasi terhadap risiko pasar Perseroan menjadi dasar untuk penentuan perlakuan atau mitigasi Perseroan terhadap risiko pasar. Tujuan dari mitigasi risiko pasar adalah mengurangi kemungkinan kerugian dari posisi surat berharga yang dimiliki Perseroan karena pergerakan harga di pasar. Pergerakan harga di pasar merupakan faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Perseroan. Mitigasi risiko pasar dilakukan, diantaranya dengan cara: 1. Membatasi jumlah eksposur risiko pasar sesuai dengan batasan tingkat risiko yang diijinkan. 2. Melakukan hedging (Iindung nilai) atas posisi yang dimiliki. 3. Melakukan monitoring tingkat volatilitas harga pasar instrumen yang dimiliki dan melakukan perubahan posisi/jumlah eksposur risiko pasar sesuai dengan batasan Risk Appetite Perseroan. Batasan maksimum portofolio yang terekspos risiko pasar dibatasi berdasarkan Risk Tolerance yang ditetapkan oleh Perseroan dengan ukuran besarnya Risk Based Capital yang disediakan untuk risiko pasar. Besaran Risk Based Capital untuk risiko pasar ditetapkan secara tahunan. Dalam hal terjadi lonjakan volatilitas pasar, Perseroan dapat menetapkan Risk Based Capital yang lebih PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 7-9

konservatif atau menambah Risk Based Capital agar besaran nominal eksposur risiko pasar dapat dipertahankan. F. Risiko Likuiditas Kondisi likuiditas Perseroan penting untuk dijaga agar dapat memenuhi setiap kewajiban keuangan yang jatuh tempo dan kebutuhan penyaluran pinjaman. Untuk memenuhi kebutuhan Iikuiditasnya, Perseroan dapat mengandalkan kekuatan internal ataupun mendapatkan pendanaan dari eksternal. Pendanaan eksternal dapat dilakukan secara private placement, dengan 1 pihak ataupun dengan beberapa pihak, ataupun dengan mekanisme penawaran umum sesuai regulasi pasar modal (public offering) dengan memperhatikan kondisi tingkat bunga di pasar. Kedua mekanisme pendanaan, dilakukan dengan mengutamakan penerbitan dokumen bukti hutang dalam bentuk surat berharga. Dalam penyediaan likuiditas, Perseroan wajib mernperhitungkan tingkat risiko bunga pasar yang dipengaruhi juga oleh kondisi keuangan dan kondisi bisnis Perseroan. Sumber risiko likuiditas adalah gap antara ketersediaan arus kas dibandingkan dengan kebutuhan arus kas Perseroan, baik untuk pemenuhan kewajiban keuangan maupun penyaluran pinjaman. Hasil evaluasi terhadap risiko likuiditas Perseroan menjadi dasar untuk penentuan perlakuan atau mitigasi Perseroan terhadap risiko likuiditas. Tujuan dari mitigasi risiko likuditas adalah tersedianya dana untuk pemenuhan kebutuhan penyaluran pinjaman dan mengurangi kemungkinan wanprestasi dalam pemenuhan kewajiban keuangan Perseroan dengan mengelola penyediaan arus kas. Mekanisme mitigasi risiko likuiditas dapat dilakukan dengan cara: 1. Mencadangkan sejumlah tertentu posisi kas ataupun menyediakan alat likuid di dalam pengelolaan arus kas. Alat likuid yang digunakan bersumber dari instrumen-instrumen yang dapat diperdagangkan di pasar modal maupun pasar keuangan. 2. Mendapatkan komitmen penyediaan likuiditas secara kontraktual dengan entitas eksternal. 3. Melakukan penjadwalan penyaluran dana dan penghimpunan dana sesuai dengan kapasitas Perseroan, 4. Melakukan implementasi kebijakan aset liabilitas secara konsisten dan efektif. Untuk memastikan pemenuhan kebutuhan arus kas, secara periodik Perseroan akan melakukan evaluasi, monitoring dan penyusunan proyeksi atas kebutuhan arus kas dan rencana pendanaan untuk memenuhi kebutuhan arus kas. Besaran ambang likuiditas minimum ditetapkan berdasarkan aspek-aspek internal dan eksternal Perseroan, yaitu besaran minimum akses pendanaan ke pasar modal atau pasar uang yang ekonomis; rata-rata besaran kebutuhan dana atau kewajiban jatuh tempo yang akan dikelola; jumlah potensi ketersediaan likuiditas dari entitas eksternal; dan angka besaran Risk Based Capital untuk menjaga kebutuhan likuiditas. Perseroan dapat menetapkan komposisi besaran likuiditas minimum secara nominal penuh dan atau penggabungan dengan komitmen penyediaan likuiditas yang disediakan oleh pihak eksternal. Ketersediaan komitmen penyediaan likuiditas dari pihak eksternal dapat dikategorikan sebagai cadangan likuiditas minimal apabila dapat ditarik dalam waktu paling lama 14 hari. Secara tahunan Perseroan menetapkan angka kebutuhan minimum likuiditas sebagai acuan pengendalian tingkat likuiditas yang harus dikelola. Pengukuran risiko likuiditas dibagi menjadi dua aspek yakni aspek kualitatif dan aspek kuantitatif. Aspek kuantitatif diukur berdasarkan proyeksi ketersediaan arus kas. Pengukuran aspek kuantitatif dilakukan secara bulanan dengan menyusun proyeksi arus kas 1 tahun ke depan. Aspek PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 8-9

kuantitatif diukur berdasarkan rasio ketersediaan likuiditas (free cash flow) dibandingkan dengan jumlah minimum kebutuhan Iikuiditas yang ditetapkan Perseroan (gap likuiditas). Aspek kualitatif diukur berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan Perseroan dalam mengelola Iikuiditasnya. Pengukuran aspek kualitatif dilakukan secara bulanan, berdasarkan track record satu periode pelaporan terhadap kondisi 1 tahun terakhir. Aspek-aspek kualitatif yang dinilai dalam mengukur risiko likuiditas yaitu struktur pendanaan yang digunakan dan akseptibilitas pasar atas pendanaan Perseroan; akses likuiditas di pasar; ketersediaan alat likuid ataupun instrumen keuangan yang dapat diperdagangkan. F. Risiko SKHOR Kegiatan operasional Perseroan merupakan hal yang tidak lepas dari potensi kerugian. Potensi kerugian tersebut dirangkum dalam risiko SKHOR yang terdiri dari risiko stratejik, kepatuhan, operasional, hukum, dan reputasi. Sesuai praktik umum yang banyak digunakan di sektor keuangan internasional yang merujuk pada standar yang ditetapkan oleh BIS (Banks of International Settlement) maka metode dan pendekatan yang digunakan untuk menghitung tingkat risiko SKHOR dapat dilakukan berdasarkan data historis kejadian berisiko (risk events) ataupun menggunakan template standar pengukuran, apabila tidak tersedia data historis. Dalam perhitungan risiko dan penentuan profil risiko SKHOR ada 2 dimensi yang dipertimbangkan, yaitu dimensi jumlah kejadian dan probabilitas kejadian (occurance) dan dimensi tingkat potensi kerugian (severity). Dalam menentukan tingkat risiko dan profil risiko SKHOR, Perseroan meninjau kejadian (risk event) selama 1 tahun terakhir dengan menganggap bahwa track record kejadian-kejadian berisiko SKHOR yang terakhir yang paling menggambarkan tingkat risiko yang sebenarnya. Dalam perhitungan risiko SKHOR, masing-masing risiko dihitung secara terpisah berdasarkan data kejadian berisiko yang terkait dan tidak digabungkan. Setiap kejadian risiko SKHOR dalam 1 tahun terakhir, diperhitungkan sebagai 1 kejadian yang mempengaruhi perhitungan dengan bobot risiko perhitungan berdasarkan kurun waktu kejadian tersebut terjadi. PT SARANA MULTIGRIYA FINANSIAL (Persero) KPMR / 9-9