PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

2017, No tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 33, Tambahan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 237/PMK.01/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Administrasi. Penyelenggaraan. Seleksi. Diklat PIM II. Pedoman.

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS SEBELAS MARET NOMOR : 99/UN27/KP/2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2011, No telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN SAR NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTAHANAN. Pola Karier. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

2016, No Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 60); 4.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG TATA KERJA DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DAN SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN PEMERINTAH 15 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM JABATAN STRUKTURAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 72 TAHUN 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 06 Tahun 2009 TENTANG BADAN PERTIMBANGAN JABATAN DAN KEPANGKATAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN NON FORMAL

BERITA NEGARA. No.745, 2016 BKPM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 (2) Sekretariat Kabinet dipimpin oleh Sekretaris Kabinet. Pasal 2 Sekretariat Kabinet mempunyai tugas memberikan dukungan pengelolaan manajemen kabi

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2012 TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangka

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 28 SERI E

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2010 TENTANG SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan Kategori Keterampilan melalui Penyesuaian/Inpassing di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Ma

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190 TAHUN 2014 TENTANG UNIT STAF KEPRESIDENAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN: KESATU:...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Organisasi. Tata Kerja. Atase Perdagangan.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA. NOMOR : 10 TAHUN 2005 LAMPIRAN : 2 (dua) berkas TENTANG

2016, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Belas atas Peraturan Pemer

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

-1- REPUBLIK INDONESIA

2016, No Pembangunan tentang Pedoman Penganugerahan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Badan P

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Nasional tentang Tata Cara Pengangkatan Pelaksana Tugas di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.29/Menhut-II/2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.38, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengangkatan. Kepala LP Klas I. Syarat. Tata Cara.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 2009

[1] PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

NOMOR 54 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 97 TAHUN 2000 TENTANG FORMASI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIT UTAMA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti perubahan struktur organisasi Departemen Pendidikan Nasional dan terciptanya pegawai negeri sipil di lingkungan unit utama Departemen Pendidikan Nasional yang lebih berdayaguna dan berhasilguna, perlu dilakukan penataan kembali pegawai negeri sipil secara obyektif dan terukur; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Unit Utama Departemen Pendidikan Nasional; Mengingat :. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kabinet Negara RI sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 2. Peraturan Presiden Nomor 0 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2005; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 7/M Tahun 2005; Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN UNIT UTAMA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:. Departemen adalah Departemen Pendidikan Nasional. 2. Menteri adalah Menteri Pendidikan Nasional. 3. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen. 4. Unit utama adalah Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Inspektorat Jenderal, dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. BAB II TUJUAN Pasal 2 Penataan pegawai negeri sipil (PNS) bertujuan untuk mengoptimalkan pendayagunaan PNS di lingkungan unit utama departemen. BAB III PENATAAN Pasal 3 () Penataan PNS dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Penataan PNS dilakukan bagi pejabat eselon II, III, dan IV, pejabat fungsional, dan staf. (3) Pelaksanaan penataan PNS dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 2

Pasal 4 () Penataan dan pengisian jabatan struktural diambil dari pejabat struktural atau fungsional yang setingkat yang memenuhi persyaratan, atau dilakukan melalui jalur promosi. (2) Calon pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat () dapat berasal dari pejabat struktural maupun fungsional di lingkungan unit utama, perguruan tinggi, koordinasi perguruan tinggi swasta, pemerintah daerah, dan/atau dari departemen/lembaga pemerintah nondepartemen lain yang memenuhi syarat. Pasal 5 Penempatan pejabat fungsional dilakukan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dan formasi yang tersedia sesuai dengan tugas dan fungsi unit kerja yang bersangkutan. Pasal 6 () Penentuan jumlah staf yang dibutuhkan pada setiap unit kerja ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran beban kerja serta faktor lainnya. (2) Penempatan staf dilakukan sesuai dengan keahlian dan/atau keterampilan masing-masing. BAB IV PELAKSANAAN PENILAIAN DAN PENATAAN Pasal 7 () Penataan pejabat struktural dilaksanakan dengan melakukan penilaian aspek administrasi, kemampuan, psikologi, dan penerimaan lingkungan. (2) Penilaian aspek administrasi meliputi unsur pendidikan formal tertinggi, pendidikan dan pelatihan, pangkat/golongan, dan masa kerja. (3) Penilaian aspek kemampuan meliputi unsur prestasi selama menduduki jabatan, prakarsa, dan loyalitas. (4) Penilaian aspek kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat ditambah dengan penguasaan pengetahuan kepemerintahan dan substansi teknis, yang dilakukan melalui uji kompetensi/tes. (5) Penilaian aspek psikologi meliputi penilaian terhadap unsur kecerdasan, kepemimpinan, dan kepribadian. (6) Penilaian aspek penerimaan lingkungan meliputi penilaian terhadap unsur komunikasi, kerjasama, dan kepercayaan. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 3

(7) Setiap aspek penilaian diberi bobot sebagai berikut: a. administrasi 5%, b. kemampuan 50%, c. psikologi, 20%, dan d. penerimaan lingkungan 5%. Pasal 8 () Penentuan calon pejabat didasarkan pada nilai akhir dan pertimbangan pimpinan. (2) Nilai akhir setiap calon pejabat sebagaimana dimaksud ayat () diperoleh dari akumulasi nilai tertimbang masing-masing aspek. (3) Nilai tertimbang sebagaimana dimaksud ayat (2) diperoleh dari akumulasi skor setiap unsur dari setiap aspek dikalikan bobot. Pasal 9 () Penilaian calon pejabat dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber. (2) Penilaian aspek administrasi dilakukan dengan menggunakan dokumen kepegawaian yang sah. (3) Penilaian aspek kemampuan dilakukan dengan menggunakan dokumen, pengamatan, referensi, dan/atau hasil tes. (4) Penilaian aspek psikologi dilakukan dengan menggunakan pengamatan, referensi, dan/atau hasil tes. (5) Penilaian aspek penerimaan lingkungan dilakukan dengan menggunakan pengamatan, wawancara, dan/atau referensi. Pasal 0 Teknis penilaian sebagaimana dimaksud pasal 7 dan Lampiran Peraturan ini. 8 tercantum dalam Pasal Penataan pejabat fungsional dilakukan melalui penilaian aspek administratif dan kemampuan. BAB V Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 4

PROSEDUR PENILAIAN DAN PENATAAN Pasal 2 Prosedur penilaian dan penataan pejabat struktural sebagai berikut: a. Atasan langsung:. mengumpulkan data kepegawaian dari setiap calon pejabat struktural; 2. menuangkan penilaian individual dengan menggunakan sumber data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dengan menggunakan Format I sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan ini; 3. membuat rekapitulasi hasil penilaian sebagaimana dimaksud pada angka 2 ke dalam Format II sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan ini; 4. menyerahkan hasil sebagaimana dimaksud pada angka 3 kepada atasannya secara berjenjang; b. Pejabat eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal menyerahkan isian Format I dan II kepada Kepala Biro Umum, pejabat eselon II di lingkungan unit utama lainnya menyerahkan isian Format I dan II kepada sekretaris unit utama masing-masing; c. Sekretaris Unit Utama atau Kepala Biro Umum:. menghimpun dan merekapitulasi hasil penilaian seluruh pejabat di lingkungan unit utama masing-masing ke dalam Format I dan/atau II; 2. menyampaikan isian Format I dan II kepada pimpinan unit utama masingmasing; d. Pimpinan unit utama menyampaikan isian Format IIA dan Format IIB dan daftar calon pejabat struktural di lingkungan unitnya kepada Sekretaris Jenderal; e. Sekretaris Jenderal:. menyelenggarakan rapat koordinasi penataan pejabat struktural eselon III dan IV di lingkungan unit utama; 2. menyelenggarakan dan memimpin rapat Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat) departemen untuk memberikan pertimbangan kepada Menteri dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II di lingkungan departemen; f. Sekretaris Jenderal menyampaikan usul penetapan calon pejabat eselon II kepada Menteri. g. Sekretaris unit utama dan Kepala Biro Umum menyiapkan dan menyelenggarakan rapat Baperjakat di lingkungan unit utama masingmasing dengan memperhatikan hasil rapat koordinasi tersebut pada huruf e angka untuk memberikan pertimbangan pengangkatan pejabat eselon III dan IV di lingkungan unitnya masing-masing; h. Berdasarkan hasil pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf g, pimpinan unit utama sesuai dengan kewenangannya:. menyampaikan usul penetapan calon pejabat eselon III di lingkungan unit utama masing-masing kepada Sekretaris Jenderal; Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 5

2. menetapkan pejabat eselon IV di lingkungan unitnya masing-masing untuk atas nama Menteri; i. Sekretaris Jenderal untuk atas nama Menteri menetapkan pejabat eselon III di lingkungan unit utama dan pejabat eselon IV di lingkungan Sekretariat Jenderal; j. Menteri menetapkan pengangkatan pejabat eselon II di lingkungan unit utama; k. Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan dilakukan oleh pejabat yang berwenang. Pasal 3 () Calon pejabat struktural eselon II yang berasal dari luar departemen harus mendapat persetujuan menerima dari Menteri. (2) Calon pejabat struktural eselon III dan IV yang berasal dari luar departemen harus mendapat persetujuan menerima dari Sekretaris Jenderal. (3) Prosedur seleksi calon pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat () dan ayat (2) berlaku ketentuan seleksi bagi pejabat struktural yang berasal dari departemen. Pasal 4 Prosedur penataan pejabat fungsional sebagai berikut: a. Kepala Bagian yang menangani kepegawaian membuat daftar pejabat fungsional PNS di lingkungannya; b. Kepala Biro Umum/Kepala Pusat/Sekretaris unit utama menyusun formasi jabatan fungsional dan merencanakan penempatan sesuai dengan kebutuhan organisasi di lingkungan unit masing-masing; c. Penyelesaian dan penetapan keputusan pejabat fungsional dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang. Pasal 5 Prosedur penataan staf sebagai berikut: a. Kepala Bagian yang menangani kepegawaian pada masing-masing unit utama membuat daftar staf PNS; b. Kepala Biro Umum/Kepala Pusat/Sekretaris unit utama menyusun rencana penempatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja; c. Penyelesaian dan penetapan keputusan penempatan dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 6 Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Peraturan ini dibebankan pada mata anggaran yang relevan di masing-masing unit utama. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 6

BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Dengan berlakunya Peraturan ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 035/U/2002 tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil Unit Utama Di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dinyatakan tidak berlaku. Pasal 8 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Februari 2006 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 7

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2006 TANGGAL 22 FEBRUARI 2006 A. ASPEK PENILAIAN CALON PEJABAT STRUKTURAL ASPEK PENILAIAN BOBOT SKOR KETERANGAN 2 3 4 ASPEK ADMINISTRA SI. Pendidikan formal - S3 - S2 - S/DIV 5% 00 90 80 Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang dimiliki PNS, dengan ketentuan: - Pendidikan S ke atas adalah pendidikan formal di dalam maupun luar negeri yang terakreditasi Depdiknas - Persyaratan pendidikan formal minimal bagi pejabat struktural adalah S. 2. Diklat Diklatpim meliputi : a. Kepemimpinan - Lulus Diklatpim sesuai dengan Jabatan/eselon yang diduduki 50 - Diklatpim Tk. II/Spamen untuk jabatan Struktural eselon II. - Diklatpim Tk. III/Spama/Sepadya untuk jabatan struktural eselon III. - Diklatpim Tk. IV/ADUM/Sepala untuk jabatan struktural eselon IV. - Lulus Diklatpim satu tingkat di bawah jabatan yang diduduki 35 Kelulusan diklat kepemimpinan ditunjukkan dengan STTPL. b. Teknis atau fungsional yang relevan: > 200 jam 0-200 jam <00 jam 40 30 20 Diklat teknis/fungsional yang dinilai adalah: - diklat yang diikuti PNS berdasarkan penugasan dari atasan/pimpinan unit kerja. - dibuktikan dengan surat penugasan dan STTPL/sertifikat diklat. Catatan : Nilai tertimbang untuk diklat adalah skor diklat kepemimpinan ditambah diklat teknis /fungsional dibagi 2. 3. Pangkat/Golongan - Lebih tinggi atau sesuai dengan pangkat minimal. - Lebih rendah dari pangkat minimal. 80 70 Pangkat/golongan terakhir yang dimiliki PNS dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat. - Skor tertinggi diberikan apabila pangkat/ golongan lebih tinggi/sesuai dengan persyaratan pangkat minimal untuk jabatan struktural yang akan diduduki - Skor terendah diberikan apabila pangkat/ golongan satu tingkat lebih rendah dari pangkat minimal yang dipersyaratkan untuk Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 8

jabatan yang akan diduduki. 4. Masa Kerja > 30 tahun 2-30 tahun 0-20 tahun <0 tahun 00 90 80 70 Dihitung sejak pertama menjadi CPNS sampai saat ini, sesuai dengan Keputusan Kepegawaian Catatan : Pembulatan masa kerja < 6 bulan = 0 tahun > 6 bulan = tahun ASPEK KEMAMPUAN 50% Penilaian untuk prestasi kerja, prakarsa, dan loyalitas dilakukan oleh atasan langsung dan atasan dari atasan langsung.. Prestasi kerja selama menduduki jabatan 2 Penilaian terhadap aspek prestasi kerja menggunakan kriteria :. kesungguhan dalam melaksanakan tugas rutin dan khusus/tambahan; 2. kemampuan menyelesaikan setiap penugasan; 3. kesesuaian hasil kerja dengan hasil ratarata yang ditetapkan. 2. Prakarsa Penilaian terhadap aspek prakarsa menggunakan kriteria:. inisiatif dalam pelaksanaan tugas; dan 2. kreatif/inovatif dalam pelaksanaan tugas. 3. Loyalitas 0,5 Penilaian terhadap aspek loyalitas menggunakan kriteria :. kesetiaan terhadap negara dan pemerintah 2. menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik baiknya; 3. pengamanan kebijakan pimpinan dan komitmen terhadap unit kerja. 4. Penguasaan pengetahuan kepemerintahan dan substansi teknis tertentu *) pemahaman kepemerintahan; penguasaan substansi bidang tugas yang akan diduduki. ASPEK PSIKOLOGI 20%. Kecerdasan Mampu mengolah informasi, menyelesaikan permasalahan, dan memberikan alternatif solusi. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 9

2. Kepemimpinan. Mampu menggerakkan bawahan 2. Mampu memotivasi, mempengaruhi, memberdayakan, dan meyakinkan orang lain. 3. Menjadi teladan. 3. Kepribadian Kepercayaan diri, keterbukaan (open minded), mampu berinteraksi, mampu menyatakan ide dan gagasan, mengendalikan emosi, bekerja secara sistematis dan logis, mempunyai kemampuan bekerja secara optimal, konsisten, tanggung jawab, disiplin, dan jujur. PENERIMAAN LINGKUNGAN - Komunikasi - Kerjasama - Kepercayaan atasan 5% Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman sejawat maupun atasan serta mendapat kepercayaan pimpinan. Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 0

B. UNSUR, INDIKATOR, DAN PENILAI ASPEK KEMAMPUAN, PSIKOLOGI DAN PENERIMAAN LINGKUNGAN CALON PEJABAT STRUKTURAL ASPEK DAN UNSUR INDIKATOR PENILAI Prestasi kerja selama menduduki jabatan. Kesungguhan dalam melaksanakan tugas kedinasan baik rutin maupun Khusus. 2. Melaksanakan tugas dengan hasil kerja yang jauh melebihi hasil kerja rata-rata yang ditentukan, baik dalam arti mutu maupun jumlah. 3. Melakukan tugas dengan fasilitas yang tersedia dan menghasilkan sesuatu yang maksimal (efisien dan efektif). Atasan Langsung dan Atasan dari atasan langsung Prakarsa. Dapat melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas tanpa menunggu petunjuk atau perintah dari atasan. 2. Kreatif/inovatif dalam melaksanakan tugas Atasan langsung dan atasan dari atasan langsung KEMAMPUAN Loyalitas. Kesetiaan terhadap negara dan pemerintah 2. Menyimpan rahasia negara dan rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya 3. Pengamanan kebijakan pimpinan dan komitmen terhadap unit kerja Atasan langsung dan Atasan dari atasan Langsung Penguasaan pengetahuan tentang kebijakan pemerintah di bidang pendidikan dan substansi teknis pada unit kerja tertentu. pemahaman kepemerintahan; 2.penguasaan substansi bidang tugas yang akan diduduki. Uji kompetensi/ tes Kecerdasan Mampu mengolah informasi, menyelesaikan permasalahan, dan memberikan alternatif solusi Atasan langsung dan/atau tes PSIKOLOGI Kepemimpinan Mampu menggerakkan bawahan, memotivasi, mempengaruhi, memberdayakan, meyakinkan orang lain, dan menjadi teladan. Atasan langsung dan/atau tes Kepribadian Kepercayaan diri, keterbukaan (open minded), mampu berinteraksi, mampu menyatakan ide dan gagasan, mengendalikan emosi, bekerja secara sistematis dan logis, mempunyai kemampuan bekerja secara optimal, konsisten, tanggung jawab, disiplin, dan jujur. Atasan langsung dan/atau tes Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006

PENERIMAAN LINGKUNGAN - Komunikasi - Kerjasama - Kepercaya-an Atasan. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan teman sejawat maupun atasan serta mendapat kepercayaan pimpinan. Atasan langsung dan tes C. TEKNIK DAN PROSEDUR PENENTUAN SKOR ASPEK KEMAMPUAN, PSIKOLOGI, DAN PENERIMAAN LINGKUNGAN. Skala penilaian -00, dengan interval 25, yaitu: a. 76-00 b. 5-75 c. 26-50 d. - 25 2. Kategori penilaian: a. 76-00: sangat baik b. 5-75: baik c. 26-50: cukup baik d. - 25: kurang baik 3. Nilai aspek merupakan akumulasi nilai unsur pada setiap aspek. 4. Nilai tertimbang merupakan hasil perkalian nilai aspek dengan bobot. 5. Nilai akhir adalah jumlah nilai tertimbang dari seluruh aspek. MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, TTD. BAMBANG SUDIBYO Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2006 2