EMISI GAS CARBON MONOOKSIDA (CO) DAN HIDROCARBON (HC) PADA REKAYASA JUMLAH BLADE TURBO VENTILATOR SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2006

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB IV DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

ANALISIS PERBANDINGAN KADAR GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK (CDI) DAN PENGAPIAN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari saluran pembuangan kendaraan bermotor, sehingga industri industri

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

PENGARUH LETAK MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION PADA SEPEDA MOTOR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG PADA SUPRA X 125

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kesehatan manusia. Hal ini disebakan karena gas CO dapat mengikat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berpacu untuk menginovasi produk produk kendaraan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN.

MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD DENGAN VARIASI SUDUT PUTAR TERHADAP EMISI GAS BUANG HONDA SUPRA X TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

PENAMBAHAN REAKTOR PLASMA DBD (DIELECTRIC-BARRIER DISCHARGE)

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

Spesifikasi Bahan dan alat :

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

PENGARUH PEMAKAIAN MEDAN ELEKTROMAGNET TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN JENIS DAIHATSU HIJET

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

BAKU MUTU EMISI DISAMPAIKAN OLEH SUTIMAN TEKNIK OTOMOTIF FT - UNY

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

PENGARUH PENGGUNAAN BLOWER ELEKTRIK TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI

PENGUJIAN EMISI GAS BUANG MOTOR BENSIN EMPAT TAK SATU SILINDER MENGGUNAKAN CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN ETANOL

LAPORAN TUGAS AKHIR. PERUBAHAN CO YANG BERAKIBAT TERHADAP BATAS NYALA PADA MESIN AVANZA 1300 cc

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Andersen Karel Ropa, Naif Fuhaid, Nova Risdiyanto Ismail, (2012), PROTON, Vol. 4 No 2 / Hal 1-4

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

JURNAL. Oleh: MUCAHAMAD ANSHORI Dibimbing oleh : 1. FATKUR RHOHMAN, M.Pd. 2. M. MUSLIMIN ILHAM, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

KAJI EKSPERIMENTAL GEET REACTOR SEBAGAI PENGGANTI KARBURATOR DALAM UPAYA PERBAIKAN KADAR EMISI GAS BUANG MOTOR SATU SILINDER 4-TAK

PENGGUNAAN TURBOCYCLONE PADA KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP EMISI GAS BUANG CO DAN HC

PENGARUH VARIASI SUDUT ELBOW INTAKE MANIFOLD TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X TAHUN 2002

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN Hasil Pengujian Pada Honda Supra X 125 Injeksi

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

ANALISA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR BENSIN JENIS PERTALITE DAN PERTAMAX PADA MESIN BERTORSI BESAR ( HONDA BEAT FI 110 CC )

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO (2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN TOP ONE OCTANE BOOSTER DENGAN PREMIUM TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR BENSIN 4 TAK

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

Pemanfaatan Elektrolisis Sebagai Alternatif Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel Untuk Mengurangi Polusi Udara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

Transkripsi:

Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi EMISI GAS CARBON MONOOKSIDA (CO) DAN HIDROCARBON (HC) PADA REKAYASA JUMLAH BLADE TURBO VENTILATOR SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2006 *Novita Eka Jayanti, Mohamad Hakam, Indri Santiasih Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Jl. Teknik Kimia Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 *Email: indri.santiasih@gmail.com ABSTRAK Indonesia adalah termasuk dalam sepuluh besar negara di dunia yang berkontribusi dalam emisi gas rumah kaca. Kendaraan yang paling banyak menyumbang polusi udara adalah sepeda motor. Penelitian ini bertujuan untuk mereduksi emisi gas buang yaitu Carbon Monooksida (CO) dan Hidrocarbon (HC) melalui uji pemasangan turbo ventilator dan melakukan analisis emisi gas buang yang dihasilkan. Variabel dalam penelitian ini adalah variasi jumlah blade yaitu 6 blade, 7 blade, dan 8 blade. Emisi gas yang dianalisis adalah kadar CO dan HC.Hasil pengujian menunjukkan hasil rata-rata kadar CO pada emisi gas buang supra x 125 standar 3.69%, Turbo ventilator 6 blade adalah 1.93 %, 7 blade 1.04 %, dan 1.62% oleh turbo ventilator 8 blade. Kadar HC rata-rata yang dihasilkan oleh emisi gas buang sepeda motor standar 619.3 ppm, turbo ventilator 6 blade 437.33 ppm, 7 blade 777.35 ppm, dan turbo ventilator 8 blade 482.98 ppm. Kata kunci: blade, emisi, CO, HC, supra x 125, turbo ventilator 1. PENDAHULUAN Banyaknya kebutuhan angkut barang maupun manusia saat ini mengakibatkan perusahaan transportasi berlomba-lomba memproduksi alat tranportasi baru baik transportasi darat, laut, maupun udara. Salah satu alat transportasi yang paling banyak diminati penduduk indonesia adalah sepeda motor. Semakin banyak alat transportasi, maka akan menimbulkan semakin banyak pula polusi udara. Semakin ketatnya regulasi emisi, memaksa produsen harus memperkecil kapasitas mesin dan meningkatkan efisiensi kerjanya.teknik yang umumnya dilakukan adalah mencangkokkan turbo ventilator, baik sendiri-sendiri atau sekaligus menggabungkannya.turbo ventilator adalah perangkat yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi volumetrik pada mesin.dimana efisiensi volumetrik menunjukkan berapa jumlah campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar. Semakin banyak campuran udara dan bahan bakar yang masuk ke ruang bakar, maka pembakaran dalam ruang bakarpun akan semakin besar yang pada akhirnya tenaga yang dihasilkanpun juga akan semakin besar pula. Dengan proses pembakaran yang lebih sempurna diharapkan emisi gas buang yang dihasilkan juga lebih baik. Polusi udara kendaraan bermotor berasal dari gas buang sisa hasil pembakaran bahan bakar yang tidak terurai atau terbakar dengan sempurna.emisi gas buang yang buruk diakibatkan oleh pembakaran tidak sempurna bahan bakar di ruang bakar. Unsur yang terkandung dalam gas buang antara lain CO, NO2, HC, C, H2, CO2, H2O dan N2, dimana banyak yang bersifat mencemari lingkungan sekitar dalam bentuk polusi udara dan mengganggu kesehatan hingga menimbulkan kematian pada kadar tertentu. Hidrocarbon / HC merupakan unsur senyawa bahan bakar bensin. HC yang ada pada gas buang adalah dari senyawa bahan bakar yang tidak terbakar habis dalam proses pembakaran motor, HC diukur dalam satuan ppm ( part per million ). Emisi hydrocarbon terbentuk dari bermacam macam sumber.tidak terbakarnya bahan bakar secara sempurna, tidak terbakarnya minyak pelumas pada silinder, merupakan salah satu penyebab munculnya emisi HC.Emisi hydrocarbon ini berbentuk gas methan yang dapat menyebabkan leukimia dan kanker. CO merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk akibat pembakaran yang tidak sempurna dalam proses kerja motor, CO diukur dalam satuan % volume. Kendaraan pada saat beroperasi akan mengalami proses pembakaran. Pembakaran sering terjadi tidak sempurna, sehingga akan menghasilkan polutan. Semakin besar persentase ketidak sempurnaan pembakaran, akan semakin besar polutan yang dihasilkan. Karbon monoksida dan asap kendaraan bermotor terjadi karena pembakarannya tidak sempurna yang disebabkan kurangnya jumlah udara dalam campuran yang masuk ke ruang bakar atau bisa juga karena kurangnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pembakaran. Apabila karbon terbakar dengan sempurna maka reaksi yang dihasilkan sebagai berikut: Ketika oksigen yang dibutuhkan dalam proses pembakaran tidak cukup maka akan menghasilkan CO seperti pada reaksi berikut: (1) - 1 -

(2) Berdasarkan PERMEN LH (2006) menjelaskan bahwa motor Supra X tahun 2006 mempunyai Nilai Ambang Batas kadar HC adalah 24000 ppm dan CO 5,5%. Beberapa metode telah dilakukan guna mengurangi emisi dari proses pembakaran antara lain Wijaya(2002)telah melakukan pengujian re heating guna mengurangi emisi gas buang yang ditulisnya dalam jurnal Alat Penurun Emisi Gas Buang pada Motor, Mobil,Motor Tempel dan Mesin Pembakaran Tak Bergerak. Wahyudi (2013) melakukan analisa pengaruh medan magnet untuk mereduksi gas buang. Menurut Kusuma (2002) penurunan kadar karbon monoksida tergantung pada pengendalian emisi seperti penggunaan bahan katalis yang mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Sepeda motor sebagai pemasok terbesar emisi gas buang yang menimbulkan tercemarnya lingkungan, sehingga perlu sebuah kajian berupa penelitian terhadap pengaruh penggunaan turbo ventilator yang digunakan di sepeda motor terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Turbo ventilator berfungsi untuk meningkatkan efisiensi volumetrik bahan bakar dan udara yang berpengaruh pada emisi gas buang yang ditimbulkan.olehkarena itu jurnal ini membahas mengenai pengaruh variabel jumlah blade pada turbo ventilator terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. 2. MATERIAL DAN METODOLOGI Penelitian ini adalah penelitian eksperimen (experimental research).obyek penelitian ini adalah sepeda motor Supra X Tahun 2006. Variabel penelitian yang dugunakan adalah variasi jumlah blade yaitu 6 blade, 7 blade, dan 8 blade. Diagram alir penelitian dijelaskan pada Gambar 1. Emisi yang dianalisa adalah kadar CO dan HC. Hasil pengujian dibandingkan emisi gas buang yang dihasilkan oleh sepeda motor antara yang dipasang supercharger dengan sepeda motor yang tidak menggunakan media supercharger.data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam tabel, dan ditampilkan dalam bentuk grafik.data hasil penelitian tersebut dibandingkan antara kelompok standar dan kelompok eksperimen.analisis data menggunakan metode deskriptif kuantitatif.hal ini dilaksanakan untuk memberikan gambaran terhadap fenomena yang terjadi setelah diadakan penelitian.tahapan penelitian tersebut dijelaska oleh diagram penelitian sebagai berikut. Mulai Studi literatur Pengukuran emisi sepeda motor supra x 125 tanpa dipasang turbo ventilator Pemasangan turbo ventilator pada sepeda motor supra x 125 Pengukuran emisi gas buang (CO dan HC) pada sepeda motor supra x 125 yang menggunakan turbo ventilator (6, 7, 8 blade) Pengolahan dan Analisis Data Pengujian Kesimpulan Selesai Gambar1.Diagram Alir Penelitian 2 ROTASI Vol. 16, No. 2, April 2014: 1 6

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian emisi pada sepeda motor supra x 125 sebelum dan setelah dipasangi turbo ventilator yang hasilpengukurannya dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: Gambar 2. Grafik perubahan kadar CO terhadap putaran mesin. Turbo ventilator sangat berpengaruh terhadap turunnya kandungan emisi gas CO, terlihat pada sepeda motor supra x 125 dengan turbo ventilator 7 blade mampu menurunkan kadar CO pada emisi gas buang hingga 94 % pada putaran mesin 5000 rpm. Turbo ventilator 6 blade mampu menurunkan kandungan CO rata-rata 48 %, sedangkan 7 blade mampu menurunkan kandungan CO rata-rata 72 %, dan turbo ventilator 8 blade 56 %.Gambar 2 menunjukkan bahwa pada emisi gas buang sepeda motor supra x 125 standar kadar CO yang dimiliki paling tinggi bahkan ada yang melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh Permen LH no 05 tahun 2006. Rata-rata kandungan gas CO yang dikeluarkan, sepeda motor supra x 125 dengan supercharger 7 blade memiliki kandungan CO paling rendah yaitu 1.04 %, sedangkan supercharger 8 blade 1.62 % dan 6 blade menghasilkan 1.93 %. Gambar 3.Grafik rata-rata kadar CO yang dihasilkan oleh motor standar, motor dengan supercharger 6 blade, 7 blade dan 8 blade Berdasarkan Gambar 3 dijelaskan bahwa kadar CO yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah campuran bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang silinder.jumlah blade adalah salah satu variabel yang sangat mempengaruhi putaran dan gaya tangensial yang menentukan daya dan efesiensi. Penambahan jumlah blade berarti meningkatkan putaran dan gaya tangensial yang terjadi dan dengan sendirinya meningkatkan daya (Pietersz, 2013). Dengan adanya perubahan putaran yang dihasilkan pada supercharger, maka akan mempengaruhi jumlah aliran udara yang masuk. Semakin kaya campuran bahan bakar dan udara maka kadar CO pada emisi yang dihasilkan semakin banyak. Sedangkan jika udara yang digunakan pada campuran bahan bakar lebih banyak maka kadar CO yang dihasilkan akan lebih sedikit. Dalam proses pembakaran diperlukan oksigen untuk menguraikan CO yang terbakar. ROTASI Vol. 16, No. 2, April 2014: 1 5 3

Supercharger membantu mensuplai udara masuk sehingga udara dalam campuran bahan bakar meningkat dan membantu dalam proses pembakaran. Gambar 4. Grafik kadar CO terhadap perubahan nilai lambda pada sepeda motor standar, sepeda motor dengan supercharger 6 blade, 7 blade, dan 8 blade. Gambar 4 di atas menunjukkan perubahan kadar CO terhadap perubahan nilai lambda. Nilai lambda adalah rasio oksigen saat proses pembakarn, dimana jumlah oksigen yang digunakan dalam proses pembakaran hingga terjadi proses oksidasi yang sempurna. Nilai lambda 1 sama dengan titik stokio metri dimana AFR 14,7 : 1 (Robert, 2004). Semakin kecil nilai lambdanya, maka campuran bahan bakar dengan udara semakin kaya. Dari grafik tersebut terlihat, kadar CO yang dihasilkan besar ketika campuran bahan bakar kaya. Menurut Jayanti (2013) rata-rata kadar CO yang dihasilkan supercharger 6 blade adalah 1.93 %, 7 blade 1.04 %, dan 1.62% oleh supercharger 8 blade. Supercharger 7 memiliki rata-rata emisi yang dihasilkan paling rendah. Supercharger sangat berpengaruh terhadap turunnya kandungan emisi gas CO, terlihat pada sepeda motor supra x 125 dengan supercharger 7 blade mampu menurunkan kadar CO pada emisi gas buang hingga 94 % pada putaran mesin 5000 rpm. Supercharger 6 blade mampu menurunkan kandungan CO rata-rata 48 %, sedangkan 7 blade mampu menurunkan kandungan CO rata-rata 72 %, dan supercharger 8 blade 56 %. Gambar 5. Grafik kadar HC terhadap putaran mesin Gambar 5 menunjukkan penurunan kadar HC ketika putaran mesin semakin tinggi. Kadar HC tertinggi dihasilkan oleh motor dengan ditambahi turbo ventilator 7 blade, sedangkan sepeda motor standar memiliki kadar HC tertinggi nomor dua. Kadar HC terendah dihasilkan oleh sepeda motor supra x 125 yang telah dipasangi turbo ventilator 6 blade. Motor dengan turbo ventilator 8 blade memiliki kadar emisi di bawah kadar HC yang dikeluarkan oleh motor standar. Pada dasarnya kadar HC pada emisi gasbuang motor yang dipasangi turbo ventilator mengalami penurunan dari kondisi motor standar. Hanya turbo ventilator 7 blade yang kadar HC dari emisi gas buangnya lebih tinggi dari motor kondisi standar. Gambar 6. Menunjukkan rata-rata kadar HC yang dihasilkan oleh motor standar adalah 619.3 ppm. Sepeda motor dengan turbo ventilator 6 blade menghasilkan kadar HC rata-rata 437.33 ppm, 7 blade 777.35 ppm, dan 8 blade 482.98 ppm. Dari keseluruhan hasil uji, rata-rata kadar HC yang dihasilkan masih dibawah ambang batas yang dikeluarkan oleh Permen LH 05 tahun 2006. Sepeda motor yang telah dipasangi turbo ventilator 6 blade mampu menurunkan kadar HC 29 % dari kadar HC yang dihasilkan motor dalam kondisi standar. Sepeda motor yang dipasangi 4 ROTASI Vol. 16, No. 2, April 2014: 1 6

turbo ventilator 8 blade mampu menurunkan kadar HC 22 % dari kondisi motor standar, namun turbo ventilator 7 blade menghasilkan 22% kadar HC lebih banyak dari kondisi standar. Gambar 6. Grafik rata-rata kadar HC yang dihasilkan oleh motor standar, motor dengan supercharger 6 blade, 7 blade dan 8 blade Sepeda motor dengan turbo ventilator 8 Blade mampu menurunkan kadar HC hingga 62 % dari kondisi motor standar pada putara mesin 2000 RPM. Sedangkan sepeda motor dengan turbo ventilator 6 blade mampu menurunkan kadar HC pada emisi bahan bakar hingga 60 % pada putara 6000 RPM. Sepeda motor dengan turbo ventilator 7 blade meningkatkan kadar HC hingga dua kali lipat dari motor kondisi standar pada putaran 5000 dan 5500 RPM. Volumetrik bahan bakar dan udara yang masuk ke dalam ruang bakar dan waktu pembakaran mempengaruhi kadar HC yang dihasilkan dalam emisi gas buang. Naik turunnya kadar HC yang dihasilkan disebabkan oleh jumlah pasokan bahan bakar yang bercampur dengan udara bersih. Campuran yang miskin mengakibatkan kadar HC yang dihasilkan semakin besar karena lambatnya proses pembakaran yang terjadi sehingga bahan bakar akan keluar sebelum bahan bakar terbakar sempurna. 4. KESIMPULAN Emisi gas buang yang dihasilkan oleh sepeda motor supra x 125 kondisi standar ada yang melebihi ambang batas yang diterapkan oleh Permen LH 05 tahun 2006. Rata-rata kadar CO tertinggi ada pada putaran 5000 rpm yaitu kadar CO yang dihasilkan sebesar 5.79 %, kadar tersebut di atas ambang batas 5.5 %. Kadar HC yang dihasilkan oleh emisi gas buang sepeda motor standar tertinggi ada pada putaran 1500 rpm yaitu 1781.67 ppm. Turbo ventilator mampu menurunkan kadar CO dan HC pada emisi gas buang sepeda motor. Dari rata-rata kadar CO yang dihasilkan, kadar CO yang dihasilkan turbo ventilator 6 blade adalah 1.93 %, 7 blade 1.04 %, dan 1.62% oleh turbo ventilator 8 blade. Turbo ventilator 7 memiliki rata-rata emisi yang dihasilkan paling rendah.turbo ventilator 7 blade mampu menurunkan kadar CO hingga 72 % dari kondisi standar. Rata-rata kadar HC yang dihasilkan turbo ventilator 6 blade 437.33 ppm, 7 blade 777.35 ppm, dan turbo ventilator 8 blade 482.98 ppm. Turbo ventilator 6 blade mampu menurunkan kadar HC 29 % dari kondisi standar. 5. REFERENSI [1] Departemen Lingkungan Hidup (2006). PERMEN LH 05 Tahun 2006 tentang Ambang batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta. [2] Jayanti, N.E., (2013).,Pengaruh Perubahan Jumlah Blade Supercharger Pada Sepeda Motor Mesin Empat Langkah Terhadap Emisi Gas Buang (CO Dan HC).Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya. [3] Kusuma, W.I.GB. (2002). Alat Penurun Emisi Gas Buang pada Motor, Mobil, Motor Tempel dan Mesin Pembakaran Tak Bergerak Program Studi Teknik Mesin. Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali. [4] Pietersz, R. (2013). Pengaruh Jumlah Sudu terhadap Optimalisasi Kinerja Turbin Kinetik Roda Tunggal. Universitas Brawijaya, Malang. [5] Robert (2004). Lambda Calculation from Exhaust Gas Measurements. Bridge Analyzers, Inc. [6] Wahyudi, A., (2013). Analisa Penggunaan Medan Magnet untuk Usaha Mereduksi Emisi Gas Buang pada Sepeda Motor Supra X 125. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya. [7] Wijaya Kusuma, I GB. (2002). Alat Penurun Emisi Gas Buang pada Motor, Mobil, Motor Tempel dan Mesin Pembakaran Tak Bergerak Program Studi Teknik Mesin. Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Bali. ROTASI Vol. 16, No. 2, April 2014: 1 5 5