BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang pengaruh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh suatu tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil UKDW

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BABl PENDAHULUAN. Sejak kemerdekaan, bidang pendidikan dipercaya menjadi pendorong

*( Abdul Ghofur Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bidang-bidang lainnya) dapat dinikmati oleh masyarakat sebagai konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mengolah data keuangan (input) untuk menghasilkan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. komputerisasi sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam. mengembangkan ilmu pengetahuannya. Namun, teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak terhadap bidang ekonomi, politik, sosial, budaya saja, melainkan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan proses yang dilakukan dalam mentransfer atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, pendidikan menjadi hal yang penting bagi

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB I PENDAHULUAN. yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya untuk memperkenalkan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor (BB-Pascapanen) sebagai institusi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi yang mampu bersaing di dunia kerja (Mawardi, 2011). Pihak

PENGARUH PERILAKU BELAJAR, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP STRES KULIAH PADA MAHASISWA AKUNTANSI UPN VETERAN JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bidang pendidikan, khususnya perkuliahan pada Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi, hal ini disebabakan karena banyaknya faktor-faktor diluar faktor

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sendirinya. Mereka membutuhkan orang tua dan lingkungan yang kondusif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tinggi tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan

BAB II LANDASAN TEORITIK

LINGKUNGAN BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRES KULIAH MAHASISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki pengertian yang sangat luas. Kecerdasan menurut para ahli adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini mengakibatkan persaingan di dunia kerja semakin tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis sangatlah ketat, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

DAFTAR PUSTAKA. Giordan, D.A, Dusek, D.E dan Everly, G.S Controlling Stres and Tension. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi dan kompetisi antar mahasiswa, sedangkan yang tidak siap hanya bisa berteriak-teriak tanpa mampu lagi berpikir dengan logika dan akal sehat. Akhirnya, frustasi dan stres menjadi sahabat dalam rasa marah, malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa pun, tak terkecuali mahasiswa di waktu dan tempat yang tak terduga, dan pasti akan merusak semangat dan antusias besar yang dimiliki. Oleh karena itu, stres adalah musuh terbesar yang wajib dilawan. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar. Suwardjono (1991) menyatakan yakni mahasiswa yang belajar di perguruan tinggi dituntut tidak hanya mempunyai keterampilan teknis tetapi juga memiliki daya dan kerangka piker serta sikp mental dan kepribadian tertentu sehingga mempunyai wawasan luas dalam menghadapi masalah-masalah dalam dunia nyata (masyarakat). Salah satu cara 1

2 terefektif dalam melawan stres, adalah memiliki filosofi hidup berlandaskan pada cinta dan sikap baik. Yaitu mencintai semua keadaan bersama rasa syukur, dan terus memperbaiki hal-hal yang kurang baik menjadi baik. Cinta dan sikap baik haruslah dalam bentuk komitmen total, yang dibungkus dalam keyakinan dan kepercayaan diri untuk menghadapi setiap situasi dengan sikap sabar, tegar, santai, menikmati, tidak takut, mau belajar dan mau melihat realitas dari pikiran positif. Saat kita tidak mau merubah diri untuk menjadi lebih terbuka dan lebih bijaksana dalam memandang realitas hidup, maka semua tantangan yang ada akan menjadi benih stres, yang ada akhirnya tumbuh menjadi depresi kronis. Dan semua ini hanya akan menghasilkan ketidaknyamanan dalam hidup kita. Tidak selalu tantangan hidup akan mengancam kehidupan, tapi sering sekali tantangan hidup membawa peluang untuk sukses. Oleh karena itu, diperlukan sikap optimis untuk merancang kekuatan diri dengan keyakinan untuk mengatasi tantangan yang ada. Pribadi-pribadi sukses selalu mampu mengatasi stres dengan pola hidup seimbang yang sabar dan tekun, serta menikmati setiap moment dari hidup bersama rasa syukur, dengan semangat pantang menyerah untuk mencapai mimpi dan harapan hidup tertinggi. Selama bertahun-tahun Kecerdasan Intelegensi (IQ) telah diyakini menjadi ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademis, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila dihubungkan dengan

3 tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang. Daniel Goleman (1999), adalah salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai factor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni kecerdasan emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Steiner (1997) menjelaskan pengertian kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi. Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov, dan Roberts, 1998) mengungkapkan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan. Berbeda dengan pendapat sebelumnya, Patton (1998) mengemukakan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, dan membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan. Sementara itu Bar-on (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu rangkain emosi, pengetahuan emosi dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif. Dari beberapa definisi kecerdasan emosional tersebut ada kecenderungan arti bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain,

4 kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Hasil penelitian sebelumnya mengenai kecerdasan emosional dengan stres telah dilakukan tetapi terhadap karyawan, saya berasumsi bahwa kecerdasan emosional akan meningkat sesuai dengan kematangan umur seseorang, sehingga hasilnya penelitian kecerdasan emosional karyawan belum tentu sama dengan hasil penelitian kecerdasan emosional pada saat mahasiswa, karena pada saat mahasiswa suasananya, kebutuhannya, pergaulannya, dan kematangannya sangat berbeda dengan pada saat bekerja, sehingga hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk akademis, mahasiswa, dan pengembangan kurikulum. Penelitian mengenai stres kuliah ini dimotivasi oleh penelitian Suryaningsum dkk (2005) dan Yulianti (2002). Penelitian Yulianti (2002) menekankan pada kecerdasan emosional dengan karyawan Pusdiklat di Cepu. Hasil penelitiannya menunjukkan ada hubungan negative yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres kerja. Artinya semakin tinggi kecerdasan emosional karyawan maka semakin rendah stres kerja. Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relative, serta mampu

5 berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya (Trisnawati dan Suryaningsum, 2003). Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari akuntansi yang mengintegrasikan dimensi perilaku dengan akuntansi tradisional. Studi-studi tentang perilaku memberikan pencerahan penting pada karakteristik dan penyebab perilaku manusia dan mungkin berpengaruh pada cara akuntan mendesain sistim informasinya. Penelitian akuntansi keperilakuan memiliki dampak yang cukup mendalam pada teori dan praktik akuntansi dimasa yang akan dating. Akuntansi banyak disalah artikan, sebagai bidang studi yang banyak menggunakan angka-angka untuk menghasilkan laporan keuangan. Padahal akuntansi tidak hanya memfokuskan pada masalah perhitungan semata, namun lebih pada penalaran yang membutuhkan logika berpikir (Suryanti dan Ika, 2004). Suryaningsum dkk (2005) menyatakan bahwa pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap stres kuliah hanya dipengaruhi oleh variabel pengenalan diri dan variabel keterampilan social, sedangkan variabel pengendalian diri, motivasi, empati tidak berpengaruh signifikan terhadap stres kuliah. Saya setuju dengan hasil Suryaningsum (2005), karena memang pengendalian diri, motivasi, dan empati mahasiswa kalau diamati sepintas memang fenomenanya adalah mahasiswa cenderung belum mampu mengendalikan dirinya sehingga terkesan seenaknya sendiri. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk mencari jawaban atas fenomena tersebut dengan menambahi

6 variabel perilaku belajar mahasiswa akuntansi di perguruan tinggi. Perilaku belajar mahasiswa (yang terdiri dari kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian) Suwardjono (1991) tentang variabel perilaku belajar di perguruan tinggi, Beliau menggugat sistim pembelajaran perguruan tinggi yang belum memenuhi standar proses belajar mengajar yg benar dan ideal, sehingga hasil belajar di perguruan tinggi tidak maksimal. Hasil penelitian sebelumnya mengenai kecerdasan emosional dan perilaku belajar dengan stres kuliah telah dilakukan terhadap mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi wilayah D.I. Yogyakarta, saya berasumsi bahwa kecerdasan emosional akan meningkat sesuai dengan kemandirian seseorang, perilaku belajar akan meningkat sesuai dengan pemahaman mahasiswa mengenai makna belajar di Perguruan Tinggi, sehingga hasil pada penelitian kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi wilayah D.I Yogyakarta belum tentu sama dengan hasil penelitian kecerdasan emosional dan perilaku belajar pada mahasiswa akuntansi Mercu Buana. Disamping itu saya akan membandingkan mahasiswa akuntansi mana yang mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, mahasiswa kelas karyawan atau regular. Karena pada mahasiswa akuntansi kelas karyawan mempunyai tanggungjawab yang lebih, beda ketimbang dengan mahasiswa akuntansi reguler.

7 Berdasrkan uraian diatas mendorong penulis untuk mengambil judul PERBANDINGAN PERILAKU BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL DALAM MEMPENGARUHI STRES KULIAH MAHASISWA AKUNTANSI ANTARA MAHASISWA KELAS KARYAWAN DAN REGULER UNIVERSITAS MERCUBUANA. B. Perumusan Masalah Dalam uraian pada latar belakang di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Apakah perilaku belajar mahasiswa akuntansi berpengaruh terhadap stres kuliah? b. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap stres kuliah? c. Apakah perilaku belajar dan kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap stres kuliah? C. Tujuan dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh perilaku belajar mahasiswa akuntansi terhadap stres kuliah.

8 b. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres kuliah. c. Untuk mengetahui pengaruh signifikan perilaku belajar dan kecerdasan emosional mahasiswa akuntansi terhadap stres kuliah. 2. Kegunaan a. Bagi mahasiswa akuntansi, dari penelitian ini maka pengetahuan mahasiswa akuntansi tentang perilaku belajar dan kecerdasan emosional akan bertambah sehingga secara tidak langsung mahasiswa akan memiliki kemampuan lebih dalam mengelola perilaku belajar dan kecerdasan emosional mereka dengan baik untuk menghindari terjadinya stres kuliah. b. Bagi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, dapat memberikan masukan untuk menyusun dan menyempurnakan sistem yang diterapkan dalam jurusan Akuntansi tersebut dalam rangka menciptakan seorang akuntan yang berkualitas. c. Bagi peneliti, peneliti dapat mengetahui pengaruh perilaku belajar dan kecerdasan emosional terhadap stress kuliah mahasiswa.