Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas IV SD Inpres 2 Mensung Membuat Kalimat Tanya Dalam Bahasa Indonesia Melalui Metode Latihan Supardi, Tahir, dan Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan utama dan mendasar pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar menulis kalimat tanya di kelas IV SD Inpres 2 Mensung. Tujuan pemecahan masalah adalah pemanfaatan pembelajaran dengan menggunakan metode latihan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung yang berjumlah 24 anak. Data dikumpulkan melalui lembar aktivitas siswa dan guru (observasi), tes hasil tindakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa dan guru mengalami peningkatan yang cukup baik dari siklus I ke siklus II. Tes hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 45,83% dan pada siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada ketuntasan belajar sebesar 91,66%. Hasil daya serap klasikal pada siklus I adalah 68,40% dan siklus II daya serap klasikal adalah 86,11%. maka dapat disimpulkan bahwa menggunakan metode latihan yang dilakukan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Kata kunci: Kemampuan siswa, Kalimat tanya, Metode Latihan I. PENDAHULUAN Pembelajaran di sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas serta bakat dari siswa. Karena kreativitas seseorang akan berkembang jika terus diasah dengan baik, tentunya dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam meningkatkan kreativitas siswa di sekolah dasar. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mampu membuat siswa memahami pelajaran yang diajarkan. Selain itu pula, tugas dan tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam membuat kalimat tanya, sebagai kemampuan dasar penting yang harus dikuasai oleh para siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia guru memiliki peranan penting untuk dapat membuat siswa memahami pelajaran yang diajarkan. Selain itu pula guru tugas dan tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kemampuan yang
dimiliki siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada penggunaan kalimat tanya. Hal ini menuntut para guru untuk memiliki metode yang cocok untuk diterapkan. Khususnya di sekolah SD Inpres 2 Mensung diperoleh hasil belajar siswa untuk pelajaran Bahasa Indonesia masih rendah yaitu 64,5%. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan tindakan dengan memilih metode latihan. Dengan demikian akan tercipta proses pembelajaran yang kondusif dan memperoleh hasil belajar yang diharapkan. Dalam proses pendidikan, penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran merupakan tujuan utama sekaligus tujuan bersama. Konsep ini tentu sangat mudah diterima dan dipahami. Meskipun demikian, konsep tersebut sangat sulit untuk mewujudkannya. Kesulitan tersebut harus dipahami sebagai sebuah tantangan. Kesiapan guru dalam menyampaikan materi di kelas sangat diperlukan untuk memahami pengetahuan yang ingin disampaikan kepada para siswa. Aspek ini dalam kehidupan dunia modern akan sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar seorang guru harus bisa membuat siswa menguasai materi pelajaran. Kesiapan guru dalam menyampaikan materi dikelas sangat diperlukan untuk memahami pengetahuan yang ingin disampaikan kepada para siswa. Proses pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dilaksanakan untuk pemantapan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, siswa diharapkan dapat memperoleh kemampuan membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Kondisi awal pembelajaran bahsa indonesia dalam membuat kalimat tanya pada SD Inpres 2 Mensung, masih banyak siswa yang kurang memahami, senhingga guru memilih untuk menggunakan metode latihan. Dengan mengunaakan metodelatihan siswa dengan cepat dapat memahami dalam membuat kalimat tanya. Contoh : - Kamu membaca buku apa? - Anda mencari siapa?
- Mengapa anak itu menangis? - Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 Kenyataan yang terjadi di kelas IV SD Inpres 2 Mensung masih banyak siswa yang belum mampu membuat kalimat tanya dengan baik dalam metode latihan tentunya hal ini menjadi fokus masalah yang perlu diperbaiki. Upaya perbaikan tersebut tidak lepas dari peran guru yang merupakan fasilitator dalam pembelajaran di kelas. Guru harus mampu memilih metode yang tepat guna memperbaiki kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV, olehnya itu pada penelitian tindakan ini akan menggunakan metode latihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan siswa membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan metode latihan akan membiasakan siswa membuat kalimat tanya karena dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode latihan dituntut siswa untuk mengulang-ulang kembali materi yang telah dipelajarinya sehingga dengan demikian mereka akan terbiasa membuat kalimat tanya sehingga kemampuan siswa akan meningkat. Tujuan penlitian adalah untuk megetahuai pemahaman siswa dalam mebuat kalimat tanya dengan menggunakan metode latihan. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan bersiklus yang mengacu pada model Kurt Lewin yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Depdiknas,2003.a:19) yaitu meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi (iv) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Inpres 2 Mengsung dengan jumlah siswa 18 orang yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penetapan lokasi penelitian ini karena didasarkan pada pertimbangan (1) masih banyak ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia, (2) di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian yang menggunakan metode latihan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (3) sekolah ini merupakan tempat peneliti mengajar sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
Data kualitatif yaitu data hasil observasi guru/peneliti serta data hasil observasi siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tes, observasi dan catatan lapangan sebagai berikut: a. Hasil Tes Tes yang diberikan dalam penelitian adalah tes Hasil Observasi Observasi dilakukan selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan ini untuk memperoleh data tentang aktivitas baik yang dilakukan oleh peneliti ataupun siswa sebagai subjek penelitian selama proses pelaksanaan tindakan. Data ini diambil dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri atas lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa, untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting pada saat proses pembelajaran berlangsung Teknik Analisis Data Ada dua jenis data yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. a. Analisis data kualitatif Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan sesudah mengumpulkan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif menurut Miles dan Huderman dalam Muslich (2010:98) adalah: 1) Mereduksi data Mereduksi data adalah prose kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan semua data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber, yaitu pengamatan dan catatan lapangan. Mereduksi data berlansung terusmenerus selama pengumpulan data sampai penyusunan laporan. 2) Penyajian data Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun secara naratif, sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi. Sehingga dapat memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
Informasi yang dimaksud adalah uraian proses kegiatan pembelajaran, peningkatan pemahaman siswa, kesulitan yang dihadapi siswa serta hasil yang diperoleh sebagai akibat dari peemberian tindakan. Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi dapat berupa penjelasan tentang, (a) perbedaan antara rancangan dan tindakan, (b) perlunya perubahan tindakan, (c) alternativ tindakan yang dianggap tepat, (d) persepsi peneliti, teman sejawat, dan guru yang terlibat dalam pengamatan dan catatan lapangan terhadap tindakan yang telah dilakukan, dan (e) kendala yang dihadapi dan sebab kendala itu muncul. 3) Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah disajikan dan merupakan pengukuran akhir. b. Analisis Data Kuantitatif Teknik analisis data kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa membuat kalimat tanya sesudah diberi pembelajaran dengan menggunakan metode latihan. Hasil perhitungan kemampuan membuat kalimat tanya dengan menggunakan metode latihan dari masing-masing siklus kemudian dibandingkan. Dari hasil tersebut akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan kemampuan siswa membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia di kelas IV SD Inpres 2 Mensung dengan menggunakan metode latihan. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil kemampuan siswa membuat kalimat tanya dalam bahasa Indonesia (Suryanto, 2008:67-69) adalah: 1) Ketuntasan Belajar Individu Persentase KBI= x y x 100% Keterangan: X = Skor yang diperoleh siswa
Y Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 = Jumlah skor maksimal soal KBI = Daya Serap Individu Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila memperoleh persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. 2) Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase KBK= N S x 100% Keterangan: N = Jumlah siswa yang tuntas S = Jumlah siswa seluruhnya. KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika persentase ketuntasan belajar klasikal sekurang-kurangnya 75% 3) Daya Serap Klasikal Persentase daya serap klasikal = Skor Total Perolehan Skor Maksimal x 100% Menurut Budiman (2005:93) Kalimat tanya sesuatu atau seseorang sehingga diperoleh jawaban tentang suatu masalah. Secara lisan, kalimat. Biasanya diakhiri dengan tanda Tanya (?). Contoh : Apakah kamu? a. Kalimat tanya ditandai dengan intonasi yang rendah. b. sakit? c. Siapa yang membeli buku ini? Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda dari kalimat berita. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir turun, sedangkan pola intonasi kalimat tanya bernada akhir naik. Di samping itu, nada terakhir yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan nada suku terakhir pola intonasi kalimat berita. a. Apa Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tumbuhan, hewan dan identitas. Contoh: Petani itu membawa apa?
Kamu membaca buku apa? b. Siapa Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 Kata tanya siapa digunaka untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan Manusia. Contoh: Anda mencari siapa? Ini sepeda siapa? c. Mengapa Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan dan sebab. Contoh: Anak itu sedang mengapa? Mengapa anak itu menangis? d. Kenapa Kata tanya kenapa digunakan untuk menanyakan sebab. Contoh: Kenapa anak itu menangis? e. Bagaimana Kata tanya bagaimana menanyakan keadaan dan cara. Contoh: Bagaimana nasibnya sekarang? Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi? f. Mana Kata tanya mana menanyakan tempat, sesuatu dari suatu kumpulan dan sesuatu yang dijanjikan sebelumnya Contoh: III. Kamu orang mana? HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa tabel 4.2 pada siklus I pertemuan 1 diperoleh skor 26 dari skor maksimal 40 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 30 dari skor maksimal 40. Dari hasil pengelolaan data diperoleh persentase pada pertemuan 1 dengan pembelajaran metode latihan adalah 65%
No Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 berada dalam kategori cukup dan pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 75% berada dalam kategori baik. Nama Siswa Penggunan Kata Tanya Tabel 1 Hasil Analisis tes siklus I Aspek Yang diniliai Tanda Titik Dua Penggunaan Kalimat Efektif Kerapian Skor Nilai Ketuntasan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ya Tdk 1 Abd. Azis 7 58 2 Andra Rizki 11 92 3 Ayirin 9 75 4 Azillah 7 58 5 Azmi 10 83 6 Dian 11 92 7 Eva 7 58 8 Fajar 9 75 9 Lia aulia 7 58 10 Moh. Fahri 7 58 11 Moh. Fergiawan 7 58 12 Moh. Ridho 7 58 13 Moh. Rizki 10 83 14 Moh. Zain 9 75 15 Nur Afriyani 7 58 16 Nur Aziza 7 58 17 Putri Desi 7 58 18 Putri Sanova 10 83
19 Rasya 9 75 20 Ririn 7 58 21 Rafli 9 75 22 Rani 9 75 23 Silvani 7 58 24 Zulfikar 7 58 Daya Serap Klasikal Daya serap klasikal 68,40% Ketuntasan klasikal 45,83% Persentase daya serap klasikal = Skor Total Perolehan Skor Maksimal = 197 288 x 100% x 100% Ketuntasan belajar klasikal = 68,40% Persentase ketuntasan belajar = Banyaknya siswa yang tuntas Banyak siswa seluruhnya x 100% = 11 24 x 100% = 45,83% Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa tabel 2 pada siklus I pertemuan 1 diperoleh skor 26 dari skor maksimal 40 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 30 dari skor maksimal 40. Dari hasil pengelolaan data diperoleh persentase pada pertemuan 1 dengan pembelajaran metode latihan adalah 65% berada dalam kategori cukup dan pada pertemuan 2 siklus 1 adalah 75% berada dalam kategori baik. Tabel 2 Analisis Hasil Tes Formatif siklus 1 No Aspek Perolehan Hasil 1. Skor tertinggi 11 2. Skor ter-rendah 7
3. Jumlah siswa keseluruhan 24 4. Banyak siswa yang tuntas 11 5. Banyak siswa yang tidak tuntas 13 6. Presentase daya serap klasikal 68,40% 7 Presentase ketuntasan kiasikal 45,83% Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa tabel 4.5 pada siklus II pertemuan 1 diperoleh skor 36 dari skor maksimal 40 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 40 dari skor maksimal 40. Dari hasil pengelolaan data diperoleh persentase pada pertemuan 1 adalah 90% berada dalam kategori sangat baik dan pada pertemuan 2 siklus II adalah 97,5% berada dalam kategori sangat baik. Tabel 3 Hasil Analisis Tes Siklus II Aspek Yang diniliai No Nama Siswa Penggunaan Kata Tanya Tanda Titik Dua Tanda Petik Penggunaan Kalimat Efektif Skor Nilai Ketuntasan 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Ya Tdk 1 Abd. Azis 11 92 2 Andra 12 100 Rizki 3 Ayirin 11 92 4 Azillah 10 83 5 Azmi 11 92 6 Dian 12 100 7 Eva 10 83 8 Fajar 11 92 9 Lia aulia 10 83 10 Moh. Fahri 11 92 11 Moh. Fergiawan 10 83
12 Moh. Ridho 7 58 13 Moh. Rizki 11 92 14 Moh. Zain 11 92 15 Nur Afriyani 11 92 16 Nur Aziza 10 83 17 Putri Desi 10 83 18 Putri Sanova 11 92 19 Rasya 11 92 20 Ririn 7 58 21 Rafli 10 83 22 Rani 11 92 23 Silvani 11 83 24 Zulfikar 10 83 Daya serap klasikal 86,80% Ketuntasan klasikal 91,66% Daya Serap Klasikal Persentase daya serap klasikal = Skor Total Perolehan Skor Maksimal x 100% = 250 288 x 100% Ketuntasan belajar klasikal = 86,80% Persentase ketuntasan belajar = Banyaknya siswa yang tuntas Banyak siswa seluruhnya x100% = 22 24 x 100% = 91,66 %
Berdasarkan data hasil observasi aktivitas siswa tabel 4.5 pada siklus II pertemuan 1 diperoleh skor 36 dari skor maksimal 40 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 40 dari skor maksimal 40. Dari hasil pengelolaan data diperoleh persentase pada pertemuan 1 adalah 90% berada dalam kategori sangat baik dan pada pertemuan 2 siklus II adalah 97,5% berada dalam kategori sangat baik. Berdasarkan data hasil observasi aktivitas guru pada pembelajaran metode latihan tabel 4 pada siklus II pertemuan 1 diperoleh skor 38 dari skor maksimal 40 dan pada pertemuan 2 diperoleh skor 40 dari skor maksimal 40. Dari hasil pengelolaan data diperoleh persentase pada pertemuan 1 adalah 95% berada dalam kategori sangat baik dan pada pertemuan 2 siklus II adalah 97,5% berada juga dalam kategori sangat baik. Tabel 4 Analisis Hasil Tes Formatif siklus II No Aspek Perolehan Hasil 1. Skor tertinggi 12 2. Skor ter-rendah 7 3. Jumlah siswa keseluruhan 24 4. Banyak siswa yang tuntas 22 5. Banyak siswa yang tidak tuntas 2 6. Presentase daya serap klasikal 86,80% 7 Presentase ketuntasan kiasikal 91,66% Pembahasan Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil analisis tes formatif pada siklus I dan siklus II, diperoleh bahwa hasil belajar siswa terjadi peningkatan yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode latihan cukup efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian, kreatifitas dan inovatif dalam menyelesaikan tugas atau lembar kerja siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode latihan siswa dilatih untuk menyelesaikan tugas-tugas tentang hal-hal yang nyata diabstrakkan dalam respon siswa ketika guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan
metode latihan sangat antusias. Respon siswa ketika guru meminta mengulangi menjawab dan menjelaskan isi materi hasilnya siswa dapat melakukannya. Kemampuan menggunakan metode latihan dengan materi pelajaran membuat siswa terampil untuk meningkatkan sikap motoriknya. Berdasarkan hasil observasi siswa siklus I pertemuan I diperoleh hasil dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran masih kurang sehingga siswa masih terlihat pasif, terutama dalam menjawab pertanyaan guru dan memberikan pertanyaan dari materi yang belum dipahami pada saat pembelajaran berlangsung, siswa belum berani untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan pada tugas yang telah dikerjakan, dan belum aktif dalam menyimpulkan materi. Sedangkan pada pertemuan 2 diperoleh kategori baik, dan mengalami peningkatan dari pertemuan sebelumnya. Peningkatan aktivitas siswa disebabkan siswa sedikit lebih aktif baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru dan dalam menyimpulkan materi dibanding pertemuan sebelumnya walaupun secara keseluruhan proses pembelajaran masih didominasi oleh guru. aktivitas Pada silklus II pertemuan 1 dan 2 diperoleh persentase nilai rata-rata siswa dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. hal ini terlihat pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa lebih aktif dalam proses penggunaan metode latihan dan dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa menjadi lebih paham bagaimana cara mengambil keputusan dan menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan I dan2 diperoleh kategori baik, ini menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I terjadi peningkatan pada setiap pertemuan. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 diperoleh nilai rata-rata aktivitas guru dengan kategori sangat baik, ini menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas guru pada setiap pertemuan. Pada hasil analisis tes formatif siklus I, diperoleh persentase daya serap klasikal sebesar 68,40%, sedangkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 45,83%
dengan 11 siswa yang tuntas dan 13 siswa yang tidak tuntas dengan jumlah 24 siswa. Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I ini disebabkan karena motivasi siswa dalam pembelajaran masih kurang sehingga pemahaman siswa terhadap tugas yang diberikan juga belum maksimal. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II dengan meningkatkan motivasi dan bimbingan kepada siswa. Perlakuan ini memberikan dampak yang baik, ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Pada hasil analisis tes formatif siklus II, diperoleh persentase daya serap klasikal sebesar 86,80% dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 91,66%, dengan 22 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang tidak tuntas dengan jumlah 24 siswa. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II. Penggunaan metode latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kalimat tanya sehingga memperoleh hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan. Pembelajaran ini dapat mengubah kebiasaan siswa belajar yang hanya mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir serta mengalaminya secara langsung. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Persentase ketuntasan daya serap siklus I adalah 68,40% dan siklus II sebesar 86,80%, sedangkan persentase ketuntasan belajar klasikal siklus I adalah 45,83% dengan 11 siswa yang tuntas dari 24 siswa, sedangkan siklus II sebesar 91,66% dengan 22 siswa yang tuntas dari 24 siswa. 2. Metode latihan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SD Inpres 2 Saran Mensung dalam membuat kalimat tanya, sehingga memperoleh hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan. 1. Metode latihan diharapkan dapat dijadikan salah satu metode pembelajaran bagi guru untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal sehingga memperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan
2. Kepada pihak pengambil kebijakan (kepala sekolah), agar memperhatikan segala kesulitan yang dialami siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dicarikan solusi untuk mengatasi penggunaan strategi, media, model dan metode pengajarannya. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud, (1999 ) Tujuan Pendidikan Nasinal Depdiknas (2003): Kriteria Taraf Keberhasilan. Jakarta : Pusat Perbukuan Suryanto. 2008. Evaluasi Pembelajaran Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Depdiknas. (2004). Penilaian. Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional. Muslich. 2010. Melaksanakan PTK itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suaib Dahlia. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Graha. Budiman. 2005. Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.