Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

PERBANDINGAN KAWIN ALAM DAN INSEMINASI BUATAN TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN, LAMA BUNTING, LITTER SIZE DAN BOBOT LAHIR KELINCI NEW ZEALAND WHITE

DINAMIKA REKASATWA, Vol. 2 No. 2, 21 Agustus 2017 HUBUNGAN KARAKTER KUANTITATIF UKURAN TUBUH PADA BERBAGAI BANGSA PEJANTAN KELINCI ABSTRAK

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

POLA PERTUMBUHAN BOBOT BADAN KAMBING KACANG BETINA DI KABUPATEN GROBOGAN (Growth Pattern of Body Weight of Female Kacang Goats in Grobogan Regency)

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

PERFORMA PRODUKSI KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE JANTAN LEPAS SAPIH YANG DIPELIHARA PADA SUHU LINGKUNGAN YANG BERBEDA

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

PENAMPILAN REPRODUKSI KAMBING INDUK: BOER, KACANG DAN KACANG YANG DISILANGKAN DENGAN PEJANTAN BOER

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

PENGARUH PERBEDAAN SUMBER ENERGI PAKAN (JAGUNG DAN POLLARD) TERHADAP RESPON FISIOLOGIS KELINCI NEW ZEALAND WHITE BETINA SKRIPSI. Oleh RISKA KURNIAWATI

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah

EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN PERGANTIAN BULU PADA ITIK BETINA LOKAL PERIODE INDUKAN SKRIPSI NOVI GIANTI LOKOLLO

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

KA-DO UNTUK PETERNAKAN INDONESIA Oleh: Fitria Nur Aini

PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY

Imbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

Relationship Between Body Weight and Body Size Some Quantitative Properties Goat Kacang in Bone regency Bolango.

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

HUBUNGAN ANTARA UKURAN UKURAN TUBUH TERHADAP BOBOT BADAN DOMBA WONOSOBO JANTAN DI KABUPATEN WONOSOBO JAWA TENGAH

PENAMBAHAN DAUN KATUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KORELASI SIFAT BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN LITTER SIZE PADA KELINCI NEW ZEALAND WHITE, LOKAL DAN PERSILANGAN

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

KORELASI BOBOT BADAN INDUK DENGAN LAMA BUNTING, LITTER SIZE, DAN BOBOT LAHIR ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

KARAKTERISTIK KARKAS DAN POTONGAN KOMERSIAL KELINCI REX DAN SATIN

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

Transkripsi:

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 42-48 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White Sismala Widitania, Yon Soepri Ondho, dan C. M. Sri Lestari Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang sismala.widitania@gmail.com ABSTRACT: This study aims to determine the relationship between body weight of does with litter size, birth weight and mortality in New Zealand White (NZW) rabbits. The research was conducted at the Central Breeding and Raising Non Ruminant Livestock unit Balekambang, Surakarta, Central Java. The material used in this study was 35 does that had sexual maturity and have given birth at least once aged maximum 3 years old. In addition, the study also used 7 bucks aged approximately 2 years. Data were analysed using simple linear regression analysis. The study found that the weight of the does had a very weak correlation value to litter size, birth weight and mortality of young rabbits. Keywords: Rabbits, New Zealand White, body weight, litter size PENDAHULUAN Tingkat konsumsi daging masyarakat merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa. Menurut OECD (2016), konsumsi daging masyarakat Indonesia tahun 2015 adalah 11,2 kg per kapita yang jauh di bawah angka konsumsi daging rata-rata dunia yang mencapai 34,1 kg per kapita. Oleh karena itu, diperlukan upaya meningkatkan produksi daging di Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan daging. Kelinci New Zealand White sebagai produsen daging komersial memiliki beberapa keunggulan yaitu tingkat pertumbuhan yang cepat, kualitas karkas, kesuburan, dan kemampuan pengasuhan yang baik (Lebas et al., 1986). Daging kelinci mengandung protein 20,8%, lemak 10,2% dan energi 7,3 MJ/Kg, kandungan asam lemak linoleat tertinggi diantara ternak lainnya (22,5%), kandungan kolesterol relatif rendah 0,1% dan sedikit garam (Hutasuhut, 2005). Budidaya kelinci di Indonesia relatif lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya ternak lain seperti ayam, sapi, kambing dan domba. Pemeliharaan kelinci relatif mudah dan pakan untuk kelinci juga mudah diperoleh. Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan usaha peternakan kelinci adalah bibit ternak. Berbagai acuan telah digunakan dalam seleksi bibit kelinci unggul diantaranya bobot lahir, litter size dan mortalitas. Litter size sangat dipengaruhi oleh jumlah ovum (sel telur) yang diovulasikan oleh induk. Persentase ovulasi kelinci berkorelasi dengan bobot badan (Weisbroth, 1974). Jumlah sel telur yang diovulasikan dan yang dibuahi oleh sperma serta jumlah sel 42

telur yang dibuahi yang mengalami perkembangan intrauterin merupakan faktor yang menentukan litter size (McNitt et al., 2013). Kelinci memiliki uterus dupleks (Bensley, 1948) dan terdapat kecenderungan transplantasi ovum bahwa pada kelinci yang lebih besar akan menerima lebih banyak daripada yang agak kecil (Venge, 1950). Ruang yang tersedia pada uterus mempengaruhi perkembangan plasenta induk dan pada tingkat yang lebih rendah juga mempengaruhi perkembangan fetus dan plasenta dari fetus. Panjang uterus dan ruang yang tersedia didalamnya memiliki efek agak kecil terhadap pertumbuhan fetus dan berat fetus (Bolet et al., 2007). Litter size yang lahir hidup adalah cerminan dari kesuburan kelinci betina dan kemampuannya dalam mengasuh anak yang dilahirkan (McNitt et al., 2013). Induk yang diinseminasi pada umur 14,5 minggu menghasilkan persentase kelahiran mati yang lebih tinggi pada induk yang lebih berat (bobot badan> 4 kg) dibandingkan dengan induk yang kecil (bobot badan <3,5 kg) yaitu masing-masing sebesar 13,4% dan 4,6% (Rommers et al. 2002). Jumlah kelahiran mati meningkat pada induk kelinci dengan konsumsi pakan rendah saat bunting (Rommers et al. 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci NZW. Diduga semakin tinggi bobot induk maka semakin tinggi litter size, semakin tinggi bobot lahir anak dan semakin kecil mortalitas anak kelinci. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Maret sampai 1 Mei 2016. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah kelinci milik Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Satuan Kerja Balekambang, Surakarta, Jawa Tengah. Induk kelinci yang digunakan sebanyak 35 ekor yang sudah dewasa kelamin dan minimal pernah melahirkan 1 kali dengan umur maksimal 3 tahun. Selain itu digunakan pula 7 ekor pejantan kelinci yang berumur kurang lebih 2 tahun. Penimbangan induk dilakukan sebelum kelinci dikawinkan. Kelinci dikawinkan secara alami dengan memindahkan kelinci betina pada kandang jantan. Setelah kawin, kelinci betina dikembalikan ke kandang pengamatan. Pemeriksaan kebuntingan dilakukan pada 2 minggu setelah kawin. Induk yang bunting dirawat dan ditunggu sampai melahirkan, sedangkan induk yang tidak bunting ditimbang bobotnya kemudian dikawinkan kembali. Kurang lebih satu minggu sebelum melahirkan, kandang kelinci diberi kotak yang digunakan sebagai sarang. Induk kelinci akan merontokkan bulu untuk penghangat pada sarang dan kemudian melahirkan. Parameter penelitian antara lain bobot induk sebelum dikawinkan, litter size, bobot lahir anak dan mortalitas anak kelinci yang baru lahir. Data dianalisis dengan regresi linear sederhana untuk mengetahui korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot badan induk dengan bobot lahir anak dan bobot badan induk dengan mortalitas anak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian rata-rata bobot induk, litter size, bobot lahir dan mortalitas kelinci New Zealand White (NZW) ditampilkan pada Tabel 1. 43

Tabel 1. Rata-rata bobot badan induk, litter size, bobot lahir, dan mortalitas kelinci New Zealand White Rata-rata ± SD Bobot induk (g) 2.168,51 ± 428,85 Litter size (ekor) 4,31 ± 1,69 Bobot lahir (g) 50,78 ± 12,85 Mortalitas (ekor) 0,09 ± 0,37 litter size Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut, rata-rata bobot induk kelinci NZW hasil penelitian adalah 2.168,51 ± 428,85. Bobot tersebut lebih rendah dibandingkan dengan bobot induk kelinci NZW normal. Menurut Raharjo dan Brahmantiyo (2006), bobot anak NZW umur 58 hari sekitar 1,8 kg sedangkan bobot dewasa rata-rata 3,6 kg bahkan dapat mencapai 4,5 5 kg per ekor. Sama halnya dengan bobot induk, rata-rata litter size hasil penelitian juga menunjukkan hasil di bawah rata-rata litter size kelinci NZW normal. Menurut Lebas et al. (1986), litter size rata-rata kelinci New Zealand White antara 7-9. litter size pada kelinci New Zealand White ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil korelasi dan regresi sederhana antara bobot induk dengan litter size kelinci New Zealand White Bobot induk Litter size Koefisien korelasi (r) -0,005 Koefisien determinasi (R 2 ) 0,0025 % Persamaan regresi Y = 5512,34-2,54X Hasil korelasi sebesar -0,005 menunjukkan bahwa hubungan antara bobot badan dengan litter size sangat lemah. Ini berarti bobot badan induk hampir tidak ada hubungannya dengan litter size. Menurut Weisbroth (1974), bobot badan kelinci berkorelasi dengan persentase ovulasi dimana jumlah sel telur yang diovulasikan akan mempengaruhi litter size. Tarsono dkk. (2009) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah sel telur yang diovulasikan, jumlah sel telur yang dibuahi akan semakin banyak sehingga jumlah anak sekelahiran (litter size) juga meningkat. Apabila bobot badan induk mempengaruhi jumlah sel telur yang diovulasikan dan jumlah telur yang diovulasikan mempengaruhi litter size, maka bobot induk seharusnya akan mempengaruhi litter size kelinci. Rendahnya nilai korelasi dimungkinkan terjadi karena litter size pada kelinci bukan hanya dipengaruhi oleh banyaknya sel telur yang diovulasikan saja, melainkan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi, antara lain induk kelinci dan lingkungan. Induk kelinci dapat mengovulasikan beberapa buah sel telur namun belum tentu semua sel telur yang telah diovulasikan tersebut akan mengalami pembuahan dan perkembangan. Menurut Moreki (2007), litter size yang lebih kecil dapat terjadi karena kelinci jantan yang terlalu sering digunakan untuk mengawini betina. Pejantan yang sering digunakan untuk mengawini kelinci betina kemungkinan dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah sel telur yang terbuahi. 44

Selain itu, tidak semua sel telur yang telah dibuahi dapat berkembang dengan baik didalam uterus. Kematian fetus dan jumlah sel telur yang sudah dibuahi dan hilang selama kebuntingan juga mempengaruhi jumlah anak sekelahiran (Tarsono dkk., 2009). Kebanyakan kematian embrio terjadi pada 15 hari sebelum kelahiran yang dapat disebabkan karena viabilitas embrio dan faktor eksternal yaitu musim serta kondisi fisiologis kelinci betina terutama umur (Lebas et al., 1986). Selain umur, kesehatan induk juga berpengaruh terhadap litter size. Menurut De Blas dan Wiseman (2010), gejala defisiensi seperti anemia, kehilangan nafsu makan, kulit kasar, dan diare dapat mengurangi ukuran litter size. Hubungan antara bobot induk dengan litter size kelinci New Zealand White diperjelas melalui garis regresi yang terdapat pada Gambar 1. Litter Size (ekor) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1000 2000 3000 4000 Bobot Induk (g) Gambar 1. Garis regresi antara bobot badan induk dengan litter size pada kelinci New Zealand White bobot lahir anak Bobot lahir rata-rata anak kelinci hasil penelitian adalah 50,78 gram (lihat Tabel 1). Hasil tersebut lebih rendah dari bobot lahir kelinci New Zealand White yang dikemukakan oleh McNitt et al. (2013) yakni sekitar 60 gram. bobot lahir anak kelinci New Zealand White dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil korelasi dan regresi sederhana antara bobot induk dengan bobot lahir anak kelinci New Zealand White Bobot induk Bobot lahir anak Koefisien korelasi (r) 0,14 Koefisien determinasi (R 2 ) 1,96 % Persamaan regresi Y = 39,93 + 0,005X Hasil korelasi yang rendah pada Tabel 3 dimungkinkan karena tidak dilakukan pengelompokan terhadap litter size. Korelasi bobot anak dengan bobot induk dari kelinci Large apabila dihitung secara total sebesar 0,1566. Namun apabila dilakukan pengelompokan berdasarkan litter size korelasinya meningkat menjadi 0,4868, sedangkan untuk kelinci Polish korelasi bobot induk dengan bobot lahir anak secara total adalah 0,0247, tetapi ketika 45

sudah dikelompokkan menjadi 0,1079. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perhitungan korelasi dengan pengelompokan litter size yang sama, terdapat hubungan antara bobot induk dengan bobot anak. Menurut Venge (1950), faktor mempengaruhi bobot lahir kelinci adalah lama periode kebuntingan, pengaruh musim, umur induk dan berapa kali induk beranak, ukuran tubuh induk, jenis kelamin anak, serta litter size. Ukuran induk dimungkinkan akan mempengaruhi ukuran uterus. Panjang uterus dan ruang yang tersedia didalamnya sedikit berpengaruh terhadap pertumbuhan fetus dan berat fetus (Bolet et al., 2007). Hubungan antara bobot induk dengan bobot lahir anak kelinci New Zealand White diperjelas melalui garis regresi pada Gambar 2. Bobot Lahir Anak (g) 100.00 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 0 1000 2000 3000 4000 Bobot Induk (g) Gambar 2. Garis regresi antara bobot badan induk dengan bobot lahir anak pada kelinci New Zealand White mortalitas anak Hasil pengukuran korelasi antara bobot induk dengan mortalitas anak pada kelinci New Zealand White dapat dilihat pada Tabel 4. Rata-rata angka mortalitas anak kelinci saat dilahirkan sebesar 0,09 atau tergolong rendah. Sebagian besar anak kelinci hasil penelitian dapat bertahan hidup pada saat dilahirkan. Hal ini dimungkinkan karena seluruh induk kelinci pada penelitian memiliki bobot yang rendah. Menurut Rommers et al. (2002), induk yang diinseminasi pada umur 14,5 minggu menghasilkan persentase kelahiran mati yang lebih tinggi pada induk yang lebih berat (bobot badan >4 kg) dibandingkan dengan induk yang kecil (bobot badan <3,5 kg) yaitu masing-masing sebesar 13,4% dan 4,6%. Litter size yang lahir hidup adalah cerminan dari kesuburan kelinci betina dan kemampuannya dalam mengasuh anak yang dilahirkan (McNitt et al., 2013). Tabel 4. Hasil korelasi dan regresi sederhana antara bobot induk dengan mortalitas anak kelinci New Zealand White Bobot induk Mortalitas anak Koefisien korelasi (r) 0,12 Koefisien determinasi (R 2 ) 1,4 % Persamaan regresi Y = -2298,54 + 1,06 X 46

Hasil penelitian mencatat bahwa kematian anak kelinci yang baru lahir berasal dari induk kelinci yang berumur 1 tahun. Umur induk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelahiran mati. Menurut Lebas et al. (1986), faktor eksternal yang juga berperan pada kematian embrio kelinci adalah musim dan kondisi fisiologis kelinci betina terutama umur. Poigner et al., (2010) menyatakan bahwa litter size dan bobot lahir juga dapat mempengaruhi mortalitas dimana pada litter yang besar biasanya bobot lahir akan kecil dan apabila tidak dilakukan homogenisasi biasanya dapat meningkatkan angka mortalitas. Hubungan antara bobot induk dengan mortalitas anak kelinci New Zealand White diperjelas melalui garis regresi yang disajikan pada Gambar 3. Mortalits (ekor) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 1000 2000 3000 4000 Bobot Induk (g) Gambar 3. Garis regresi antara bobot badan induk dengan mortalitas anak kelinci New Zealand White KESIMPULAN Bobot induk kelinci New Zealand White mempunyai nilai korelasi yang sangat lemah terhadap litter size, bobot lahir anak, dan mortalitas anak kelinci. Hal tersebut menunjukkan bahwa bobot induk tidak terlalu menentukan besarnya litter size, bobot lahir anak dan mortalitas anak kelinci New Zealand White. DAFTAR PUSTAKA Bensley, B. A. 1948. Practical anatomy of the rabbit: 8 th Ed. University of Toronto Press, Philadelphia. Bolet, G., H. Garreau, T. Joly, M. Theau-Clement, J. Falieres, J. Hurtaud, dan L. Bodin. 2007. Genetic homogenisation of birth weight in rabbits: Indirect selection response for uterine horn characteristics. Jour. Live. Sci. 111 : 28 32 De Blas, C. dan J. Wiseman. 2010. Nutrition of the rabbit. CABI, Wallingford. Hutasuhut, M. 2005. Strategi pengembangan usaha ternak kelinci mendukung agribisnis peternakan: Dukungan kebijakan. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci, Bandung, 30 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bandung : 3-5. Lebas, F., P. Coudert, R. Rouvier & H. D. Rochambeau. 1986. The rabbit husbandry, health and 47

production. Food and Agriculture Organization of The United Nation, Rome. McNitt, J. I., S. D. Lukefahr, P. R. Cheeke, dan N. M. Patton. 2013. Rabbit production: 9 th Ed. CABI, Wallingford. Moreki, J. C. 2007. Commercial rabbit production. Agrinews Magazine 38 (10) : 2-12. OECD. 2016. Meat consumption (indicator). doi: 10.1787/fa290fd0-en (Diakses pada 07 August 2016) Poigner, J., Zs, S., Levai, A., Radnai, I., & Biro-Nemeth, E. (2010). Effect of birth weight and litter size on growth and mortality in rabbits. World Rabbit Science 8 (1): 17-22. Raharjo, Y. C. dan B. Brahmantiyo. 2006. Plasma nutfah kelinci sebagai sumber pangan hewani dan produk lain bermutu tinggi. Prosiding Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia, Bogor, 20 Desember 2006. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor : 257-265. Rommers, J. M., R. Meijerhof, J. P. T. M. Noordhuizen, B. Kemp, 2002. Relationships between body weight at first mating and subsequent body development, feed intake, and reproductive performance of rabbit does. Jour. Anim. Sci. 80: 2036-2042. Rommers, J. M., L. Maertens dan B. Kemp. 2006. New perspectives in rearing systems for rabbit does. Dalam: Maertens, L. dan P. Coudert. (eds) Recent advances in rabbit sciences. COST and ILVO, Melle. hlm. 39 52. Tarsono, Najamudin, Mustaring, Y. Duma dan Supriono. 2009. Performa litter kelinci induk lokal yang diberi pakan hijauan ubi jalar disuplementasi sejumlah konsentrat berbeda. J. Agroland 16 (1) : 78-84. Venge, O. 1950. Sudies of maternal influence on the birth weight in rabbits. Jour. Act. Zool. 31 (1): 1-148. Weisbroth, S. H. 1974. The biology of the laboratory rabbit. Academic Press, London. 48