Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN TELUR PUYUH. Ahmad Mubarok 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill


STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

ARTIKEL MEIFY SUMAMPOW / JURUSAN SOSIAL EKONOMI, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PEMASARAN KAPULAGA (Studi Kasus pada Kelompok Tani Ciamnggu I di Desa Cimanggu Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran) Abstrak

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

Abstract. Key Word : Marketing channel, marketing function, marketing margin and Farmer s share.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

MARGIN PEMASARAN BUNGA POTONG KRISAN (Chrysanthemum morifolium) DI KELURAHAN KAKASKASEN DUA KECAMATAN TOMOHON UTARA

Agriekonomika, ISSN ANALISIS INTEGRASI PASAR BAWANG MERAH DI KABUPATEN PAMEKASAN

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

Key Word PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

KAJIAN PEMASARAN SELADA ORGANIK DI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsoed

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA TERUNG ( Solanum melongena) DI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

ANALISIS SISTEM PEMASARAN IKAN PATIN SEGAR DESA KOTO MESJID KE DAERAH TUJUAN PEMASARAN

Transkripsi:

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L) Benidzar M. Andrie 105009041 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi BenizarMA@yahoo.co.id Tedi Hartoyo, Ir., MSc., Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Dr. H Dedi Sufyadi Ir., MS. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemasaran cabai merah dilihat dari saluran pemasaran, marjin pemasaran, farmer s share, persentase biaya dan persentase keuntungan pemasaran. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada empat orang petani cabai merah di Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didalam pemasaran cabai merah dari Desa Sukaratu terdapat dua macam tingkat saluran pemasaran, yaitu saluran dua tingkat (petani - pedagang pengumpul pedagang besar), dan saluran tiga tingkat (petani pedagang pengumpul pedagang besar pedagang pengecer). Marjin pemasaran pada saluran dua tingkat Rp 9.000 per kilogram dan saluran tiga tingkat Rp 10.000 per kilogram. Farmer s share atau bagian harga yang diterima petani pada saluran dua tingkat 62,5 dan saluran tiga tingkat 61,5 persen. Persentase biaya pemasaran pada saluran dua tingkat 9,65 persen dan saluran tiga tingkat 16,6 persen. Sedangkan persentase keuntungan pemasaran pada saluran satu tingkat 90,35 persen dan saluran dua tingkat 83,4 persen. Kata kunci : Saluran Pemasaran, Marjin Pemasaran, Farmer s Share, Biaya, Keuntungan

ABSTRACT This study aimed to determine the views of the red chili marketing marketing channels, marketing margin, the farmer's share, the percentage of marketing costs and profit percentage. The method used is a case study on the four red chili farmers in the village Sukaratu Sukaratu District of Tasikmalaya regency. The results of this study indicate that in the marketing of red chili Sukaratu village level there are two kinds of marketing channels, namely channel two levels ( farmers - middlemen - wholesalers), and line three levels ( farmers - middlemen - wholesalers - retailers ). Marketing margin on channel two levels of Rp 9,000 per kilogram and channel three levels of Rp 10,000 per kilogram. Farmer's share or part of the price received by farmers in the twolevel channel 62.5 and channel three levels of 61.5 percent. The percentage of marketing costs at the level of 9.65 per cent two- channel and three- channel rate of 16.6 percent. While the percentage gain channel marketing at one level 90.35 percent and 83.4 percent two-level channels. Keywords : Marketing Channels, Marketing Margins, Farmer 's Share, Costs, Profits PENDAHULUAN Pembangunan pertanian di era reformasi ini diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat tani melalui produktivitas usahatani. Di samping pengembangan usaha tani komoditas tanaman pangan perlu adanya pengembangan dan upaya dalam peningkatan kesejahteraan petani khususnya komoditas yang benar-benar memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat tani. Komoditas di sektor tanaman hortikultura yang mampu memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan keluarganya adalah tanaman buah-buahan, sayuran, obat-obatan dan tanaman hias. Tanaman hortikultura atau tanaman sayuran mempunyai sifat spesifik, yaitu mudah sekali mengalami kerusakan. Kerusakan yang dialami tanaman sayuran selain dapat menyebabkan perubahan penampilan menjadi kurang menarik juga dapat menyebabkan rusaknya beberapa macam zat yang terkandung di dalamnya, sehingga menurunkan nilai

gizinya. Proses kerusakan ini bersifat progresif, artinya akan menjadi semakin besar sejalan dengan waktu dan tidak dapat dihentikan oleh usaha-usaha tertentu. Sejalan dengan upaya pemerintah dalam peningkatan produksi pangan melalui tanaman sayuran maka peningkatan budidaya cabai juga perlu digalakkan. Hal ini disebabkan cabai (Capsicum annum L.) mempunyai manfaat yang sangat besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Dalam meningkatkan produksi tanaman cabai, maka perlu diperhatikan juga proses pemasarannya, karena komoditi yang diproduksi dikatakan tidak efisien (biaya per unit tinggi), maka harga per unit juga tinggi sehingga akan sulit dipasarkan. Sebaliknya, kegiatan pemasaran yang tidak efisien menyebabkan bagian petani (farmer s share) menjadi kecil, yang pada gilirannya tidak akan merangsang peningkatan produksi lebih lanjut. Pada sektor agribisnis hortikultura dikawasan sentra produksi hortikultura, setiap kegiatan agribisnis mulai dari kegiatan pengadaan saran produksi, kegiatan produksi, hingga kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil, serta kegiatan jasa penunjang umumnya dilakukan oleh pelaku agribisnis yang berbeda. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan struktur agribisnis menjadi tersendatsendat dan kurang memiliki daya saing (Irawan, 2001) yaitu: 1) tidak ada keterkaitan fungsional yang harmonis antara setiap kegiatan atau pelaku agribisnis, 2) terbentuknya margin ganda sehingga ongkos produksi, pengolahan dan pemasaran hasil yang harus dibayar konsumen menjadi lebih mahal, sehingga sistem agribisnis berjalan tidak efesien, 3) tidak adanya kesetaraan posisi tawar antara petani dengan agribisnis lainnya, sehingga petani sulit mendapatkan harga pasar yang wajar. Pendistribusian hasil-hasil pertanian kepada konsumen diperlukan adanya lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran cabai melakukan beberapa fungsi pemasaran baik penyimpanan, mengolah, mengangkut, dan lainnya, yang pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut memerlukan biaya dan setiap lembaga pemasaran akan mengambil keuntungan keseluruhan biaya dan keuntungan pemasaran akan berpengaruh terhadap harga di

tingkat produsen dan konsumen. Dalam pemasaran tanaman sayuran, terutama cabai sebagai salah satu produk pertanian, masih kurang efisien, yaitu kurang adilnya pembagian keuntungan. Hal ini tergambar dari sangat rendahnya harga produk sayuran cabai di tingkat petani, terutama petani sayuran skala kecil. Peranan pemasaran pada kegiatan berusaha tani memegang peran penting untuk melihat berhasil tidaknya usaha yang dikerjakan. Aspek pemasaran itu adalah kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Dalam proses pemasaran, semakin efisien kerja lembaga lembaga pemasaran, maka semakin menguntungkan bagi semua pihak. Bagi konsumen efisien dapat berakibat harga lebih murah dengan tingkat pelayanan yang sama. Bagi para produsen dapat berakibat bertambahnya bagian keuntungan yang diterima. Bagi lembaga pemasaran efisien memberikan kemungkinan untuk menentukan biaya agar keuntungan lebih besar. Entang Sastraatmaja (1991) menyatakan, apabila peningkatan produksi yang tidak diikuti dengan sistem pemasaran yang baik maka tidak mungkin akan meningkatkan pendapatan petani. Oleh sebab itu baik atau buruknya sistem pemasaran sangat menentukan tinggi atau rendahnya pendapatan petani. Pemasaran merupakan salah satu komponen penting bagi usahatani, sehingga petani perlu mengalokasikan biaya produksi seefisien mungkin dan memperoleh keuntungan yang besar. Kelemahan dalam mengembangkan produk-produk pertanian diantaranya disebabkan oleh kurangnya perhatian terhadap masalah pemasaran. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu ujung tombak keberhasilan dalam usahatani cabai merah. Bila mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu, peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, broker, eksportir, importir atau lainnya menjadi sangat penting (Soekartawi, 2005).

Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya petani bertindak sebagai penerima harga (price taker), sehingga menyebabkan penerimaan ditingkat petani menjadi yang paling rendah. Hal tersebut terjadi dikarenakan petani tidak memiliki bargaining position yang kuat dibandingkan dengan lembaga pemasaran yang lainnya, serta tidak memiliki informasi pasar yang lengkap mengenai harga jual cabai merah di pasaran. Sasaran akhir setiap usaha dalam bidang pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual (Winardi, 2001). Lokasi pemasaran yang jauh dan kecilnya produksi cabai merah memungkinkan timbulnya risiko pada petani seandainya petani menjual hasil panennya langsung ke pasar, yaitu berupa biaya transportasi yang besar dan biaya pemasaran lainnya. Selain itu, kondisi harga yang sangat berfluktuasi akan menimbulkan ketidakpastian pendapatan yang diperoleh petani dan lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang memadai untuk mengetahui saluran pemasaran, margin pemasaran, farmer s share, persentase biaya dan persentase keuntungan pemasaran cabai merah yang diperoleh setiap saluran pemasaran. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Moehar Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu Marjin Pemasaran Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya selisih harga di tingkat konsumen dengan harga ditingkat produsen dan penyebarannya dimasing-masing pedagang pada setiap jalur pemasarannya. Besar kecilnya marjin pemasaran akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga komoditas tersebut.

sebagai berikut : Perhitungan marjin pemasaran menurut Sudiyono (2004), menggunakan rumus M Bi Ki Keterangan: M Bi Ki i = marjin pemasaran = biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga pemasaran ke-i = keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-i = 1, 2, 3,..., n a. Biaya, Keuntungan dan Farmer s share Besarnya bagian biaya untuk setiap lembaga pemasaran adalah: SBi Bi Pr Pf 100% Sedangkan besarnya bagian keuntungan untuk setiap lembaga pemasaran adalah: Ki SKi Pr Pf 100% Keterangan: SBi = bagian biaya setiap lembaga pemasaran ke-i Bi Pr Pf = biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran ke-i = harga di tingkat pengecer = harga di tingkat petani SKi = bagian keuntungan setiap lembaga pemasaran ke-i Ki = keuntungan yang diperoleh setiap lembaga pemasaran ke-i

Farmer s share adalah bagian dari harga yang diterima oleh petani dari harga yang dibayar oleh konsumen dalam suatu pemasaran. Perhitungan farmer s share menurut Kohl Richard L dan Joseph N Uhl (2002) menggunakan rumus sebagai berikut: FS = Pf Pr x 100% Keterangan: Fs Pf Pr = bagian yang diterima oleh petani (farmer s share) = harga di tingkat petani = harga di tingkat pengecer Pembahasan Saluran Pemasaran Cabai Merah Pemasaran cabai merah yang berasal dari petani di Desa Sukaratu sampai kepada konsumen melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu dua orang pedagang pengumpul dan dua orang pedagang besar. Secara garis besar saluran pemasaran cabai merah di Desa Sukaratu terdapat dua pola saluran pemasaran. Saluran dua tingkat merupakan saluran pemasaran yang paling banyak dilakukan oleh para petani, karena pada saluran ini petani sebagian besar meminjam modal usaha tani kepada salah satu pedagang pegumpul sehingga para petani menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul tersebut. Selain itu, para petani terbantu jika ada masalah dalam proses usaha taninya. Saluran pemasaran cabai merah yang diteliti adalah saluran pemasaran dari Desa Sukaratu ke pasar Cikurubuk dengan pertimbangan bahwa tujuan pemasaran cabai merah di Desa Sukaratu hampir setiap hari melakukan penjualan ke pasar Cikurubuk pada saat musim panen.

Petani Cabai Merah Pedagang pengumpul / Pedagang pengumpul Pedagang besar Pedagang besar Pedagang pengecer Konsumen akhir Keterangan : Gambar 4.1 Saluran Pemasaran Cabai Merah di Desa Sukaratu - Saluran dua tingkat : - Saluran tiga tingkat : Saluran Dua Tingkat Saluran dua tingkat dimulai dari petani yang menjual cabai merah ke pedagang pengumpul dengan harga Rp 15.000,00 per kilogram. Harga tersebut sudah ditentukan oleh Pedagang pengumpul, kemudian menjual cabai merah ke pedagang besar di pasar Cikurubuk dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram. Dari pedagang besar kemudian dijual kepada konsumen akhir dengan harga jualnya Rp 24.000 per kilogram. Saluran Tiga Tingkat Saluran tiga tingkat dimulai dari petani yang menjual cabai merah kepada pedagang pengumpul anggota kelompok tani dengan harga Rp 16.000,00 per kilogram. Harga yang ditawarkan memang berbeda dengan yang berlaku di saluran dua tingkat, hal ini dikarenakan

pedagang pengumpul merundingkan kepada petani terlebih dahulu sehinga tidak ada yang dirugikan. Cabai merah dari petani diangkut oleh tenaga kerja yang disediakan oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul kemudian menjual kepada pedagang besar yang berada di Pasar Cikurubuk dengan harga jual Rp 20.000,00 per kilogram. Pedagang besar kemudian menjual cabai merah ke pedagang pengecer di pasar Rel yang masih berada di daerah Kota Tasikmalaya dengan harga Rp 23.000,00 per kilogram. Marjin Pemasaran Cabai Merah Marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima oleh petani. Marjin pemasaran cabai merah dari Desa Sukaratu pada setiap saluran pemasaran tersaji pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 menunjukkan pada lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran dua tingkat yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar dengan total marjin pemasaran sebesar Rp 9.000,00 per kilogram. Sedangkan Lembaga pemasaran yang terlibat pada saluran tiga tingkat yaitu pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer dengan total marjin pemasaran sebesar Rp 10.000,00 per kilogram Saluran tiga tingkat merupakan saluran pemasaran dengan total marjin terbesar dibanding dengan saluran dua tingkat saluran pemasaran cabai merah dari Desa Sukaratu. Besarnya marjin setiap lembaga pemasarannya sebesar Rp.4000,00 per kilogram antara petani dengan pedagang pengumpul dan Rp. 3.000,00 per kilogram untuk pedagang pengumpul ke pedagang besar maupun pedagang besar ke pedagang pengecer.

Tabel 4.3. Marjin Pemasaran Cabai Merah pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Besarnya Marjin Jenis Lembaga Pemasaran Saluran Dua Tingkat Saluran Tiga Tingkat Rp/kg % Rp/kg % Petani Harga jual 15.000 16.000 Pedagang pengumpul Harga beli Harga jual Marjin pemasaran Pedagang besar Harga beli Harga jual Marjin Pemasaran Pedagang Pengecer Harga beli Harga jual Marjin Pemasaran Marjin Pemasaran Total Sumber : Data primer diolah, 2014 Farmer s Share 15.000 20.000 5.000 55,56 20.000 24.000 4.000 44,44 16.000 20.000 4.000 40 20.000 23.000 3.000 30-23.000 26.000 3.000 30 9.000 100 10.000 100 Farmer s share adalah bagian dari harga yang diterima oleh petani dalam suatu sistem pemasaran. Analisis ini menbandingkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh pedagang besar pada saluran dua tingkat dan menbandingkan harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayar oleh pedagang pengecer pada saluran tiga tingkat. Semakin tinggi nilai persentase farmer s share maka suatu sistem pemasaran dikatakan semakin efisien. Bagian harga yang diterima petani pada saluran pemasaran cabai merah dapat dilihat pada Tabel 4.4. Pada saluran pemasaran dua tingkat bagian harga yang diterima petani sebesar 62,5 persen, sedangkan pada saluran pemasaran tiga tingkat merupakan saluran yang terkecil bagian harga yang diterima oleh petani, yakni sebesar 61,5 persen.

Tabel 4.4.Farmer s Share pada Saluran Pemasaran Cabai Merah Uraian Saluran Pemasaran Dua Tingkat Tiga Tingkat Harga jual dari petani (Rp/kg) 15.000 16.000 Harga jual dari pedagang pengumpul (Rp/kg) 20.000 20.000 Harga jual dari pedagang besar (Rp/kg) 24.000 23.000 Harga jual dari pedagang pengecer (Rp/kg) - 26.000 Farmer s share 62,5 61,5 Sumber: Data primer diolah, 2014 Saluran pemasaran dua tingkat memiliki persentase farmer s share sebesar 62,5 persen, sedangkan pada saluran tiga tingkat persentase farmer s sharenya sebesar 61,5 persen. Saluran pemasaran dua tingkat mempunyai nilai farmer s share yang lebih besar dibandingkan dengan saluran pemasaran tiga tingkat. Hal ini dikarenakan penyaluran cabai merah pada saluran dua tingkat dari pedagang pengumpul melalui pedagang besar tapi tidak terlebih dahulu ke pedagang pengecer tetapi langsung disalurkan pada konsumen. Keadaan ini dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran dua tingkat lebih efisien dibandingkan saluran pemasaran tiga tingkat. Bagian harga yang diterima oleh petani (farmer s share) berbanding terbalik dengan marjin pemasaran, hal ini terbukti pada saluran pemasaran dua tingkat memiliki nilai marjin pemasaran yang lebih kecil dibandingkan saluran tiga tingkat. Persentase Biaya Pemasaran Biaya pemasaran cabai merah dari Desa Sukaratu yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran berbeda-beda. Proses pendistribusian komoditas dari petani ke konsumen akan menimbulkan berbagai resiko bagi lembaga pemasaran. Resiko lembaga pemasaran umumnya dinotasikan dalam biaya pemasaran. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk penyampaian komoditas dari mulai petani sampai konsumen. Biaya pemasaran dikeluarkan oleh lembaga pemasaran untuk menjalankan fungsi pemasaran. Persentase biaya pada setiap saluran dapat dlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa persentase biaya pemasaran saluran dua tingkat sebesar 9,65 persen dan saluran tiga tingkat sebesar 16,6 persen dari marjin pemasaran. Saluran pemasaran yang paling efisien berdasarkan besarnya persentase biaya pemasaran adalah saluran dua tingkat karena merupakan saluran pemasaran dengan biaya terkecil. Perhitungan biaya pemasaran dapat dilihat di Lampiran 5. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pada saluran pemasaran dua tingkat maupun tiga tingkat sama meliputi biaya tenaga kerja, transportasi dan kebersihan. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang besar pada saluran dua tingkat sama dengan saluran pemasaran tiga tingkat terdiri dari bongkar muat, penyusutan produk, retribusi dan timbangan. Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer hanya mengeluarkan biaya transportasi dan penyusutan produk. Tabel 4.5. Persentase Biaya Pemasaran pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Saluran Dua Saluran Tiga Uraian Tingkat % Tingkat % (Rp/kg) (Rp/kg) Pedagang pengumpul Tenaga Kerja Transportasi Kebersihan Sub total I 150 208,33 12,5 370,83 1,67 2,31 0,14 144 200 12 356 1,44 2 0,12 Pedagang besar Bongkar muat Penyusutan produk Retribusi Timbangan Sub total II 166,67 60 20,83 250 497,5 1,85 0,67 0,23 2,78 166,7 60 41,67 250 518,37 1,6 0,64 0,2 2,5 Pedagang Pengecer Transportasi Penyusutan produk Sub total III 750 60 810 Total 868,33 9,65 1684,37 16,6 Sumber : Data primer diolah, 2014 7,5 0,6

Persentase Keuntungan Pemasaran Keuntungan merupakan selisih antara marjin pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran. Besarnya bagian keuntungan terhadap marjin total pada setiap lembaga pemasaran dan saluran pemasaran cabai merah di Desa Sukaratu tersaji pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa persentase keuntungan pada saluran pemasaran dua tingkat lebih besar daripada saluran pemasaran tiga tingkat. Hal ini menunjukkan bahwa marjin pemasaran pada saluran satu tingkat lebih dipengaruhi oleh besarnya keuntungan. Total keuntungan yang diterima saluran pemasaran dua tingkat sebesar Rp 8.131 per kilogram dan saluran pemasaran dua tingkat sebesar Rp 8.340 per kilogram. Perhitungan persentase keuntungan cabai merah dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 4.6. Persentase Keuntungan Pemasaran pada Setiap Lembaga dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Lembaga Pemasaran Saluran Dua Tingkat Saluran Tiga Tingkat Rp/kg % Rp/kg % Pedagang pengumpul 4.629 51,43 3.644 36,44 Pedagang besar 3.502 38,92 2.506 25,06 Pedagang pengecer - - 2.190 21,90 Total 8131 90,35 8.340 83,4 Sumber: Data primer diolah, 2014 4.5. Sistem Penentuan Harga dan Cara Pembayaran Penentuan harga di tingkat petani ditentukan oleh pembeli, petani tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga dikarenakan para petani tidak mengetahui harga cabai merah di pasaran. Harga jual cabai merah petani pada saluran dua tingkat Rp 15.000 dan saluran tiga tingkat Rp 16.000 per kilogram. Cara pembayaran yang dilakukan baik oleh pedagang pengumpul maupun pedagang besar kepada petani adalah secara tunai.

Pedagang pengumpul menjual cabai merah kepada pedagang besar dengan adanya tawar menawar dan disesuaikan dengan harga cabai merah di pasaran. Pedagang pengumpul menjual cabai merah dengan harga Rp 20.000 per kilogram. Cara pembayaran yang dilakukan oleh pedagang besar kepada pedagang pengumpul adalah secara tunai. Pedagang besar yang menjual langsung ke pedagang pengecer, harga ditentukan dengan adanya tawar menawar dan disesuaikan dengan harga cabai merah di pasaran yakni dengan harga Rp 24.000 untuk pedagang besar pada saluran tiga tingkat sedangkan untuk pedagang besar tanpa melalui pedagang pengecer memberlakukan harga yang sama terhadap konsumen yaitu dengan harga Rp 24.000 per kilogram. Selain ditentukan oleh harga cabai merah yang ada di pasaran, harga juga ditentukan oleh kualitas cabai merah. Hal yang sering terjadi yaitu adanya petani yang melakukan kecurangan dengan memasukkan cabai merah yang mempunyai kualitas rendah diantara cabai merah yang berkualitas tinggi. Hal yang serupa juga terjadi pada pedagang, baik itu pedagang pengumpul yang menjual cabai merahnya kepada pedagang besar, maupun pedagang besar yang menjual cabai merahnya kepada pedagang pengecer. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Terdapat dua pola dan tingkat saluran pemasaran cabai merah, yaitu saluran dua tingkat (petani pedagang pengumpul - pedagang besar) dan saluran tiga tingkat (petani - pedagang pengumpul - pedagang besar pedagang pengecer). 2) Pada saluran dua tingkat marjin pemasaran atau nilai marjin pemasarannya adalah Rp 9.000 per kilogram sedangkan pada saluran tiga tingkat Rp 10.000 per kilogram. 3) Bagian harga yang diterima petani pada saluran dua tingkat sebesar 62,5 persen dan tiga tingkat 61,5 persen. Persentase biaya pemasaran pada saluran dua tingkat sebesar 9,65

persen dan saluran dua tingkat sebesar 16,6 persen. Persentase keuntungan pada saluran satu tingkat sebesar 90,35 persen dan saluran dua tingkat sebesar 83,4 persen. Saran Saran dari hasil penelitian dan pembahasan pemasaran cabai merah Desa Sukaratu Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebagai berikut: 1) Petani diharapkan mampu memilih saluran pemasaran cabai merah yang paling menguntungkan yaitu saluran dua tingkat atau membuat saluran pemasaran baru, sehingga petani dapat memperoleh bagian harga yang lebih tinggi dalam sistem pemasaran cabai merah. 2) Petani juga diharapkan lebih aktif lagi dalam mencari informasi mengenai harga dan pasar cabai merah supaya mempunyai kekuatan dalam posisi tawar. 3) Diperlukan menggiatkan kembali kelompok tani yang sudah ada di Desa Sukaratu sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani dalam penentuan harga serta pemasaran dapat dilakukan secara bersama untuk mengurangi biaya pemasaran. DAFTAR PUSTAKA Basu Swastha. 1979. Saluran Pemasaran. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Entang Sastraatmadja. 1991. Ekonomi Pertanian Indonesia. Angkasa. Bandung. Irawan, B. Nurmanaf, R. Hastuti,E.L. Muslim, C. Supriatna, Y. Darwis,V. 2001. Kebijaksanaan Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Kohls Richard L dan Joseph N Uhl. 2002. Marketing of Agricultural Product. Prentice Hall. New Jersey. Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. 1990. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, dan Pengendalian. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Limbong WH dan Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke tiga. LP3ES. Jakarta. Said Rusli. 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES.Jakarta. Soekartawi. 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudiyono. 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Winardi, 2001, Aspek aspek Bauran Pemasaran, Mandar Maju, Bandung.