ELEMEN STRUKTUR TARIK

dokumen-dokumen yang mirip
Komponen Struktur Tarik

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

Struktur Baja 2. Kolom

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

Materi Pembelajaran : 10. WORKSHOP/PELATIHAN II PERENCANAAN DAN EVALUASI STRUKTUR.

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015

Sambungan diperlukan jika

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1:

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

KAJIAN KEKUATAN SAMBUNGAN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

STUDI NUMERIK POLA GESER BLOK ALTERNATIF PADA SAMBUNGAN UJUNG BATANG TARIK PROFIL T

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN KUBAH (DOME) MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BATANG BAJA (TRUSS STRUCTURE)

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Las Pertemuan - 14

I. Perencanaan batang tarik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka (framed structure), di mana elemen elemennya kemungkinan

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

P ndahuluan alat sambung

BAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN. Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

KAJIAN KEKUATAN ELEMEN STRUKTUR PELENGKUNG RANGKA BAJA MENERUS PADA JEMBATAN UTAMA TAYAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF PENGGUNAAN HONEYCOMB DAN SISTEM RANGKA BATANG PADA STRUKTUR BAJA BENTANG PANJANG PROYEK WAREHOUSE

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

pelat lantai, gelagar memanjang, gelagar melintang, rangka dan ikatan angin.

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Arah X Tabel Analisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm)

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

ANALISIS PELAT BUHUL STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK

FUNGSI PELAT KOPEL BAJA PADA BATANG TEKAN ALBOIN FERDINAND ARIADY TAMBUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA & TEORI DASAR. Bangunan Dome dipilih sebagai solusi dalam upaya mendapatkan

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN BATANG TEKAN PROFIL C GANDA BERPELAT KOPEL

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG SAMBUNGAN SEDERHANA PENDAHULUAN

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

EVALUASI PERBANDINGAN KONSEP DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI BETON

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA UNTK BERBAGAI TYPE TUGAS AKHIR M. FAUZAN AZIMA LUBIS

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 3 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Transkripsi:

ELEMEN STRUKTUR TARIK Desain kekuatan elemen struktur tarik merupakan salah satu masalah sederhana yang dijumpai oleh perencana struktural. Meskipun demikian perencana perlu berhati hati, karena telah banyak kegagalan struktur yang diakibatkan oleh buruknya detail titik hubung elemen struktur tarik. Berbeda halnya dengan elemen struktur lentur dan tekan, masalah stabilitas pada elemen struktur tarik tidak muncul, karena adanya gaya/beban tarik yang bekerja pada sumbu longitudinal elemen tarik tersebut. Pemilihan elemen struktur tarik harus mempertimbangkan pemilihan konfigurasi penampang melintang sehingga titik-titik hubungnya akan sederhana dan efisien. Titik hubung tersebut juga harus dapat meneruskan beban ke elemen strukturnya dengan eksentrisitas sekecil mungkin. Contoh elemen struktur tarik misalnya; rangka batang, trekstang, dan berbagai jenis brace (pengekang). Hampir semua profil baja struktur gilas panas (hot rolled) dapat digunakan sebagai elemen struktur tarik. Kuat Tarik Rencana Berdasarkan SNI 03-1729-2002 hal 70 dan AISC 2005 hal 26, elemen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor Pu (dalam SNI Pu ditulis N u dan P n ditulis N n ) harus memenuhi : P u φ.p n Nilai φ.p n adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai nilai terendah di antara dua perhitungan menggunakan harga-harga φ dan Pn sebagai berikut: a. φ = 0,90 dan P n = A g.f y (untuk penampang bruto) A g adalah luas penampang bruto (mm 2 ) F y adalah tegangan leleh (MPa) b. φ = 0,75 dan P n = A e.f u (untuk penampang efektif) A e adalah luas netto penampang efektif (mm 2 ) F u adalah tegangan tarik putus (MPa) Batas kelangsingan maksimum yang ditentukan AISC 2005 adalah 300

Gambar Pengertian Penmpang Bruto dan Penampang Efektif Luas Neto Efektif, Ae Luas neto efektif elemen struktur yang mengalami gaya tarik ditentukan sebagai berikut: A e = U.A n An = luas netto = A g - A lubang U adalah shear lag factor, besarnya diambil nilai terkecil antara 1 ( l x ) dan 0,9 x adalah eksentrisitas sambungan, jarak tegak lurus arah gaya tarik, antara titik berat penampang komponen yang disambung dengan bidang sambungan, (mm) l adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua baut yang terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik (mm) Jika seluruh elemen penampang disambung maka luas neto efektif = luas neto (U = 1), jika tidak nilai U diambil sesuai ketentuan di atas. Berikut contoh-contoh penentuan nilai faktor shear lag untuk berbagai profil.

Gambar Penentuan nilai x dan l untuk profil siku Gambar Penentuan nilai x untuk Profil Gabungan Gambar Penentuan nilai x untuk Profil I Gambar Penentuan nilai x untuk Profil C

Gambar Penentuan nilai l untuk profil siku yang dilas dan dibaut Luas Neto Pada Pelat dengan Lubang Berseling Gambar Lubang Berseling pada Pelat Keterangan: A g adalah luas penampang bruto, mm 2 t adalah tebal penampang mm d adalah diameter lubang, mm d = d baut + 2 mm (SNI hal 158) d = d baut + 1/8 in (AISC 2005) n adalah banyaknya lubang dalam garis potongan s adalah jarak antara sumbu lubang pada arah sejajar sumbu elemen struktur u adalah jarak antara sumbu lubang pada arah tegak lurus sb elemen struktur

Geser Blok (Block Shear Rupture Strength) Geser Blok adalah kondisi batas di mana tahanan ditentukan oleh jumlah kuat geser dan kuat tarik pada segmen yang saling tegak lurus Gambar Geser Blok pada daerah yang diarsir Kekuatan geser blok (AISC LRFD 1999) diperhitungkan dari nilai terkecil di antara dua jenis kegagalan struktur elemen tarik, yaitu a. Leleh geser dan fraktur tarik, jika : F u.a nt 0,6.F u.a nv φ.r n = φ.{0,6. F y.a gv + F u. A nt } φ.{0,6.f u.a nv + F u.a nt } b. Leleh tarik dan fraktur geser jika : F u.a nt < 0,6.F u.a nv φ.r n = φ.{0,6.f u.a nv + F y.a gt } φ.{0,6.f u.a nv + F u.a nt } Nilai dari φ.{0,6.f u.a nv + F u.a nt } merupakan penetapan batas atas dari AISC untuk menghndari penggunaan kuat leleh lebih besar daripada kuat fraktur di sepanjang permukaan Keterangan: φ = 0,75 A gt = luas bruto yang mengalami tarik A gv = luas bruto yang mengalami geer A nt = luas neto yang mengalami tarik A nv = luas neto yang mengalami geser

Sedangkan menurut AISC-LRFD 2005, kekuatan tersedia untuk batas keruntuhan geser blok sepanjang jalur geser dan jalur tegak lurus gaya tarik diperhitungkan dengan cara: φ*rn = φ*min{ubs*fu*ant + 0.6*Fy*Agv ; Ubs*Fu*Ant + 0.6*Fu*Anv}.(3) Keterangan: A gt = luas bruto yang mengalami tarik A gv = luas bruto yang mengalami geser A nt = luas neto yang mengalami tarik A nv = luas neto yang mengalami geser U bs = 1 untuk distribusi tegangan tarik yang seragam U bs = 0.5 untuk distribusi tegangan tarik yang tidak seragam. φ = 0.75 AISC-LRFD 1999 mengasumsikan bahwa salah satu bidang tarik atau geser mencapai kekuatan ultimitnya, maka pada bidang yang lain terjadi kelelehan seluruhnya (Salmon & Johnson, 1990). Asumsi ini menghasilkan dua kemungkinan mekanisme keruntuhan yang penentu keruntuhannya adalah salah satu yang memiliki nilai kuat fraktur terbesar. Mekanisme pertama mengasumsikan bahwa beban ultimit tercapai ketika keruntuhan terjadi di sepanjang bidang tarik bersih (the net tension plane) dan kelelehan seluruhnya terjadi pada bidang geser kotor (the gross shear plane). Kebalikannya, bentuk keruntuhan kedua mengasumsikan bahwa keruntuhan terjadi di sepanjang bidang geser bersih sementara kelelehan seutuhnya terjadi pada bidang tarik kotor. AISC-LRFD 2005 mengasumsikan bahwa kekuatan geser blok selalu ditentukan oleh kekuatan tarik pada bidang tarik bersih yang diakumulasikan dengan kekuatan geser minimal pada bidang geser kotor atau bersih. Dalam asumsi tersebut, fraktur selalu terjadi pertama kali pada bidang tarik, diikuti dengan leleh pada bidang geser (Brockenbrough et all, 2006). Pada bidang tarik bersih, untuk kondisi tegangan tarik yang seragam diberi faktor koreksi UBS = 1, sedangkan untuk kondisi tegangan tarik yang tidak seragam diberi faktor koreksi UBS = 0.5. Distribusi tegangan tarik tidak seragam umumnya terjadi pada sambungan-sambungan yang memiliki jarak eksentrisitas antara titik berat dari sambungan terhadap gaya tarik yang relatif besar (Gupta, 2005).