BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. terencana, terarah, dan berkesinambungan. kurikulum yang lebih baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGEMBANGAN SILABUS

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

Oleh : Sri Handayani NIM K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2017

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Perencanaan Pembelajaran

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN AGAMA KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2013

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP NEGERI 1 BAKI SUKOHARJO

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2016

UNIT 2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPS. Pendahuluan

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUANN. Kurikulum merupakan hal penting dalam

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Kualifikasi Guru pada Pendidikan Agama dan Keagamaan

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahpahaman dari judul yang dikemukakan, maka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG WAJIB BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu. menghasilkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif,mandiri, mempunyai

Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus. Ilmiah Relevan Sistematis Konsisten Memadai Aktual dan kontekstual Fleksibel Menyeluruh

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DEPARTEMEN AGAMA R.I SETDITJEN PENDIDIKAN ISLAM Bagian Perencanaan dan Data

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PROGRAM RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN WALIKOTA BLITAR,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-23- BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

Pengembangan Silabus

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG UJIAN SEKOLAH/MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2009/2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

Struktur Kurikulum 2013 MI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah kegiatan nyata pendidikan dapat dilihat. Komponen pendidikan mulai dari kurikulum, pendidik, peserta didik dan komponen pendidikan lainnya terkumpul di sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang didasarkan oleh kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah, lalu diterjemahkan oleh guru mata pelajaran menjadi silabus, kemudian disampaikan dengan strategi dan metode mengajar tertentu oleh guru sebagai pendidik dan diterima oleh murid sebagai peserta didik, keseluruhannya dapat dilihat pada satu tempat, yaitu sekolah. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, berdasarkan jenjang, sekolah dibagi menjadi sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) untuk 1

jenjang pendidikan dasar, sekolah menengah atas (SMA) untuk jenjang pendidikan menengah, dan universitas untuk jenjang pendidikan tinggi. Tetapi selain jenis sekolah yang disebutkan di atas, dalam undang-undang tersebut juga disebutkan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) sebagai penyelenggara pendidikan dasar serta Madrasah Aliyah (MA) sebagai penyelenggara pendidikan menengah. Jadi, selain SD, SMP dan SMA terdapat lembaga pendidikan lain dengan nama MI, MTs, dan MA. Perbedaan antara jenis sekolah-sekolah di atas tentunya bukan sekedar perbedaan nama saja, tetapi ada alasan lain mengapa sampai muncul sekolah-sekolah dengan nama yang berbeda untuk jenjang pendidikan yang sama. Dengan kata lain, ada tujuan yang berbeda sehingga terbentuklah jenis sekolah yang berbeda, tujuan itu akan mempengaruhi komponen pendidikan yang ada disekolah tersebut. Mulai dari kurikulum, silabus, strategi, metode, pendidik, peserta didik dan sebagainya. Dan hal inilah yang akan menimbulkan perbedaan antara sekolah-sekolah tersebut. Tentu saja hal ini 2

mencakup semua mata pelajaran. Termasuk mata pelajaran bahasa Jepang yang diajarkan di jenjang pendidikan menengah SMA dan MA. Pada kenyataannya perbedaan ini tidak terjadi, atau hanya sedikit sekali terjadi. Kurikulum, silabus, strategi, dan metode yang dipakai di MA disamakan dengan SMA. Selain itu, pendidik dan peserta didik dianggap sama dengan SMA pula. Padahal seharusnya dibedakan seperti yang dijelaskan di atas. Oleh karena itu, penyusun menganggap perlunya diadakan penelitian mengenai masalah ini. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa kerangka dasar dan stuktur kurikulum memang ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, kurikulum tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan. Inilah yang disebut dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jadi, penelitian ini sesuai dengan aturan yang ditentukan oleh pemerintah. 3

Pada penelitian ini penulis hanya membahas mengenai satu mata pelajaran saja, yaitu mata pelajaran bahasa Jepang, serta membahas pengembangan silabus, bukan kurikulum itu sendiri. Adapun pengembangan silabus dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat 2 dan pasal 20. Silabus terdiri dari 8 komponen, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Tapi penyusun hanya mengambil komponen standar kompetensi dan kompetensi dasar saja sebagai bahan penelitian. Dengan dilatarbelakangi oleh hal yang sudah dijelaskan di atas, penulis dalam penelitian ini akan menganalisis perbedaan karakteristik apa saja yang terdapat antara SMA dan MA sebagai sekolah yang menyelenggarakan jenjang pendidikan menengah serta bagaimana pengembangan silabus bahasa Jepang yang pada umumnya digunakan SMA 4

untuk digunakan pada Madrasah Aliyah dengan memperhatikan perbedaan-perbedaan tersebut. B. Rumusan dan Batasan Masalah Masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana pengembangan silabus bahasa Jepang untuk Madrasah Aliyah yang sesuai dengan karakteristik kekhususan Madrasah Aliyah yang berbeda dengan Sekolah Menengah Atas pada umumnya. Meskipun demikian, masalah ini dijabarkan lagi ke dalam rumusan masalah berikut: 1. Apa perbedaan karakteristik antara Madrasah Aliyah dengan Sekolah Menengah Atas? 2. Dengan didasari perbedaan karakteristik tersebut, apa saja standar kompetensi yang dapat dikembangkan dari silabus bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas untuk Madrasah Aliyah? 3. Dengan didasari perbedaan karakteristik tersebut, apa saja kompetensi dasar yang dapat dikembangkan dari silabus bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas untuk Madrasah Aliyah? 5

Penelitian ini penulis batasi pada komponen silabus, standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Jepang untuk Madrasah Aliyah saja. C. Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengembangan silabus bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas untuk Madrasah Aliyah. Tujuan ini dijabarkan lagi ke dalam rumusan tujuan berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. 2. Untuk mengetahui standar kompetensi bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas apa saja yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik Madrasah Aliyah. 3. Untuk mengetahui kompetensi dasar bahasa Jepang Sekolah Menengah Atas apa saja yang dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik Madrasah Aliyah. Penelitian ini akan mengupas beberapa aspek yang perlu diketahui dalam pengembangan silabus bahasa Jepang yang sesuai untuk Madrasah Aliyah. Hasilnya berupa sebuah analisis mengenai karakteristik khusus 6

Madrasah Aliyah dan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dapat dikembangkan, yang kemudian dapat digunakan untuk lebih lanjut mengembangkan silabus bahasa Jepang di Madrasah Aliyah. Manfaat yang dapat diraih yaitu minimal dapat membantu guru bahasa Jepang yang mengajar di Madrasah Aliyah yang masih kebingungan dalam menyusun silabus yang sesuai dengan karakteristik/potensi khusus yang ada pada Madrasah Aliyah. Di samping itu, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan silabus bahasa Jepang yang merupakan bagian dari program payung penelitian UPI. Lebih jauh lagi, penelitian ini mendukung upaya meningkatkan kualitas pendidikan bahasa Jepang khususnya pada Madrasah Aliyah. D. Tinjauan Pustaka Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 7

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini didasari oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan Peraturan Menteri No. 22/2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Pengembangan silabus didasari oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan pasal 20. Standar kompetensi adalah uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya kualifikasi. 8

Kompetensi dasar adalah sejumlah tugas atau kemampuan untuk mendukung ketercapaian standar kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini akan disusun sebuah analisis yang menjelaskan karakteristik khusus yang ada pada Madrasah Aliyah yang berbeda dengan SMA. Kemudian dari hasil analisis tersebut dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar apa saja yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu, metode yang akan penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif analitik. Tujuannya untuk mendapatkan hasil gambaran analitik mengenai hal-hal yang disebutkan di atas. F. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah objek sumber data dalam penelitian, yakni silabus SMA. Dalam analisis silabus tersebut akan banyak melibatkan guru dari institusi SMA & MA yang mengajarkan bahasa Jepang. Untuk itu penulis akan melibatkan guru bahasa Jepang dan institusi SMA & MA di wilayah Bandung dan sekitarnya. 9

Instrumen penelitian yang akan digunakan adalah peneliti sendiri dengan menggunakan teknik penelitian wawancara, sedangkan desain penelitian akan ditempuh melalui beberapa tahap berikut: 1. Tahap persiapan Dalam tahap ini dilakukan studi pendahuluan dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan perbedaan karakteristik SMA & MA. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini penulis menganalisis hasil studi pendahuluan sehingga didapat deskripsi mengenai karakteristik khusus yang ada pada MA. Setelah itu, mendiskusikannya dengan guru bahasa Jepang pada institusi MA & SMA untuk mendapatkan gambaran nyata perbedaan antara SMA & MA yang berkaitan dengan karakteristik yang dimiliki masing-masing sekolah. Kemudian dari hasil itu menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar apa saja yang dapat dikembangkan berdasarkan karakteristik khusus tersebut. 3. Tahap penyusunan laporan Kemudian akan diseminarkan pada tingkat program studi yang selanjutnya akan direvisi. 10