BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

UNIVERSITAS GALUH PROGRAM PASCA SARJANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

/ KEPUTUSAN MENTER! PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PROYEKSI PRASARANA DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN TAHUN 2012/ /2021

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 24 TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

Oleh : Sri Handayani NIM K

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG BADAN AKREDITASI PROVINSI SEKOLAH/MADRASAH TINGKAT PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Sekolah menginginkan adanya lulusan-lulusan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. iii. 2 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep Strategi dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Nana Saodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 4

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran, tetapi guru harus mampu membelajarkan anak. 1 Hal ini memaksa seorang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

146 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN:

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 179 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.. TAHUN.. TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Pers, 2002, hlm Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media pembelajaran, Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 048 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat besar dalam sistem pendidikan. Oleh karena itu, disinilah

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 58 TAHUN 2011 TENTANG

TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

Patton Quinn Michael, Metode Evaluasi Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006 Pratiwi, A. D., Biologi untuk Kelas XI KTSP Standar Isi 2006,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat pada masa yang akan datang. 1 Pendidikan dapat ditempuh melalui jalur formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara berjenjang dan bersinambungan. Jalur pendidikan nonformal dan informal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Jalur pendidikan formal terdiri dari pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional. Pendidikan umum terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan menengah umum, pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah kejuruan, pendidikan khusus adalah pendidikan untuk anak-anak luar biasa, dan pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang 1 Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 60. 1

banyak diwarnai oleh keagamaan. Sementara itu pendidikan akademik dan profesional diselenggarakan di perguruan tinggi. 2 Pendidikan merupakan suatu kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan sebagai salah satu modal untuk mencapai kemajuan bangsa yang sekaligus meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. 3 Secara kodrati manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Sekalipun demikian, potensial dasar yang dimilikinya itu tidak sama bagi masing-masing manusia. Oleh karena itu sikap, minat, kemampuan berfikir, watak, perilakunya dan hasil belajarnya berbeda-beda antara manusia satu dengan yang lainnya. 4 Sekolah adalah lembaga pendidikan yang secara resmi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja, dan terarah. 5 Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal mempunyai tanggung jawab penuh terhadap 2 Made Pidarta, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2014), hlm. 51. 3 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. 4 Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta didik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm 10-11. 5 Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, hlm. 78. 2

berlangsungnya proses pembelajaran. Pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah meliputi pendidikan anak usia dini (PAUD), taman kanak-kanak (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/MTs), (SMA/MA/SMK) dan perguruan tinggi (PT). Sekolah sebagai lembaga pendidikan secara langsung memberi layanan belajar kepada peserta didik dengan menggunakan semua sumberdaya dan fasilitas yang tersedia serta dukungan lainnya untuk memperlancar kegiatan belajar dan mengajar. 6 Setiap sekolah selalu meningkatkan mutu baik secara kualitas maupun kuantitas komponen-komponen pendidikan. Sisi kualitas seperti penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan ketentuan pemerintah, peningkatan mutu tenaga pendidikan dan peningkatan kegiatan belajar mengajar. Secara kuantitas seperti pembangunan gedung, sarana dan prasarana sekolah yang memadai. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Peningkatan kegiatan belajar mengajar di sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berperan 6 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 2. 3

belajar. 7 Kualitas dan mutu pendidikan terkait erat dengan proses dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yaitu guru, kurikulum, sarana dan prasarana, lingkungan belajar, metode, cara belajar siswa itu sendiri, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi dalam proses belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Proses belajar mengajar ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada peserta didik yang sedang pembelajaran. Proses pembelajaran memunculkan interaksi antara guru dengan siswa. Melalui interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara sesama siswa dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan dampak positif. Pengukuran pencapaian kualitas dan mutu pendidikan suatu sekolah dituangkan dalam prestasi belajar siswa. Selanjutnya prestasi belajar siswa diwujudkan dalam prestasi akademik yang di ukur melalui hasil belajar. 7 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4. 4

Tohirin menyatakan, prestasi belajar merupakan segala sesuatu yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. 8 Prestasi belajar dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa terhadap hasil belajar yang dicapai dalam kurun waktu tertentu. Peningkatan penguasaan materi siswa dapat dilihat dalam prestasi yang diperoleh melalui tes ulangan harian atau ujian semester. Melalui hasil tes dapat diketahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu mata pelajaran, baik lewat tes tertulis maupun tes lisan. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA secara umum dibedakan menjadi tiga bidang dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Bidang studi biologi dipelajari pada jenjang pendidikan menengah atas (SMA/MA), sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP/MTs) masih dikenal dengan istilah IPA terpadu. Biologi mempelajari tentang struktur fisik dan fungsi alat-alat tubuh manusia dengan segala keingintahuannya. Segenap alat-alat tubuh manusia bekerja masing-masing tetapi satu sama lain saling membantu. Biologi mempelajari hal tersebut berkaitan dengan lingkungannya. Kedua aspek itu, baik tubuh manusia maupun alam dipandang sebagai sistem, dan 8 Muhammad Fathurrahman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 119. 5

dalam setiap sistem terdapat komponen-komponen yang saling menunjang agar keseluruhan sistem dapat berlangsung. 9 Sistem gerak manusia merupakan salah satu materi biologi. Materi ini disampaikan pada siswa kelas XI SMA/MA sederajat. Sistem gerak manusia menjelaskan tentang anatomi tubuh, memperkenalkan bagian-bagian tubuh yang membentuk sistem rangka. Materi ini penting karena berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari. Tubuh dapat berdiri tegak, bergerak, melompat, berlari, itu semua karena otot yang berkontraksi. Otot dan sistem rangka saling bekerja sama sebagai alat gerak. Mempelajari sistem gerak manusia sama halnya dengan mempelajari diri sendiri dengan mengetahui bagian-bagian sistem penyusun atau pembentuk tubuh. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara nyata tidak membedakan dan mendikotomikan antara pendidikan yang berbasis keagamaan dengan pendidikan umum sebagaimana terjadi pada masa sebelum berlakunya UU Sisdiknas. Pasal 17 ayat (2) menyebutkan, pendidikan dasar terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Sedangkan pasal 18 ayat (2) menyatakan pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah 9 Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 14. 6

Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). 10 Perbedaan latar belakang lembaga pendidikan memungkinkan terjadinya perbedaan dalam tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Proses pengajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan lembaga pendidikan formal dibawah pengelolaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentu akan berbeda dengan proses pengajaran Madrasah Aliyah (MA) yang merupakan lembaga pendidikan formal di bawah pengelolaan Kementerian Agama. Adanya perbedaan tersebut sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa. Observasi sementara yang telah penulis lakukan terhadap beberapa guru dan orang tua murid, menyatakan bahwa prestasi belajar siswa SMA lebih baik dari pada siswa MA. Pendapat berbeda juga mengatakan prestasi belajar di madrasah lebih baik dibanding dengan prestasi belajar di sekolah umum. Argumen inilah yang kemudian memunculkan asumsi bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dari sekolah madrasah (MA) dan siswa dari sekolah umum (SMA). Berdasarkan uraian singkat di atas maka jelas bahwa prestasi belajar atau hasil belajar tiap individu berbeda-beda. Penulis melakukan penelitian tentang perbandingan prestasi belajar mata pelajaran Biologi materi sistem gerak manusia 10 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 4-5. 7

antara siswa kelas XI SMAN 8 Semarang dan siswa kelas XI MAN 1 Semarang. Perbandingan ini diadakan untuk memperoleh informasi tentang perbedaan prestasi belajar siswa kelas XI di kedua sekolah tersebut. Pemilihan kedua sekolah tersebut bukanlah tanpa alasan. Beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pemilihan SMAN 8 dan MAN 1 Semarang karena kedua sekolah tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama. SMAN 8 dan MAN 1 memiliki akreditasi A. Letak sekolah sama-sama berada di pinggiran kota Semarang, SMAN 8 terletak di wilayah Semarang barat, sedangkan MAN 1 berada di wilayah Semarang timur. Kedua sekolah tersebut merupakan sekolah negeri. Kedua sekolah berada di daerah jalur perbatasan antar kabupaten, yaitu SMAN 8 dekat dengan Kabupaten Kendal, sedangkan MAN 1 dekat dengan Kabupaten Demak. Selain itu letak sekolah dekat dengan tempat tinggal penulis. Berawal dari uraian singkat diatas, maka penulis melakukan penelitian yang berjudul, Studi Komparasi Prestasi Belajar Bidang Studi Biologi Materi Sistem Gerak Manusia Antara Siswa Kelas XI SMAN 8 Semarang dan Siswa Kelas XI MAN 1 Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 8

1. Bagaimana tingkat prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia kelas XI SMAN 8 Semarang? 2. Bagaimana tingkat prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia kelas XI MAN 1 Semarang? 3. Seberapa besar perbedaan prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia antara siswa kelas XI SMAN 8 dan siswa kelas XI MAN 1? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Tingkat prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia kelas XI SMAN 8 Semarang b. Tingkat prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia kelas XI MAN 1 Semarang c. Seberapa besar perbedaan prestasi belajar kognitif bidang studi biologi materi sistem gerak manusia antara siswa kelas XI SMAN 8 Semarang dengan siswa kelas XI MAN 1 Semarang. 2. Manfaat Penelitian Semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan manusia pasti memiliki manfaat dan kegunaan, begitu pula 9

dengan penelitian ini. Manfaat penelitian tersebut akan berguna bagi penulis sendiri dan orang lain. Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a. Memberikan data yang terpercaya tentang prestasi belajar bidang studi biologi materi sistem gerak manusia antara siswa kelas XI SMAN 8 Semarang dengan siswa kelas XI MAN 1 Semarang, sehingga dapat dijadikan bahan acuan dalam memberikan perbaikan dan pengembangan mutu pendidikan sekolah. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan menyusun strategi pengembangan pengajaran yang mengarah pada peningkatan kualitas dan prestasi belajar siswa. c. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan telaah para pendidik untuk meningkatkan dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan tanggung jawab pendidik maupun siswa. d. Sebagai salah satu bahan perbandingan bagi guru mata pelajaran biologi untuk meningkatkan prestasi belajar para siswanya. e. Sebagai sumber informasi dan referensi bahan kepustakaan bagi penyedia layanan pendidikan maupun pengguna layanan pendidikan. 10