BAB II KAJIAN TEORETIS. Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Program Kejar Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1989,

1 BAB II KAJIAN TEORITIS. Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

BAB II KAJIAN TEORITIS. unjuk kerja adalah keberhasilan seseorang dalam melaksanakan suatu

BAB II KAJIAN TEORI. dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal. Namun

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

BAB II KAJIAN TEORITIS. Dalam buku petunjuk teknik program kejar paket B. pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur Pendidikan Luar Sekolah, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Ekstrinsik Menghafal Juz Amma. SD Islam Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS I OLEH : SITI RUQAYAH NIM : F

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika pada Program Kejar Paket C di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET B UPTD SKB BINA MANDIRI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

Pembelajaran Remedial

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

oleh, I Gede Margunayasa Jurusan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha ABSTRAK

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya saat ini pendidikan anak usia dini. baik dalam aspek fisik-motorik, kognitif, bahasa, moral dan agama, sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kelompok Materi: Pokok

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

Fakta FAKTA,KONSEP, DEFINISI, OPERASI/RELASI,PRINSIP Pemufakatan (konvensi) dalam matematika diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu 2 sebagai simb

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi proses pembelajaran dan pendidikan itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan untuk mengukur prestasi belajar

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mulyaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berperan penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa,

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS 1.1 Konsep Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Dalam Permendiknas No 3 Tahun 2008 Tanggal 15 Januari 2008 Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C dinyatakan bahwa: Kegiatan tutorial mencakup 3 hal yaitu kegiatan pendahulan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut diuraikan sebagai berikut: a) Kegiatan pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan, pendidik: 1) menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, 2) mencatat kehadiran peserta didik, 3) menyampaikan tujuan tutorial. b) Kegiatan inti, pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartsipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan inti, pendidik: 1) mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi peserta didik, 2) bersama peserta didik membahas materi, 7

3) memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap peserta didik, 4)menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, 5) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, 6) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, 7) memberikan balikan dan penguatan. c) Kegiatan penutup, Dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, 2) bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3)melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri, 6)melakukan kegiatan tindak lanjut melalui layanan konseling, dan/atau memberikan tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, 7) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan tutorial yang dilaksanakan pada program paket B meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Ketiga kegiatan tersebut perlu dilakukan tutor pada saat memfasilitasi kegiatan pembelajaran pada program paket B.

1.2 Hakikat Program Paket B Program Paket B setara SLTP mulai dirintis sejak tahun 1994, dan dilaksanakan secara nasional sejak tahun 2004. dari periode ini dapat dilihat proses pengembangan program ini, seperti perlengkapan program termasuk diantaranya: kurikulum, modul dan petunjuk pelaksanaan atau penyelenggaraan program. Jika dihitung sejak program ini mulai dirintis yaitu tahun 1994, seharusnya program ini telah terbebas dari berbagai permasalahan yang bersifat operasional, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan, seharusnya tidak lagi diakibatkan oleh berbagai hal yang bersifat teknis dan operasional. Kondisi yang terjadi saat ini adalah kekurangan ataupun hambatan masih terjadi pada level operasional Menurut peraturan Pemerintah Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah pasal 18 ayat 3 menyatakan bahwa program paket B ialah kelompok belajar paket B yang diselenggarakan bagi sekumpulan warga belajar untuk memperoleh pendidikan setara SMP. Ramdan, (2007 : 12) mengemukakan bahwa program paket B terdapat dua tujuan seperti yang diungkapkan, yaitu: a) menunjang pelaksanaan perintis wajib belajar pendidikan dasar 9 Tahun meliputi Sekolah Menengah Pertama. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan program paket B adalah: a) Tujuan Umum Program paket B diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia lulusan SD, dan putus SMP sehingga mereka dapat mengembangkan pribadinya, bermata pencaharian tetap dan layak, serta memperoleh pendidikan setara SMP dan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Prasetyo (2010:1) mengemukakan bahwa program pendidikan Paket B dituntut untuk selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relatif pergerakannya sangat cepat, kondisi ini sedikit banyak akan berakibat pada perubahan substansi pada kurikulum maupun materi yang diajarkan pada beberapa program Paket yang diselenggarakan oleh pemerintah, salah satunya adalah Program Paket B setara SLTP. Prasetyo (2010:2) mengemukaan bahwa dalam pelaksanaan Program Paket B setara SLTP berbagai permasalahan berkaitan dengan warga belajar yang dihadapai diuraikan di bawah ini: a) Lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang warga belajar sesuai dengan yang dipersyaratkan pemerintah. b) Latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadiran sangat rendah. c) Warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan. d) Motivasi belajar rendah, mereka menganggap dan berpendapat tanpa belajar mereka sudah mendapatkan uang. e) Pelaksanaan evaluasi yang kurang baik. f) Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dimasyarakat dan aktivitas warga di lingkungannya.

Untuk mengatasi permasalahan harus diketahui cukup permasalahannya dan dan menganalisis penyebab timbulnya permasalahan. Dalam pengelolaan program Paket B khususnya pengelolaan warga belajarnya dapat dilakukan dengan cara pertimbangan atas dasar permasalahannya. Strategi sosialisasi yang berkesan dan menarik sangat perlu direncakan dengan baik oleh pengelola, sehingga warga belajar disamping mendapatkan informasi juga mendapatkan manfaat dari informasi tersebut. Pengelola juga perlu melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat yang diangap sentral di masyarakat, karena untuk warga belajar di masyarakat pedesaan, peran tokoh masyarakat sangat penting dan cukup berpengaruh sehingga apapun kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh tokoh masyarakat yang bersangkutan akan dituruti oleh anggota masyarakat yang lain (Iis, 2003:107). Tingkat kehadiran rendah yang merupakan konsekuensi dari kondisi ekonomi masyarakat yang rendah dan mengharuskan mereka bekerja ekstra untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Seperti di ketehui bahwa salah satu karakteristik pendidikan luar sekolah adalah adanya keluesan dalam penentuan waktu pelaksanaan belajar mengajarnya. Untuk meningkatkan kehadiran warga belajar perlu dilakukan perjadwalan yang sesuai dengan kondisi warga belajar dan pemilihan waktu dilakukan semaksimal mungkin dapat diikuti oleh semua warga belajar tanpa harus merugikan mereka dengan meninggalkan pekerjaan, pemilihan waktu ini akan lebih baik jika melibatkan seluruh warga belajar dengan musyawarah agar kesepakatan penjadwalan dapat dipertanggungjawabkan secara bersama-sama (Iis, 2003:110).

1.3 Hakikat Aktivitas Tutor dalam Meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar Program Paket B 2.3.1 Pengertian Aktivitas merupakan salah satu bentuk dari kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Terkait dengan pengertian aktivitas Hidayat (2009:1) mengemukakan bahwa salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan, dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem saraf dan muskuloskeletal. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak di mana manusia memerlukannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Poewadarminta (dalam Afifah, 2011:1) bahwa aktifitas adalah kegiatan atau kesibukan. Menurut Nasution (dalam Afifah, 2011:1) bahwa aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dankedua-keduanya harus dihubungkan. Aktivitas tutor dalam pembelajaran Paket B merupakan bagian dari upaya untuk mengembangkan kompetensi warga belajar sehingga memiliki kemampuan yang baik dalam menguasai kompetensi dasar yang diwajibkan bagi setiap motivasi belajar. Aktivitas tutor dalam pembelajaran pada dasarnya terarah pada kegiatan tutor dalam membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Salah satu hal yang sangat diperlukan agar penyelenggaraan Paket B berjalan dengan baik, yaitu perlu adanya aktivitas tutor yang terarah pada peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar.

Dalam mengaktualisasikan aktivitasnya sebagai tutor di Paket B, setiap tutor perlu memperhatikan karakteristik dan kompetensi setiap motivasi belajar. Hal tersebut perlu dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan aktivitas sehingga aktivitas tutor selalu terarah pada peningkatan kemampuan motivasi belajar. Dengan cara seperti ini maka aktivitas tutor seharusnya diarahkan pada upaya peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar sehingga memiliki kemampuan yang baik dalam memahami serta menguasai berbagai kemampuan yang diharapkan. 2.3.2 Aktivitas Tutor dalam Meningkatkan Kualitas Kegiatan Pembelajaran terhadap Warga Belajar Pembelajaran terhadap tutor di paket B merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi (Knirk & Gustafson dalam Sagala, 2005:12). Dalam hal ini pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan sudah melalui tahapan dari perencanaan sampai dengan evaluasi. Dewi (2010: 1) m en gem uk akan bahw a proses pembelajaran dalam bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Kegaitan pembelajaran yang diprogramkan pendidik (tutor) merupakan kegiatan integralistik antara pendidikan dengan peserta didik (warga belajar). Kegiatan pembelajaran secara metodologis

berakar dari pihak pendidik yaitu pendidik (tutor), dan kegiatan belajar secara pedagogis berakar dari pihak peseta didik. Dalam pelaksanaan Program Paket B setara SLTP berbagai permasalahan berkaitan dengan motivasi belajar yang dihadapai diuraikan di bawah ini: 1. Lokasi tempat tinggal warga belajar saling berjauhan sehingga sulit mendapatkan satu kelompok sebanyak 40 orang motivasi belajar sesuai dengan yang dipersyaratkan pemerintah. 2. Latar belakang sosial ekonomi warga belajar lemah sehingga frekuensi kehadiran sangat rendah. 3. Warga belajar menjadi pencari nafkah keluarga, mereka hanya belajar kalau waktu mengizinkan. 4. Motivasi belajar rendah, mereka menganggap dan berpendapat tanpa belajar mereka sudah mendapatkan uang. 5. Pelaksanaan evaluasi yang kurang baik. 6. Kesadaran belajar sangat dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dimasyarakat dan aktivitas warga di lingkungannya. Untuk mengatasi permasalahan harus diketahui cukup permasalahannya dan dan menganalisis penyebab timbulnya permasalahan. Dalam pengelolaan program Paket B khususnya pembelajaran terhadap motivasi warga belajar dapat dilakukan dengan cara pertimbangan atas dasar permasalahannya. Lokasi tempat tinggal warga belajar yang berjauhan sehingga sulit mendapatkan 40 orang warga belajar untuk dibentuk satu kelompok; untuk

mengatasinya diperlukan sistem pengelolaan yang baik yang dilakukan oleh pengelola untuk mencari motivasi belajar yang merupakan tahap pertama dalam proses pembelajaran terhadap motivasi belajar. Mencari warga belajar Paket B cukup sulit, namun pengelola sedapat mungkin harus membuat warga masyarakat yang memang membutuhkan program ini menjadi tertarik. Strategi sosialisasi yang berkesan dan menarik sangat perlu direncakan dengan baik oleh pengelola, sehingga motivasi belajar disamping mendapatkan informasi juga mendapatkan manfaat dari informasi tersebut. Pengelola juga perlu melakukan pendekatan terhadap tokoh masyarakat yang diangap sentral di masyarakat, karena untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar di masyarakat pedesaan, aktivitas tokoh masyarakat sangat penting dan cukup berpengaruh sehingga apapun kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh tokoh masyarakat yang bersangkutan akan dituruti oleh anggota masyarakat yang lain. Tingkat kehadiran rendah yang merupakan konsekuensi dari kondisi ekonomi masyarakat yang rendah dan mengharuskan mereka bekerja ekstra untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari. Seperti di ketehui bahwa salah satu karakteristik pendidikan luar sekolah adalah adanya keluesan dalam penentuan waktu pelaksanaan belajar mengajarnya. Untuk meningkatkan kehadiran warga belajar perlu dilakukan perjadwalan yang sesuai dengan kondisi motivasi belajar dan pemilihan waktu dilakukan semaksimal mungkin dapat diikuti oleh semua warga belajar tanpa harus merugikan mereka dengan meninggalkan pekerjaan, pemilihan waktu ini akan lebih

baik jika melibatkan seluruh motivasi belajar dengan musyawarah agar kesepakatan penjadwalan dapat dipertanggungjawabkan secara bersama-sama. Untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar cara lainnya dengan mengadakan pelatihan atau kecakapan hidup, disamping mereka mendapatkan materi pelajaran mereka juga memperolah keterampilan dan keterampilan tersebut diusahakan benar-benar menjadi kebutuhan motivasi belajar dan kalau bisa dapat memanfaatkan potensi yang ada sehingga dengan keterampilan ini dimana sebagian modal atau bahan mentahnya sudah ada dapat meningkatkan ekonomi mereka. Richard M. Steer dalam (Sihombing, 2009: 199) menyebutkan bahwa seseorang akan cenderung ikut serta dalam kegiatan organisasi (proses pembelajaran) hanya terbatas pada anggapan bahwa hasil atau imbalan yang mereka dapatkan sebanding dengan usaha yang mereka lakukan. Motivasi belajar yang rendah dan anggapan bahwa tanpa belajar mereka dapat mencari uang merupakan permasalahan yang umum dalam pembelajaran Program Paket B, jadi tugas pengelolaan adalah bagaimana caranya membuat motivasi belajar menyadari pentingnya pendidikan bagi mereka dan penciptaan suasana belajarpun perlu dilakukan dengan baik agar warga belajar tidak bosan. Pelatihan keterampilan yang sesuai dapat mengurangi anggapan yang tidak benar mengenai arti penting pendidikan bagi mereka. Dalam kaitan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat dan kadang-kadang juga kurang sesuai. Hal ini pendidik harus hati-hati dalam

menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para warga belajar. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar para warga belajar. Panjaitan (2009:3) mengemukakan bahwa upaya menumbuhkan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi belajar, yaitu 4. a. Memberi angka Memberi angka dalam pembelajaran mempunyai arti penting bagi warga belajar. Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar warga belajar. Banyak warga belajar, hanya termotivasi belajar karena mengejar nilai ulangan atau nilai Sukma supaya angkanya baik. Hanya perlu diperhatikan oleh tutor bahwa pemberian nilai harus seobyektif mungkin, sehingga tidak menimbulkan kesan dari warga belajar nilai dongkatan nilai asal-asalan. b. Pemberian hadiah Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik mungkin tidak akan menarik bagi warga belajar yang tidak memiliki bakat menggambar. c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar warga belajar. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar warga belajar. d. Memberi ulangan Warga belajar akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh tutor, adalah jangan terlalu sering, karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Tutor yang akan memberikan ulangan harus memberi tahu warga belajar. e. Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, palagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong warga belajar untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri warga belajar untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. f. Pujian Apabila ada warga belajar yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcemant yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Upaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. g. Hukuman Hukuman sebagai reinforcemant yang negatif tetapi kalau diberikan secara

tepat dan bijak, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, tutor harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. h. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh warga belajar, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harsu dicapai, dan dirasakan ada gunanya, maka akan timbul gairah untuk terus belajar untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Sardiman A. M. (2007: 91) ada beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar, antara lain: 1) memberi angka, 2) hadiah, 3) saingan/kompetisi, 4) ego-involvement, 5) memberi ulangan, 6) mengetahui hasil, 7) pujian, 8) hukuman, 9) hasrat untuk belajar, 10) minat, dan 11. tujuan yang diakui. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa aktivitas tutor dalam kegiatan pembelajaran paket B terdiri dari: 1) Memberikan motivasi pada kegiatan pendahuluan Pemberian motivasi pada tahap pendahuluan dilakukan dengan cara: a) menyiapkan kondisi pembelajaran agar peserta didik terlibat baik secara psikis maupun fisik sehingga siap mengikuti proses pembelajaran, b) mencatat kehadiran peserta didik, c) menyampaikan tujuan tutorial. 2) Memberikan motivasi pada kegiatan inti Pemberian motivasi pada pelaksanaan kegiatan inti dilakukan dengan menciptakan pembelajaran yang menantang. Pelaksanaan kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartsipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam kegiatan inti, pendidik: 1) mengidentifikasi materi-materi yang sulit bagi peserta didik, 2) bersama peserta didik membahas materi, 3) memberikan latihan sesuai dengan tingkat kesulitan yang dialami setiap peserta didik, 4)menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, 5) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan pendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, 6) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, 7) memberikan balikan dan penguatan. 3) Memberikan motivasi pada kegiatan penutup Pemberian motivasi dalam kegiatan penutup, pendidik: 1) bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran, 2) bersama peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 3)melakukan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, 4) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, 5) memotivasi peserta didik untuk mendalami materi pembelajaran melalui kegiatan belajar mandiri, 6)melakukan kegiatan tindak lanjut melalui layanan konseling, dan/atau memberikan

tugas terstruktur baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, 7) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan tutorial berikutnya. Pembelajaran terhadap warga belajar selain pada saat penerimaan warga belajar dan pada saat pembelajaran, juga diperlukan pengelolaan hasil dimana permasalahan yang ada pada setiap program Paket B motivasi belajar hanya mengikuti proses pembelajaran pada saat ujian saja dan pada saat ujian pun mereka dibantu oleh tutor atau pengawas, jadi evaluasi yang dilaksanakan selama ini kurang baik, seharusnya untuk menghasilkan motivasi belajar yang lulus dengan baik sebaiknya Program Paket B melakukan sistem evaluasi seperti yang terjadi pada pendidikan formal dan dengan pengawasan yang memadai. Sistem evaluasi yang dinilai kurang baik ini cukup memperkuat anggapan bahwa mengikuti Program Paket B hanyalah untuk mendapatkan ijazah saja tanpa harus mengikuti proses pembelajaran yang baik. Permasalahan lainnya yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan teknis evaluasi atau penilaian akhir hasil pembelajaran tahap akhir nasional (pehabtanas) adalah dimana tidak jarang motivasi belajar tidak mengikuti ujian, terlambat, ataupun data peserta yang berbeda dan berubah-ubah. Dalam kondisi seperti ini seorang pengelola program paket B harus benar-benar memperhatikan masalah ini, dan mengantisipasinya dengan cara melakukan pendataan warga belajar dengan baik, melakukan pencatatan ulang, meneliti data-data warga belajar secara cermat dan

melakukan pemantauan secara rutin untuk mengetahui perkembangan motivasi belajar yang masih mengikuti program. Permasalahan terakhir yaitu menyangkut kesadaran warga masyarakat akan pendidikan yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Dilingkungan masyarakat pedesaan yang masih kental dengan nuansa keagamaan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk pendidikan sangat rendah karena pandangan masyarakat yang mengganggap bahwa sekolah atau belajar hanya untuk kepentingan dunia saja dan mereka lebih mengutamakan urusan akhirat. Kondisi seperti ini dapat diatasi jika pengelola program dapat mempengaruhi tokoh masyarakat untuk menyadarkan masyarakat disekitarnya akan pentingnya pendidikan. Aktivitas tokoh masyarakat maupun tokoh agama yang paling berpengaruh di masyarakat sekitar sangat besar pengaruhnya untuk mempengaruhi kesadaran masyarakat, untuk itulah kemampuan seorang pengelola untuk mengidentifikasi kondisi sosial budaya dimana program diselenggarakan sangat diperlukan. Berdasarkan uraian di atas jelas menujukkan bahwa tutor perlu menunjukkan aktivitas yang baik dalam meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran terhadap warga belajar. Dengan motivasi belajar yang tinggi maka para warga belajar akan mampu menyelesaikan paket pembelajaran yang diwajibkan sehingga berimpilikasi pada terselesainya program paket B sesuai dengan yang diharapkan. 2.4 Kajian Penelitian yang relevan

Penelitian tentang aktivitas tutor maupun tentang Program Paket B telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya: 1. Warsiatun tahun 2009, dalam penelitiannya yang berjudul Aktivitas tutor dalam meningkatkan partisipasi warga belajar di program Paket C Sembilin Kecamatan Kuntanmudik, menyimpulkan bahwa para tutor yang ada di program Paket C Sembilin Kecamatan Kuntanmudik secara umum memiliki aktivitas yang baik dalam meningkatkan partisipasi warga belajar. 2. Siti Aryuningsih. 2009, dalam penelitiannya yang berjudul Peran tutor dalam meningkatkan kemajuan belajar di PKBM Harapan Desa Saripi, menyimpulkan bahwa tutor telah berperan optimal dalam meningkatkan kemajuan belajar di PKBM Harapan Desa Saripi.