DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

UJI KESESUAIAN KUALITAS CITRA DAN INFORMASI DOSIS PASIEN PADA PESAWAT MAMMOGRAFI

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

UJI KESESUAIAN SEBAGAI ASPEK PENTING DALAM PENGAWASAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DI FASILITAS RADIOLOGI DIAGNOSTIK

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN RUTIN SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK. Eri Hiswara, Dewi Kartikasari

LATAR BELAKANG Latar Belakang Kegiatan Litbangyasa

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN KULIT PADA PASIEN THORAX TERHADAP DOSIS RADIASI DI UDARA DENGAN SUMBER RADIASI PESAWAT SINAR-X

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Uji Kesesuaian Pesawat Fluoroskopi Intervensional merek Philips Allura FC menggunakan Detektor Unfors Raysafe X2 di Rumah Sakit Universitas Andalas

ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD, THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Kontras. Darmini J. Dahjono Asri Indah Aryani

PANDUAN UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Fluoroskopi intervensional, QC, dosimetri, kualitas citra.

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

ANALISIS KOLIMASI BERKAS SINAR-X PADA PESAWAT FLUOROSCOPY (MOBILE C-ARM) DIRUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PENGUKURAN KUALITAS BERKAS RADIASI PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI UNTUK JAMINAN KUALITAS

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

Acceptance Test Of Diagnostic X-Ray Merk GE Type XR 6000 In Radiodiagnostic And Radiotherapy Department Laboratory Of Health Polytechnic Of Semarang

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

Evaluasi Dosis Glandular dalam Pemeriksaan Mammografi

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

Evaluasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Penentuan Entrance Skin Exposure (ESE) pada Pesawat Mammografi Mammomat 1000 dengan Filter Molybdenum (Mo) dan Rhodium (Rh)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

KAJIAN KESELAMA TAN RADIASI DALAM PERANCANGAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

a. bahwa uji kesesuaian pesawat sinar-x radiologi diagnostik dan intervensional perlu dioptimalkan tidak sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI NURIANI NAINGGOLAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

ANALYSIS OUTPUT TOLERANCE LIMITS X-RAY MACHINE DIAGNOSTIC (Case Study in one of the General Hospital inbanda Aceh)

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

PENENTUAN ESTIMASI ENTRANCE SKIN DOSE PADA PASIEN RADIOGRAFI DENTAL PANORAMIK SKRIPSI

Maintaining Quality Control by using general Radiological film

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim

BAPETEN. Radiasi. Keselamatan. Pesawat Sinar X. Radiologi. Diagnostik. Intervensional.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

ANALISIS PENERIMAAN DOSIS RADIASI DI ORGAN MATA PADA PEMERIKSAAN NASOFARING MENGGUNAKAN CT SCAN

DAFTAR PERIKSA UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN

Maintaining Quality Control by using general Radiological film

AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

PENGARUH FAKTOR EKSPOSE TERHADAP KONTRAS RESOLUSI CT SCAN SKRIPSI HOTROMASARI DABUKKE NIM :

ESTIMASI DOSIS JANIN PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI THORAKS DAN ABDOMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

Pengukuran Dosis Organ Sensitif Pada Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Abdomen Menggunakan Fantom Rando

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

Transkripsi:

DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI Eri Hiswara, Heru Prasetio, dan Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN SINAR-X MEDIK RADIOGRAFI. Teknik diagnosis untuk melihat kondisi fisik seorang pasien dengan menggunakan pesawat sinar-x merupakan teknik yang paling banyak digunakan di dunia. Berdasar Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR), aplikasi diagnostik dan mammografi dengan pesawat sinar-x memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan dosis radiasi oleh penduduk dunia. Untuk kepentingan keselamatan pasien, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), telah merekomendasikan penggunaan tingkat panduan agar dosis radiasi yang diterima pasien tersebut optimum sambil tetap mempertahankan kualitas citra film yang dihasilkan dari aplikasi ini. Dalam kaitan ini telah dilakukan studi kesesuaian kinerja pesawat sinar-x diagnostik yang digunakan dan penentuan tingkat dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Hasil studi dibandingkan dengan standar yang ada untuk menentukan kelaikan kinerja pesawat sinar-x diagnostik, sementara data dosis pasien dibandingkan dengan tingkat panduan untuk pajanan medik yang diberikan IAEA. Studi dilakukan dengan melakukan pengukuran di berbagai jenis pesawat sinar-x yang ada di beberapa rumah sakit di Indonesia. Hasil studi menunjukkan bahwa hampir seluruh pesawat lolos semua uji, kecuali tiga pesawat sinar-x konvensional dan tiga pesawat gigi panoramik yang tidak lolos uji akurasi kvp. Untuk penerimaan dosis pasien, hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat panduan yang direkomendasikan IAEA, dan telah diadopsi oleh BAPETEN, tidak dilampaui. Perbandingan dosis pasien yang diperoleh pada studi ini dengan hasil yang diperoleh di beberapa negara maju memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya. Informasi ini dengan demikian membantah anggapan umum bahwa bahwa dosis pasien di negara berkembang selalu lebih besar dari dosis pasien di negara maju. Kata kunci: pesawat sinar-x diagnostik, dosis pasen, kinerja pesawat sinar-x ABSTRACT PATIENT DOSES IN X-RAYS MEDICAL RADIOGRAPHIC EXAMINATIONS. Diagnostic technique to study physical condition of a patient using X-rays is the most common technique used in the world. According to the United Nations Scientific Committee on Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), applications of diagnostic and mammography using X-rays contribute to the biggest portion of radiation doses received by world s population. For the purposes of safety to the patient, the International Atomic Energy Agency (IAEA) recommends to use guidance levels so that radiation doses received by patient be optimized while maintaining quality of film image produced by these procedures. In this regard study on compliance test of diagnostic X-ray machine and determination of the level of radiation doses received by patient, has been carried out. Results of study are compared to the existing standard to determine the performance of diagnostic X-rays, whereas data on doses received by patient are compared to the guidance levels for medical exposures recommended by the IAEA. The study was carried out in several hospitals in Indonesia. The results show that most of guidance levels recommended by the IAEA, and adopted by BAPETEN, are not exceeded. Comparison of patient doses obtained in this study with those obtained in several developed countries shows no significant difference between the two. This information, therefore, rebutts the general assumption that patient doses in developing countries are always higher than those in developed countries. Keywords : diagnostic X-ray machine, patient doses, performance of X-rays machine. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 21

1. PENDAHULUAN Kontribusi terbesar dosis radiasi yang diterima oleh penduduk dunia adalah dari aplikasi radiasi di bidang medik, dan lebih dari 90% kontribusi ini berasal dari sinar-x diagnostik. Salah satu penyebab dari kenyataan ini adalah banyaknya pemeriksaan sinar-x yang dilakukan setiap tahunnya. Laporan Komite Ilmiah PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR) 1 memperkirakan bahwa pada tahun 2000 pemeriksaan sinar-x diagnostik mencapai 2100 juta pemeriksaan, atau sekitar 360 pemeriksaan untuk setiap 1000 penduduk di seluruh dunia. Angka ini sekitar 10% lebih tinggi dari 330 per 1000 penduduk untuk periode tahun 1991-1995 2, yang berarti telah terjadi peningkatan jumlah pemeriksaan setiap tahunnya. Pemeriksaan sinar-x diagnostik pada dasarnya dilakukan untuk memperoleh citra obyek tubuh yang diperiksa. Citra diperoleh dari proyeksi obyek pada layar oleh berkas sinar-x yang diatur pada kondisi statis. Variasi intensitas sinar-x akan diperoleh akibat proses pelemahannya oleh obyek. Variasi intensitas ini oleh layar diubah menjadi variasi dalam bentuk berkas cahaya tampak, dan selanjutnya cahaya dari layar akan dideteksi oleh film dan dirubah menjadi citra radiografi. Teknologi ini dikenal sebagai citra dua dimensi. Pada saat ini teknologi pencitraan diagnostik dengan pesawat sinar-x telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Teknologi citra dua dimensi dalam waktu singkat disusul oleh teknologi citra yang bergerak secara real time dengan teknik fluoroskopi, dan kemudian disempurnakan dengan citra tiga dimensi melalui Computed Tomography Scan, atau CT-Scan. Saat ini teknologi pencitraan bahkan telah mampu menampilkan aktivitas kimia yang sedang berlangsung di dalam organ. Perkembangan teknologi pencitraan yang semakin canggih menuntut proses kerja dengan tingkat akurasi yang tinggi. Untuk mencegah kesalahan yang mungkin terjadi, Badan Kesehatan Sedunia (WHO) telah memperkenalkan program jaminan mutu (PJK) di bidang radiologi diagnostik sejak tahun 1982 3. Salah satu unsur dari PJK adalah penerapan uji kesesuaian untuk memastikan bahwa pesawat sinar-x yang digunakan masih berfungsi dengan baik,aman bagi pasien dan dapat menghasilkan citra yang baik. Parameter penting uji kesesuaian yang berhubungan dengan radiasi dalam pengambilan citra adalah akurasi tegangan kerja, waktu, dan kualitas berkas radiasi. Tegangan kerja yang dikeluarkan oleh pesawat sinar-x harus sesuai dengan yang ditampilkan oleh panel generator sinar-x, karena perbedaan antara pengaturan di panel dengan yang dihasilkan oleh pesawat sinar-x akan mengakibatkan terjadinya pemberian dosis yang tidak perlu dan kualitas citra yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh operator. Akurasi waktu PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 22

panel dengan yang dikeluarkan dari generator sinar-x juga sangat dibutuhkan agar dosis radiasi dan citra yang diperoleh tidak mengalami pajanan berlebih atau kurang, sementara kualitas berkas radiasi akan menunjukkan kemampuan radiasi menembus obyek, yang dinyatakan dalam HVL. Semakin besar HVL daya tembus sinar-x semakin besar, dan dosis yang dihasilkan lebih rendah karena radiasi yang memiliki energy rendah lebih sedikit. Tegangan kerja, waktu dan kualitas radiasi yang tidak sesuai dengan standar minimal spesifikasi pesawat sinar-x akan sangat mempengaruhi kualitas citra dan dosis yang diberikan ke pasien. Kecanggihan teknologi citra juga membawa dampak meningkatnya potensi penerimaan dosis radiasi oleh pasien. Untuk mengendalikan penerimaan dosis pasien ini Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah memberikan rekomendasi mengenai tingkat panduan dosis yang diberikan tidak hanya untuk radiografi diagnostik, namun juga untuk CT, mamografi dan fluoroskopi 4. Di Indonesia, nilai tingkat panduan yang direkomendasikan IAEA ini telah diadopsi dan diberlakukan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) 5. Namun demikian, nilai tingkat panduan yang diberikan IAEA belum tentu sesuai dengan kondisi negara tertentu mengingat kondisi fisik setiap orang di setiap negara tidak sama. Untuk itu diharapkan setiap negara juga memiliki data mengenai dosis yang diterima oleh pasien yang menjalani pemeriksaan medik yang kemudian dapat digunakan sebagai tingkat panduan pada negara tersebut. Dalam penelitian ini telah dilakukan kajian keselamatan radiasi yang meliputi pengujian kesesuaian kinerja pesawat sinar-x diagnostik dan penentuan dosis radiasi yang diterima oleh pasien diagnostik. Kajian dilakukan pada beberapa rumah sakit yang ada di Indonesia. Hasil kajian penerimaan dosis radiasi oleh pasien diagnostik ini selanjutnya akan digunakan untuk mengembangkan suatu metode standar untuk mengumpulkan data penerimaan dosis pasien tersebut. Metode yang dikembangkan ini diharapkan dapat diadopsi secara luas oleh setiap lembaga yang memiliki kemampuan dalam mengumpulkan data dosis tersebut, sehingga data Indonesia tentang penerimaan dosis pasien diagnostik secara lebih cepat dapat terkumpul dan tingkat panduan medik diagnostik untuk Indonesia dapat ditetapkan berdasar data yang valid. 2. METODOLOGI Uji kesesuaian pesawat sinar-x diagnostik dilakukan sesuai dengan protokol yang dikembangkan oleh Dewan Radiologik Australia Barat 6. Dalam hal ini dilakukan pengukuran untuk parameter akurasi tegangan kerja, waktu pajanan radiasi, kedapatulangan tegangan kerja, waktu dan keluaran radiasi, linieritas arus dan keluaran, dan kualitas berkas radiasi. Peralatan yang digunakan adalah non-invasive beam PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 23

analyzer untuk pengukuran tegangan kerja, waktu dan keluaran, dan filter aluminium untuk pengukuran kualitas berkas. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan standar atau batas toleransi yang direkomendasikan oleh BC Centre for Disease Control, Kanada 7. Gambar 1 memperlihatkan konfigurasi pengukuran untuk uji kesesuaian pesawat sinar-x ini, sementara Tabel 1 memperlihatkan batas toleransi yang digunakan sesuai dengan rekomendasi BC CDC Kanada. Gambar 1. Konfigurasi pengukuran untuk uji kesesuaian pesawat sinar-x. pasien, sementara untuk pesawat sinar-x gigi hasil pengukuran dengan TLD dikoreksi lagi perangkat lunak yang sesuai, sementara untuk pesawat sinar-x mamografi penentuan dosis dilakukan dengan perkiraan berdasar nilai dosis glandular rata-rata (MGD, mean glandular dose) sebesar 50%. Penentuan dosis pasien dilakukan pada jenis pemeriksaan lumbo sakral (AP, LAT), abdomen (AP), pelvis (AP), sendi panggul (AP), paru (PA, lateral), thoraks (AP, LAT, PA), BNO (AP), gigi (intraoral), ekstremitas, servik (AP,LAT), dan kepala. Hasil penentuan dosis pasien ini kemudian dibandingkan dengan tingkat panduan untuk pajanan medik yang direkomendasikan oleh IAEA 4 atau BAPETEN 5. Kajian dilakukan di beberapa rumah sakit di Indonesia, yaitu di Jakarta (RS Kanker Dharmais, RS Fatmawati dan RS Islam), Bandung (RS Kebon Jati), Yogyakarta (RSGM Prof. Sudomo, RSUD Tidar, RS PKU Muhammadiyah, RS Dr. Sardjito), Surabaya (RS Haji, RSAL Ramelan), Padang (RS M. Jamil, RS Yos Sudarso, RS Siti Rahmah, RS Bunda Medica Center, Poliklinik FKG Baiturrahmah) dan Banjarmasin (RS Ulin). Lembaran filter Al digunakan hanya untuk pengukuran kualitas berkas radiasi. Penentuan tingkat penerimaan dosis pasien dilakukan dengan protokol yang dikembangkan IAEA 8. Untuk pesawat sinar- X konvensional dilakukan dengan menempelkan langsung alat ukur dosis TLD (thermoluminescence dosimeter) di tubuh PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 24

Tabel 1. Batas toleransi uji kesesuaian pesawat sinar-x diagnostik. No. Parameter Pengujian Batas toleransi 1. Akurasi tegangan (kv panel kv terukur )/kv panel = ± 10% 2. Akurasi waktu (t panel t terukur )/t panel = ± 10% 3. Linieritas keluaran Koefisien Linieritas 4. Kedapatulangan kv, waktu, dan keluaran Dimana X1 dan X2 sensitivitas paparan (mgy/mas) dari dua pengukuran yang berurutan Koefisien variasi (C ) 5. Kualitas berkas (HVL) Pesawat diagnostik konvensional 70 kv 2,1 mm Al, 80 kv 2,3 mm Al Pesawat dental 50 kv 1,5 mm Al, 60 kv 1,8 mm Al Pesawat mamografi (kvp/100) HVL (kvp/100 + C) dengan c = 0,12 untuk kombinasi target/filter Mo/Mo 6. Kesesuaian dan kelurusan berkas Perbedaan ukuran berkas cahaya dan berkas sinar x 2% SID Akurasi dimensi bidang sinar-x 2% SID Perbedaan titik pusat bidang sinar-x dengan titik pusat berkas cahaya 2% SID 7. Kebocoran tabung 1 mgy/jam atau 115 R/jam pada jarak 1 meter dari titik focus, kecuali pesawat sinar-x dental 0,25 mgy/jam atau 28,5 mr/jam pada jarak 1 m dari titik focus. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebanyak 36 pesawat sinar-x diagnostik dari 16 rumah sakit dan poliklinik telah digunakan untuk kajian keselamatan radiasi ini. Rincian jenis pesawat sinar-x tersebut adalah 18 buah konvensional, 7 buah mammografi, 4 gigi intraoral, dan 7 gigi panoramik. Tabel 2, 3, 4 dan 5 masing-masing memperlihatkan hasil uji kesesuaian pesawat sinar-x konvensional, mammografi, sinar-x gigi intraoral dan sinar-x panoramik. Dengan membandingkan data hasil uji kesesuaian pada keempat tabel dengan batas toleransi yang diberikan pada Tabel 1, terlihat hampir seluruh pesawat lolos semua uji, kecuali untuk uji akurasi tegangan kerja (kvp). Pada pesawat sinar-x konvensional tiga pesawat tidak lolos uji akurasi kvp ini, sementara pada pesawat gigi panoramik tiga pesawat juga tidak lolos uji yang sama. Pada uji kualitas berkas untuk pesawat sinar-x konvensional, seperti terlihat pada Gambar 2, semua pesawat mampu memenuhi persyaratan. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 25

Tabel 2. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-x konvensional. No. Kedapatulangan Akurasi Kode Linieritas Tegangan Waktu Keluaran Tegangan Waktu Pesawat keluaran kerja (%) pajanan (%) radiasi (%) kerja (%) pajanan (%) 1 A1a 0.570 0.180 0.540 4.340 0.350 0.021 2 A1b 0.410 0.160 0.120 1.180-0.000 3 A2a 0.270 0.510 3.580 3.410 9.570 0.035 4 A3a 1.360 2.350 0.900 2.550-0.001 5 A3b 0.540 0.650 0.180 0.560 - - 6 A4a 0.330 0.150 0.930 6.890 5.570 0.042 7 A4b 0.500 0.620 0.230 2.150 1.900 0.237 8 A5a 0.120 0.470 1.380 9.690 4.080 0.016 9 A5b 1.700 0.060 2.610 5.810 4.010 0.133 10 A6a 0.612 0.172 0.417 11.315-0.041 11 A7a 0.101 0.000 0.049 1.689 5.446 0.017 12 A8a 1.615 0.118 1.409 2.051 1.480 0.208 13 A7b 0.067 0.000 1.281 1.953 3.169 0.002 14 A9a 0.743 0.000 2.231 9.480 8.502 0.043 15 A10a 0.791 0.304 1.437 10.856 - -* 16 A10b 4.353 0.151 0.999 20.086 0.002 0.002 17 A10c 0.798 0.000 1.544 5.109 5.029 0.114 18 A10d 0.347 0.000 0.293 0.844-0.010 * Tidak dilakukan karena pesawat menggunakan metode capacitor discharge untuk menghasilkan tegangan dan arus. Tabel 3. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-x mammografi. No. Kedapatulangan Akurasi Kode Linieritas Tegangan Waktu Keluaran Tegangan Waktu Pesawat keluaran kerja (%) pajanan (%) radiasi (%) kerja (%) pajanan (%)* 1 B1a 0.371 1.117-0.014 2 B2a 0.668 0.030 0.920 1.056-0.003 3 B3a 0.129 0.268 0.148 3.789-0.001 4 B4a 0.028 0.365 0.137 1.905-0.002 5 B5a 0.040 0.010 0.014 2.493-0.005 6 B4b 0.028 0.365 0.137 1.905-0.002 7 B4c 0.028 0.365 0.137 1.905-0.002 *Kontrol arus dan waktu menjadi satu parameter mas. Tabel 4. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-x gigi intraoral. No. Kedapatulangan Akurasi Kode Linieritas Tegangan Waktu Keluaran Tegangan Waktu Pesawat keluaran kerja (%) pajanan (%) radiasi (%) kerja (%) pajanan (%)* 1 C1a 0.226 0.044 0.397 2.167 0.019 2 C2a 0.100 1.428 2.620 0.155 3 C3a 0.410 0.240 0.080 6.728 0.090 4 C4a 0.140 0.000 1.460 0.970 0.046 0.002 *Beberapa pesawat tidak memiliki indikator waktu pada panel. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 26

Tabel 5. Hasil uji kesesuaian pesawat sinar-x gigi panoramik. No. Kedapatulangan Akurasi Kode Linieritas Tegangan Waktu Keluaran Tegangan Waktu Pesawat keluaran kerja (%) pajanan (%) radiasi (%) kerja (%) pajanan (%) 1 D1a 1.046 0.000 0.973 15.878 0.116 0.024 2 D2a 2.285 0.942 6.199 12.415 3 D3a 0.372 0.179 0.410 27.512 4 D4a 0.560 0.060 0.460 3.825 2.390 0.003 5 D4b 0.560 0.060 0.460 3.825 2.390 0.040 6 D5a 0.270 0.040 0.180 1.360 0.590 0.005 7 D5b 0.270 0.040 0.180 1.360 0.590 0.005 Meski pun ada pesawat sinar-x yang akurasi tegangan kerjanya tidak lolos uji, dalam pengambilan data dosis pasien semua data yang diperoleh dari semua pesawat tetap digunakan. Hal ini karena dalam kegiatan rutin para operator pesawat sinar-x telah mengetahui kondisi penyimpangan tersebut dan mereka telah melakukan koreksi agar kondisi penyinaran yang digunakan sesuai dengan kebutuhan radiografi dan citra yang dihasilkan. Gambar 3 memperlihatkan hasil uji kedapatulangan kv, waktu pajanan dan keluaran semua pesawat sinar-x yang diukur, Gambar 4 memperlihatkan hasil uji akurasi kv dan waktu pajanan semua pesawat sinar- X yang diukur, dan Gambar 5 memperlihatkan hasil uji linieritas semua pesawat sinar-x yang diukur. Dengan membandingkan hasil yang diberikan pada ketiga gambar ini dengan batas toleransi, dapat diketahui bahwa semua pesawat sinar- X yang diukur memenuhi batas toleransi yang diberikan. Gambar 2. Hasil uji kualitas berkas untuk pesawat sinar-x konvensional. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 27

Gambar 3. Hasil uji kedapatulangan kv, waktu pajanan dan keluaran semua pesawat sinar-x yang diukur. Gambar 4. Hasil uji akurasi kv dan waktu pajanan semua pesawat sinar-x yang diukur. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 28

Gambar 5. Hasil uji linieritas semua pesawat sinar-x yang diukur. Hasil pengukuran penerimaan dosis pasien dalam dosis masuk permukaan (ESD, entrance surface dose) pada pemeriksaan dengan pesawat sinar-x konvensional terlihat pada Tabel 6. Data terimaan dosis pasien yang diperoleh cukup bervariasi tergantung kondisi klinis dan parameter pajanan yang digunakan. Jenis pemeriksaan yang dilakukan meliputi foto thorak AP (15), thorak PA (86), thorak lateral (5), pelvis AP (10), abdomen AP(19), servik AP(10), servik lateral (5), lumbo sakral AP (7), lumbo sakral lateral (7), kepala AP/PA (3), kepala lateral (4), eksterimitas (atas dan bawah) (48). Data pasien terbanyak berasal dari jenis pemeriksaaan foto thorak PA, sedangkan jumlah data terendah yaitu untuk jenis pemeriksaan foto kepala. Seperti terlihat pada Tabel 6, data yang diperoleh sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh kondisi klinis dan parameter pemeriksaan. Pada pemeriksaan gigi yang meliputi intraoral, panoramik dan chepalometri, parameter penyinaran berada pada rentang 50-62kV dan 5.6-10mAs, 50-82kV dan 5.6-11.2mAs, 90-95kV dan 4.5-5.2mAs. Kondisi penyinaran dipengaruhi oleh kebutuhan klinis yang dibutuhkan oleh dokter, dosis rata-rata yang diperoleh untuk pemeriksaan gigi intraoral, chepalometri dan panoramik adalah 4.035mGy, 2.047mGy dan 0.04mGy. Berdasar rekomendasi IAEA dan BAPETEN, tingkat dosis untuk pemeriksaan gigi intraoral dan chepalometri masingmasing adalah 7 mgy dan 5mGy. Data pengukuran memperlihatkan bahwa hasil PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 29

yang diperoleh masih lebih rendah dibandingkan dengan rekomendasi IAEA atau BAPETEN tersebut. Pada pemeriksaan panoramik, pada saat ini belum ada rekomendasi tentang batasan dosis yang boleh diterima oleh pasien. Pada pemeriksaan gigi kondisi berat badan pasien kurang berpengaruh karena area penyinaran yang diamati adalah bagian kepala. Parameter yang penting adalah ukuran kepala. Sebagian besar pasien pada radiodiagnostik gigi berada pada rentang umur 16-40 tahun dengan jumlah 57%, sedangkan pada rentang umur 0-15 tahun sebanyak 30% dan sisanya 13% pada rentang umur > 40 tahun. Secara umum, dosis pasien rata-rata yang diterima masih di bawah tingkat panduan dosis yang direkomendasikan oleh BAPETEN. Namun ada beberapa pasien yang menerima dosis di atas nilai panduan dosis seperti pada pemeriksaan gigi intraoral (maksimum pada 13,516 mgy) dan chefalometri (maksimum pada 7,132 mgy). Walaupun masih dapat dibenarkan, tetapi harus dipikirkan upaya untuk mengurangi dosis yang diterima oleh pasien. Terutama untuk foto gigi, karena daerah yang terpajan radiasi terdapat banyak organ kritik seperti mata, tiroid, dan calvaria. Organ-organ ini sensitif terhadap radiasi, sehingga dikhawatirkan bila terjadi pemberian dosis yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ tersebut. Tabel 6. Hasil pengukuran penerimaan dosis pasien pada pemeriksaan dengan sinar-x konvensional dan gigi. Jenis pemeriksaan ESD (mgy) ESD rata-rata Tingkat panduan Maksimum Minimum Deviasi (mgy) IAEA/BAPETEN Intra oral 13,52 0,94 2,73 4,51 7 Panoramik 0,09 0,01 0,03 0,04 * Cefalometri 7,13 0,25 3,39 2,05 5 Thoraks AP 0,80 0,02 0,23 0,30 10 Thoraks PA 0,39 0,01 0,30 0,39 0.4 Thoraks LAT 16,97 0,08 7,34 3,86 20 Pelvis AP 3,26 0,30 0,86 1,59 10 Abdomen AP 2,19 0,28 0,70 1,67 10 Servik AP 0,72 0,31 0,16 0,52 * Servik LAT 1,12 0,30 0,34 0,67 * Lumbo sakral AP 4,07 0,63 1,051 2,05 10 Lumbo Sakral LAT 6,23 0,24 2,34 4,23 30 Kepala AP/PA 1,74 0,77 0,48 1,25 5 Kepala LAT 1,35 0,16 0,56 0,85 3 Ekstrimitas 1,23 0,03 0,23 0,29 * *) Tingkat panduan tidak diberikan. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 30

Studi penerimaan dosis pasien yang melibatkan 12 negara Asia, Afrika dan Eropa Timur telah dilakukan oleh IAEA [9]. Hasil studi yang dibandingkan dengan hasil dari beberapa negara lain diberikan pada Tabel 7. Tabel 7 juga memberikan hasil yang diperoleh pada studi ini. Seperti terlihat, kecuali untuk dosis pada pemeriksaan thoraks PA yang relatif sama, beberapa dosis pada pemeriksaan yang lain umumnya lebih rendah dari hasil yang diperoleh IAEA. Perbandingan dengan hasil yang diperoleh dari beberapa negara maju juga memperlihatkan bahwa dosis pasien di negara berkembang relatif tidak berbeda dengan dosis pasien di negara-negara maju tersebut. Untuk pemeriksaan mammografi, seperti terlihat pada Tabel 8, kondisi pemeriksaan sangat bervariasi bergantung pada kondisi pasien. Terlihat setiap rumah sakit menggunakan teknik pengambilan gambar yang berbeda-beda. Beberapa rumah sakit menggunakan kondisi penyinaran (kv dan mas) disesuaikan dengan kondisi ketebalan payudara, dan beberapa rumah sakit menggunakan kondisi penyinaran yang sama untuk semua kondisi ketebalan payudara. Kondisi tegangan kerja berada pada rentang 25-33 kv dengan rata-rata 27.25 kv, dan kondisi mas berada pada rentang 4-90 mas dengan rata-rata 26.72 mas untuk semua sumah sakit untuk semua sumah sakit. Ketebalan payudara pasien juga bervariasi dengan ketebalan terkecil 2.8-7.4 cm dengan ketebalan rata-rata 4.9 cm untuk semua rumah sakit. Ketebalan payudara sangat mempengaruhi dosis yang akan diterima oleh pasien. Tabel 7. Perbandingan dosis pasien di beberapa negara untuk jenis pemeriksaan yang sama. ESD (mgy) Negara Thoraks PA Lumbo AP Lumbo LAT Abdomen AP Pelvis AP Kepala AP dan PA AS 0,25 5,0-4,5 - - Inggeris 0,15 5,0 11,7 4,7 3,6 2,3 Australia 0,12 6,1 15,1 4,2 3,9 1,9 Kanada 0,11 3,34-2,35 - - Finlandia 0,24 8,8 18,2 7,1 6,2 3,4 Yunani 0,18 - - 1,36 - - Korea 0,21 2,8 6,17 2,33 2,44 2,04 Taiwan 0,52 5,91 18,9 4,77 5,13 2,6 Selandia Baru 0,22 22,8 35,5 20,4 21,4 3,0 IAEA *) 0,33 4,07 8,53 3,64 3,68 2,41 Studi ini 0,39 2,05 4,23 1,67 1,59 - *) Rata-rata dari 12 negara. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 31

Dalam penelitian ini faktor koreksi kelenjar payudara menggunakan nilai 50%, dan dosis MGD yang didapat adalah MGD pada kondisi 50% jumlah kelenjar payudara. Nilai dosis untuk rumah sakit yang menggunakan fasilitas Automatic Exposure Control (AEC) pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan rumah sakit yang tidak menggunakan fasilitas AEC. Nilai MGD50% rata-rata pada rumah sakit yang menggunakan AEC adalah 0.15 mgy, 1.53 mgy dan 0.86 mgy, pada rumah sakit yang tidak menggunakan fasilitas AEC nilai MGD50% rata-rata adalah 4.05 mgy dan nilai ini melebihi batas toleransi yang direkomendasikan oleh badan pengawas yaitu 3mGy. Ini menunjukkan bahwa penggunaan AEC sebaiknya dioptimalkan untuk mengurangi dosis pada kelenjar payudara. Secara keseluruhan MGD50% untuk semua rumah sakit adalah 0.84 mgy, dengan dosis maksimal 4.376 mgy, minimal 0.076 mgy dan standar deviasi 1.37 mgy. Tabel 8. Kondisi parameter pajanan pemeriksaan mammografi dan perkiraan nilai MGD 50%. RS B4 RS B3 kv mas Ketebalan (cm) MGD50% (mgy) kv mas Ketebalan (cm) MGD50% (mgy) rerata 26.41 10.89 5.23 0.15 28.26 61.89 5.12 1.53 Standar deviasi 1.06 4.57 1.02 0.04 1.19 2.62 0.40 0.20 Max 29 27 7.4 0.24 30 63 5.9 1.88 Min 25 4 2.8 0.08 27 56 4.5 1.21 RS B5 RS B1 kv mas Ketebalan (cm) MGD50% (mgy) kv mas Ketebalan (cm) MGD50% (mgy) rerata 30 90 3.29 4.05 31.3 29.7 4.97 0.86 Standar deviasi 0 0 0.18 0.19 1.89 2.58 0.82 0.12 max 30 90 3.6 4.38 33 32 6 1.05 min 30 90 3 3.75 28 25 3.5 0.66 PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 32

4. KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil studi ini adalah: 1. Sebagian besar pesawat sinar-x yang diukur menunjukkan kinerja yang memuaskan, kecuali tiga pesawat sinar-x konvensional dan tiga pesawat gigi panoramik yang tidak lolos uji akurasi kvp. 2. Sebagian besar data dosis pasien menunjukkan relatif lebih rendah dari rekomendasi IAEA, kecuali pada satu pemeriksaan gigi intraoral dan satu pada pemeriksaan chefalometri yang melampauinya. 3. Perbandingan nilai dosis pasien yang diperoleh pada studi ini dengan hasil yang diperoleh dari beberapa negara maju juga memperlihatkan bahwa dosis pasien di negara berkembang relatif tidak berbeda dengan dosis pasien di negaranegara maju tersebut. Untuk menyempurnakan hasil studi ini dan untuk memperoleh tingkat panduan dalam pemeriksaan medik diagnostik yang representatif untuk Indonesia, disarankan agar dilakukan studi dengan sampel pesawat sinar-x yang lebih besar dari beberapa provinsi lain. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih diucapkan kepada para staf di rumah sakit tempat studi ini dilaksanakan yang telah membantu mengoperasikan pesawat sinar-x diagnostik, dan kepada Sdr. Dyah D. Kusumawati, Helfi Yuliati dan Suyati yang telah membantu melakukan pengukuran. Studi ini juga tidak akan terlaksana tanpa bantuan dana dari Program Sinergi dan Sinkronisasi Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir DIKTI-BATAN tahun 2009. DAFTAR PUSTAKA 1. UNSCEAR, Sources and Effects of Ionizing Radiation: Reports to the General Assembly with Scientific Annexes, Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York (2000). 2. UNSCEAR, Sources and Effects of Ionizing Radiation (Reports to the General Assembly with Scientific Annexes). Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, UN, New York (1996). 3. WHO, Quality Assurance in Diagnostic Radiology, WHO, Geneva (1982). 4. IAEA, Basic Safety Standards for Protection against Ionizing Radiation and for Safety of Radiation Sources, Safety Seres No.115, IAEA, Vienna (1996). 5. Keputusan Kepala BAPETEN No. 01- P/Ka-BAPETEN/I-03 tentang Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik. 6. Radiological Council of Western Australia. Diagnostic X-Ray Equipment Compliance Testing. Program Requirements 2006. 7. Diagnostic X-Ray Unit QC Standards in BC: Summary of Standards/Limits for QC of Diagnostic X-Ray Equipment. BC Centre for Disease Control (2004). 8. IAEA. Dosimetry in Diagnostic Radiology: An International Code of Practice. Technical Report Series No. 457. IAEA, Vienna (2007). PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 33

9. MUHOGORA, WILBROAD E., et.al., Patient Doses in Radiographic Examinations in 12 Countries in Asia, Africa and Eastern Europe: Initial Results from IAEA Projects, Am.Journal.Radiol. (2008) pp. 1453-1461. PTKMR-BATAN, FKM-UI, KEMENKES-RI 34