2015, No Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Terte

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 248/PMK.011/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK. 011/2012 TENTANG

SALINAN MENTERI NOMOR DENGAN. Pembuatan. elektronika. barang. terhadap. impor. c. bahwa. telah memenuhi. Komponen. dan bahan. Bea Masuk.

2013, No bejana tekan dan tangki dari logam, serta pembuatan mesin pertanian dan kehutanan telah memenuhi kriteria penilaian dan ketentuan baran

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/PMK.011/2014 TENTANG

113/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN TINTA K

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/PMK.011/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas imp

SALINAN 7/PMK.011/ TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

108/PMK.011/2011 BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN DAN PER

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK. 011/2012 TENTANG

P - 12/BC/2010 TATA CARA PEMBERIAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA

-2- kepolisian, termasuk suku cadang, serta barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang yang dipergunakan bagi keperluan pertahanan d

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/PMK.011/2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN NOMOR TENTANG. Menimbang umum, dan/atau. konsumen, melindungii. Negara. Tahun menetapkan. Menteri. Barang 2013; Mengingat. Nomor.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-26/BC/2008

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-29/BC/2008 TENTANG

2015, No Mengingat Pengenaan Pajak dan saat lain pembuatan faktur pajak atas penyerahan pupuk tertentu untuk sektor pertanian dalam Peraturan Me

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 51/PMK.011/2010

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN KOSMETIKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101, 2010 Kementerian Keuangan. Bea Masuk. Impor. Sorbitol.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 6 /BC/2011 TENTANG

SALINAN TENTANG BEA OBAT INFUS. memenuhi. Barang. tentang. rangka. pemberian 2013; Masuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BPOM. Prestasi Kerja. PNS. Penilaian. Pedoman.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 35/M-DAG/PER/5/2012

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P-19/BC/2007

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN NOMOR TENTANG ALKYD. phthalate, resin, amino. resin. Ditanggung. Pemerintah. pembuatan. unsaturated. solution. dan bahan. pigment.

NOMOR GUNA MENTERI. barang. industri. Pemerintah. diberikan. tentang Jasa Guna. dan/atau. Anggaran. dalam. untuk. Masuk. pemberian 2013; ketentuan

2011, No Umum dan Peningkatan Daya Saing lndustri Sektor Tertentu Untuk Tahun Anggaran 2011; c. bahwa dalam rangka pemberian Bea Masuk Ditanggun

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 14 dan Menetapkan Peraturan T

TENTANG PEMBEBASAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN YANG AKAN DIRAKIT MENJADI KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TUJUAN EKSPOR MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

P - 03/BC/2009 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 03/BC/2009 TENTANG TATA CARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Harmonized System 2017 dan ASEAN Harmonised Tariff Nomenclature 2017, perlu melakukan penyesuaian terhadap komitmen Indonesia berdasar

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/PMK.04/2017 TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG BEA MASUK, BEA KELUAR,

2 Mengingat pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri dalam rangka penanaman modal; c.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 50/BC/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.04/2014 TENTANG

2 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Impor Sementara Dengan Menggu

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 58/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK. 011/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 176/PMK.011/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122/PMK. 04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 258/PMK.011/2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.443, 2009 Departemen Keuangan. Bea Masuk. Impor. Kemasan Plastik,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.256, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Bea Masuk. Impor. Industri. Listrik. Pembebasan. Perubahan.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN OBAT IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

2 diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK. 04/2009 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/PMK.011/2014 TENTANG

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142/PMK.04/2011 TENTANG IMPOR SEMENTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINANN TENTANG TUHAN. dan peralatan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.01/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

No.1430, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Bea Masuk. Ditanggung Pemerintah. Impor Barang. Bahan Tertentu. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN TERTENTU DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah dalam rangka memenuhi penyediaan barang dan bahan tertentu, perlu diatur pelaksanaan bea masuk ditanggung pemerintah atas impor barang dan bahan tertentu di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang dan Bahan Untuk Memproduksi dan/atau Jasa Guna Kepentingan Umum dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor Tertentu, perlu menetapkan Peraturan

2015, No.1430 2 Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata Cara Pelaksanaan Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan Bahan Tertentu di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013; 4. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.011/2011 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.011/2013; 6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Atas Impor Barang dan Bahan untuk Memproduksi Barang dan/atau Jasa Guna Kepentingan Umum dan Peningkatan Daya Saing Industri Sektor Tertentu; 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.011/2014 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah Sektor Industri tertentu Tahun Anggaran 2015; 8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001

3 2015, No.1430 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN TERTENTU DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat dan bahan obat. 2. Bea Masuk Ditanggung Pemerintah, yang selanjutnya disingkat BMDTP, adalah fasilitas bea masuk terutang yang dibayar oleh pemerintah atas impor barang dan bahan tertentu. 3. Pembuatan Obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. 4. Rencana Impor Barang, yang selanjutnya disingkat RIB, adalah rencana importasi barang/bahan Industri Farmasi. 5. Tanda sah adalah pembubuhan tanda tangan, nomor, dan cap jabatan pada RIB dalam rangka pemberian fasilitas BMDTP oleh Kepala Badan. 6. Hari adalah hari kerja. 7. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB II TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PERSETUJUAN UNTUK MEMPEROLEH BMDTP Pasal 2 (1) Untuk memperoleh persetujuan BMDTP, Industri Farmasi harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Badan.

2015, No.1430 4 (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut: a. fotokopi Akte pendirian perusahaan; b. fotokopi Izin Usaha Industri dan perluasannya; c. fotokopi Surat Keterangan Domisili Perusahaan; d. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; f. fotokopi Angka Pengenal Produsen (API-P); g. fotokopi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK); h. fotokopi Surat Keterangan Penerapan Informasi Persediaan Berbasis Komputer (IT Inventory) dari Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Pelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea Cukai; i. RIB; j. data kapasitas terpasang dari instansi berwenang; k. profil perusahaan yang memuat data produksi, penjualan domestik dan ekspor, tenaga kerja, modal usaha dan pembayaran pajak berdasarkan SSP dan/atau SPT serta total bea masuk yang dibayarkan tahun sebelumnya yang ditandatangani oleh pimpinan perusahaan; l. surat penyataan bermaterai dan ditandatangani pimpinan perusahaan yang menyatakan kesediaan untuk diverifikasi; m. surat penyataan bermaterai dan ditandatangani pimpinan perusahaan yang menyatakan barang dan bahan yang diajukan untuk fasilitas BMDTP bukan merupakan: 1) barang dan bahan yang dikenakan pembebanan bea masuk 0% (nol persen); 2) barang dan bahan yang dikenakan pembebanan bea masuk 0% (nol persen) berdasarkan perjanjian/kesepakatan internasional; 3) barang dan bahan yang dikenakan bea masuk anti dumping/ bea masuk anti dumping sementara, bea masuk tindakan pengamanan/bea masuk tindakan pengamanan sementara, bea masuk imbalan atau bea masuk tindakan pembalasan; atau 4) barang dan bahan yang ditujukan untuk ditimbun di tempat penimbunan berikat. n. perkiraan BMDTP 3 (tiga) tahun kedepan; dan

5 2015, No.1430 o. laporan realisasi BMDTP 3 (tiga) tahun terakhir (bagi pemohon lanjutan). Pasal 3 Selain harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Industri Farmasi juga harus memenuhi kriteria penilaian dan bobot dalam penentuan penerima BMDTP sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 4 (1) Paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya dokumen permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 3, dilakukan evaluasi oleh tim evaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2) Tim evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas melakukan evaluasi dokumen permohonan berdasarkan kriteria dan persyaratan BMDTP sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Tim evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan. Pasal 5 (1) Jika berdasarkan hasil evaluasi atas dokumen permohonan belum memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, kepada Industri Farmasi dimintakan tambahan data secara tertulis. (2) Tambahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diserahkan paling lama 10 (sepuluh) Hari sejak tanggal surat permintaan tambahan data. (3) Dalam hal Industri Farmasi tidak memenuhi permintaan tambahan data sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka permohonan dianggap ditarik kembali. Pasal 6 Tambahan data yang diserahkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) Hari sejak tanggal penerimaan tambahan data. Pasal 7 Industri Farmasi yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, direkomendasikan oleh Kepala Badan kepada Menteri Keuangan untuk memperoleh fasilitas BMDTP.

2015, No.1430 6 BAB III TANGGUNG JAWAB INDUSTRI FARMASI Pasal 8 (1) Industri Farmasi pemohon fasilitas BMDTP bertanggung jawab terhadap: a. kelengkapan dokumen permohonan yang diserahkan; dan b. kebenaran dan keabsahan dokumen yang dilampirkan. (2) Tanggung jawab Industri Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan secara tertulis dalam surat pernyataan sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. BAB IV TATA CARA PENANDASAHAN RIB Pasal 9 (1) Industri Farmasi yang telah direkomendasikan oleh Kepala Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan memperoleh fasilitas BMDTP dari Menteri Keuangan akan diberitahukan secara tertulis oleh Kepala Badan. (2) Industri Farmasi yang telah memperoleh fasilitas BMDTP harus mengajukan RIB kembali sesuai dengan pagu yang ditetapkan oleh Kepala Badan. (3) Paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari sejak diterimanya RIB sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan evaluasi oleh tim evaluasi. (4) Hasil evaluasi atas RIB yang telah memenuhi persyaratan akan diberikan tanda sah sesuai nilai pagu yang telah ditetapkan. BAB V PELAPORAN Pasal 10 (1) Industri Farmasi yang memperoleh fasilitas BMDTP wajib menyampaikan laporan realisasi importasi setiap bulan. (2) Laporan realisasi importasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Badan paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya dengan menggunakan contoh laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Peraturan ini.

7 2015, No.1430 (3) Selain laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Industri Farmasi yang memperoleh fasilitas BMDTP juga wajib menyampaikan Laporan realisasi penggunaan barang dan/atau bahan setiap triwulan. (4) Laporan realisasi penggunaan barang dan/atau bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Kepala Badan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. BAB VI VERIFIKASI INDUSTRI FARMASI Pasal 11 (1) Untuk memastikan fasilitas BMDTP dipergunakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan verifikasi terhadap Industri Farmasi penerima fasilitas BMDTP. (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap pelaksanaan sebagai berikut: a. importasi; b. penyimpanan; c. produksi; d. penyaluran; e. penjualan; f. pemusnahan; g. pelaporan; dan h. dokumentasi. (3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim verifikator Badan Pengawas Obat dan Makanan dan/atau pihak ketiga yang ditunjuk. BAB VII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 12 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. peringatan tertulis; b. pengurangan nilai RIB; dan/atau c. pencabutan RIB.

2015, No.1430 8 (3) Industri Farmasi yang dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan/atau huruf c tidak dapat mengajukan permohonan fasilitas BMDTP di tahun berikutnya. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan Kepala ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 2015 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, ROY A. SPARRINGA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 September 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY

Description: D:\Hasil PDF\Lampiran BMDTP NETT_1.jpg 9 2015, No.1430

Description: D:\Hasil PDF\Lampiran BMDTP NETT_2.jpg 2015, No.1430 10