Fakultas Farmasi, Universitas Jember Jln. Kalimantan No. 37 Jember RSD dr. Soebandi Jember korespondensi:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH MENINGKAT KARYAWAN LAKI-LAKI DI NASMOCO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI- LAKI PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS X NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK DAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKUTATAN I TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Jurnal Kesehatan Kartika 18

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data


BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI JANTUNG RSD dr. SOEBANDI JEMBER SKRIPSI. Oleh: Cici Eirmawati NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI USIA PRODUKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO DENI PRASETYO NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

INTISARI ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

Transkripsi:

Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di RSD dr. Soebandi (Correlation Between Smoking and the Incidence of Hypertension in Department of Cardiovascular Disease RSD dr. Soebandi ) Cici Eirmawati 1, Wiratmo 1, Prihwanto Budi S 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Jln. Kalimantan No. 37 68121 2 RSD dr. Soebandi e-mail korespondensi: cici.eirma77@gmail.com Abstract Hypertension is one of the non-communicable diseases that becoming a very serious health problems at this time. In Indonesia, approximately 6.8% of the causes of death at all ages due to hypertension. Smoking is one of the risk factor of hypertension. The purpose of this study is to determine correlation between smoking and the incidence of hypertension. The method of this research was a case control study. The sampling technique was the lottery technique. This research was conducted in Department of Cardiovascular Disease RSD dr. Soebandi on May 9 to June 9, 2014 with 44 case respondents and 88 control respondents. The data was analyzed using logistic regression. The test results showed that smoking have a significant association with hypertension; 1) Correlation between smoking and hypertension (Sig. = 0.000; OR = 6.429); 2) Correlation between the number of cigarettes smoked and hypertension (Sig. = 0.000; OR = 2.490); 3) Correlation between the type of cigarettes smoked and hypertension (Sig. = 0.000; OR = 3.519); 4) Correlation between the duration of smoking and hypertension (Sig. = 0.000; OR = 2.902). As a conclusion, there is a correlation between smoking and the incidence of hypertension in men aged 30-60 years in Department of Cardiovascular Disease RSD dr. Soebandi. Keywords: hypertension, smoking, number of cigarettes, type of cigarettes, duration of smoking Abstrak Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini. Di Indonesia sekitar 6,8% penyebab kematian disebabkan karena hipertensi. Merokok merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Metode penelitian yang digunakan adalah case control study dengan teknik pengambilan sampel lottery technique. Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung RSD dr. Soebandi pada 9 Mei sampai 9 Juni 2014 dengan 44 responden kasus dan 88 responden kontrol. Data dianalisa menggunakan uji regresi logistik. Hasil uji menunjukkan kebiasaan merokok mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian hipertensi; 1) Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi (Sig. = 0,000; OR = 6,429); 2) Hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi (Sig. = 0,000; OR = 2,490); 3) Hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi (Sig. = 0,000; OR = 3,519); 4) Hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi (Sig. = 0,000; OR = 2,902). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki berusia 30-60 tahun di departemen penyakit jantung RSD dr. Soebandi. Kata kunci: hipertensi, kebiasaan merokok, jumlah rokok, jenis rokok, lama merokok e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 314

Pendahuluan Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030 semakin jelas diproyeksikan terjadinya transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Menurut World Health Organization (WHO) dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh penyakit tidak menular. Sedangkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, tampak bahwa selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena penyakit tidak menular semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit menular semakin menurun [1]. Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi [2]. Joint National Commite on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment of High Pressure VII (JNC VII) mendefinisikan hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah 140 mmhg (tekanan sistolik) dan/ atau 90 mmhg (tekanan diastolic). Hipertensi berkontribusi secara substansial terhadap resiko penyakit antara lain jantung koroner, trombo-embolik dan stroke dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan jantung, otak dan ginjal (Yogiantoro, 2006). Berdasarkan data statistik kesehatan di Amerika 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, maka akan menyerang organ target, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Sedangkan di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia [3]. Faktor pemicu atau resiko hipertensi dapat dibedakan menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Salah satu faktor resiko hipertensi yang dapat diubah yaitu kebiasaan merokok. Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat mempengaruhi tekanan darah [4]. Dengan menghisap sebatang rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah kramp sehingga tekanan darah naik. Nikotin di dalam rokok setelah masuk ke dalam tubuh, akan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi [5]. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Jantung RSD dr. Soebandi. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah case control study dengan pendekatan retrospective. Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung RSD dr. Soebandi dan dilaksanakan pada tanggal 9 Mei sampai 9 Juni 2014. Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh pasien laki-laki yang berusia 30-60 tahun yang berobat di Poli Jantung RSD dr. Soebandi pada tanggal 9 Mei sampai 9 Juni 2014. Kriteria Inklusi Sampel a. Responden kelompok kasus adalah pasien rawat jalan laki-laki berusia 30-60 tahun di RSD dr. Soebandi pada 9 Mei 9 Juni 2014 yang menderita hipertensi. Dikatakan hipertensi jika responden memiliki tekanan darah 140 mm/hg (sistolik) dan 90 mm/hg (diastolik) serta didiagnosa hipertensi dengan atau tanpa adanya komplikasi dengan penyakit lainnya b. Responden kelompok kontrol adalah pasien rawat jalan laki-laki berusia 30-60 tahun di RSD dr. Soebandi pada 9 Mei 9 Juni 2014 yang tidak menderita hipertensi. Dikatakan tidak hipertensi jika tekanan tekanan darah responden 140 mm/hg (sistolik) dan 90 mm/hg (diastolik), tidak didiagnosa hipertensi serta minimal memiliki salah satu kecocokan kriteria (usia, jenis pekerjaan) dengan kelompok kasus. c. Bersedia menjadi responden Kriteria Eksklusi Sampel a. Responden yang tidak bersedia menjadi sampel Pada penelitian ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 132 orang yang terdiri dari 44 responden kasus dan 88 responden kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling dengan teknik pengambilan sampel lottery technique atau teknik undian. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kebiasaan merokok, jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap dan lama merokok, sedangkan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Data yang telah dikumpulkan akan e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 315

dianalisis menggunakan uji Regresi Logistik pada program komputer yaitu Statistical Package for the Social Science (SPSS). Hasil Penelitian Data Demografi Responden 1. Usia Distribusi responden berdasarkan karakteristik usia dikelompokkan menjadi 2 yaitu kelompok usia 30-39 tahun dan 40-60 tahun. Dari Gambar 1 terlihat bahwa pada masingmasing kelompok usia, baik pada responden hipertensi maupun non hipertensi mempunyai presentase yang hampir sama besarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara usia baik pada responden hipertensi maupun non hipertensi memiliki kesesuaian. Jika antara kelompok kasus dan kontrol memiliki kesesuaian maka diharapkan data yang didapatkan lebih valid. Gambar 1. Grafik Distibusi Usia Responden 2. Jenis Pekerjaan Distribusi pekerjaan responden antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri, pedagang, petani, pekerja pabrik dan sopir yang ditunjukkan pada Gambar 2. Dimana menunjukkan presentase yang cukup sesuai pada tiap-tiap jenis pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara jenis pekerjaan baik pada responden hipertensi maupun non hipertensi memiliki kesesuaian. Jika antara kelompok kasus dan kontrol memiliki kesesuaian maka diharapkan data yang didapatkan lebih valid. Gambar 2. Grafik Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 15 responden laki-laki berusia 30-60 tahun dengan memberikan kuisioner yang berisi 4 pertanyaan/parameter. Hasil dari uji validitas pada tingkat kemaknaan 0,05, didapatkan nilai r hasil berturut-turut (0,9144, 0,7692, 0,8597 dan 0,7641) > nilai r tabel (0,514), maka pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid. Sedangkan hasil dari uji reliabilitas didapatkan hasil r Alpha (0,8922) > r hitung (0,514), maka keempat pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi 1. Hubungan antara Status Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 30-60 Tahun di Poli Jantung RSD dr. Soebandi Pada Gambar 3 terlihat data distribusi status merokok responden terhadap kejadian hipertensi. Hasil uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 6,429. Gambar 3. Distribusi status merokok responden terhadap kejadian hipertensi e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 316

2. Hubungan antara Jumlah Rokok yang Dihisap dengan Kejadian Hipertensi Pada Lakilaki Usia 30-60 Tahun di Poli Jantung RSD dr. Soebandi Distribusi jumlah rokok yang dihisap responden terhadap kejadian hipertensi ditunjukkan pada Gambar 4. Hasil uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,490. Distribusi lama merokok responden terhadap kejadian hipertensi dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,902. Gambar 6. Distribusi lama merokok terhadap kejadian hipertensi Gambar 4. Distribusi jumlah rokok yang dihisap terhadap kejadian hipertensi 3. Hubungan Antara Jenis Rokok Yang Dihisap Distribusi jenis rokok yang dihisap responden terhadap kejadian hipertensi terlihat pada Gambar 5. Berdasarkan uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 dan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,518. Gambar 5. Distribusi jenis rokok yang dihisap terhadap kejadian hipertensi 4. Hubungan Antara Jenis Rokok Yang Dihisap Pembahasan 1. Hubungan Antara Status Merokok dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki Usia 30-60 Tahun di Poli Jantung RSD dr. Soebandi Berdasarkan hasil uji menggunakan regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 6,429 bermakna bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok cenderung berisiko mengalami hipertensi 6,429 kali lipat dibanding seseorang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi dan sekitar 50% kejadian hipertensi dapat dicegah dengan menghilangkan faktor resiko kebiasaan merokok [6]. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi [7]. Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Rokok akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 317

mmhg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit [8]. 2. Hubungan Antara Jumlah Rokok Yang Dihisap dengan Kejadian Hipertensi Pada Lakilaki Usia 30-60 Tahun di Poli Jantung RSD dr. Soebandi Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan antara jumlah rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,490 bermakna bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok dengan jumlah >20 batang perhari cenderung berisiko mengalami hipertensi 2,490 kali lipat dibanding seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok <10 batang perhari. Hasil ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok, maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang perhari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat akumulatif, suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai menimbulkan gejala [8]. 3. Hubungan Antara Jenis Rokok Yang Dihisap Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan antara jenis rokok yang dihisap dengan kejadian hipertensi. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 3,518 bermakna bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok jenis non filter cenderung berisiko mengalami hipertensi 3,518 kali lipat dibanding seseorang yang mempunyai kebiasaan menghisap jenis rokok filter. Dengan kandungan nikotin dan tar yang lebih besar dan tidak disertai penyaring pada pangkal batang rokok, maka potensi masuknya nikotin dan tar ke dalam paru-paru dari rokok non filter akan lebih besar dari pada rokok filter yang berdampak buruk pada pemakainya dan salah satunya akan terkena risiko hipertensi [8]. 4. Hubungan Antara Jenis Rokok Yang Dihisap Berdasarkan hasil uji regresi logistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05, artinya ada hubungan antara lama merokok dengan kejadian hipertensi. Sedangkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 2,902 bermakna bahwa seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun cenderung berisiko terkena hipertensi 2,902 kali lipat dibanding seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok kurang dari 10 tahun. Adanya dampak lama merokok dengan kejadian hipertensi sangat beralasan, sebab semakin awal seseorang merokok, makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok juga punya dose-respone effect, dimana semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya karena mereka setelah usia lebih dari 40 tahun akan menumpuk toksin yang lebih banyak [9]. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, jumlah rokok yang dihisap, jenis rokok yang dihisap dan lama merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki usia 30-60 tahun di Poli Jantung RSD dr. Soebandi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya promosi kesehatan pada pasien di RSD dr. Soebandi untuk meminimalisir kejadian hipertensi. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada RSD dr. Soebandi yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini. Daftar Pustaka [1] Kemenkes RI. Gambaran Penyakit Tidak Menular Di Rumah Sakit Di Indonesia Tahun 2009 dan 2010 Dalam Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. 2012; (2): 121-124 [2] Rahajeng, E., Tuminah S. Prevalensi Hipertensi Dan Determinannya di Indonesia. 2009; Maj Kedokt Indon; (59) : 12 [3] Depkes. 2010. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. (Online). http://depkes.go.id/index.php/berita/pressrelease/810-hipertansi-penyebab-kematiannomor-tiga.html, diakses tanggal 12 November 2013. e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 318

[4] Nurcahyani, H.F., Bustamam, N., dan Diandini, R. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Kejadian Hipertensi Di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma di Ciputat. 2011; 22 (4): 185-190 [5] Suparto. Sehat Menjelang Usia Senja. Bandung : Remaja Rosdakarya Effset. 2000 [6] Anggraini D.A., Waren A., Situmorang S., Asputra H., Siahaan S.S. Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bakinang Periode Januari sampai Juni 2008. Faculty of Medicine : University of Riau. 2009 [7] Bustan, M. N. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. 2000 [8] Sitepoe, M. Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Grasindo. 1997 [9] Sattiyani, Y. F. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi di Klinik MH Thamrin Kalideres. Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan : Universitas Esa Unggul Jakarta. 2011 e-jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 2), Mei 2014 319