ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI KECAMATAN GODONG BUSINESS REASONABLE ANALISYS OF BREEDING DUCK AT GODONG RESIDENCE

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK POTONG DI DESA HARJOWINANGUN KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

ANALISIS PROFITABILITAS PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

ANALISIS TITIK IMPAS DAN RESIKO PENDAPATAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA SUGIH WARAS KECAMATAN BELITANG MULYA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK (Studi Kasus Desa Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang)

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

USAHA ITIK PETELUR DAN TELUR TETAS

BAB III MATERI DAN METODE. sangat baik, karena produk yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi yang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DI KECAMATAN AMBUNTEN, KABUPATEN SUMENEP

MANAJEMEN PERMODALAN PADA ANGGOTA KTTI MAJU JAYA UNTUK PENGEMBANGAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu)

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK ITIK PEDAGING BERDASARKAN SKALA USAHA YANG BERBEDA DI DESA SIPODECENG KECAMATAN BARANTI KABUPATEN SIDRAP

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

Oleh :KetutSiswaMitra Program StudiManajemenSumberDayaPerairan JurusanPerikanan Dan IlmuKelautan FakultasPertanian UniversitasWarmadewa Denpasar

ABSTRACT PENDAHULUAN EKO SETYO BUDI, ENDANG YEKTININGSIH, EKO PRIYANTO

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU JENIS DAPLANG DAN JENIS MARKONAH DI DESA METARAMAN KECAMATAN MARGOREJO KABUPATEN PATI

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN BANTUL PROFITABILITY ANALYSIS ON DUCK FARMING BUSINESS IN BANTUL DISTRICT

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Rinto., dkk. Analisis Komputasi Pendapatan...

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO SKRIPSI. Oleh : EKO SETYO BUDI NPM :

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM RAS PETELUR (Gallus sp) STUDI KASUS PADA USAHA TERNAK SUBUR JLN. TEROPONG KM. 2,5 KUBANG JAYA KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2013, VOL. 13, NO. 2

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TANI TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA. Intisari

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHA PEMBESARAN AYAM KAMPUNG DI TINGKAT PETERNAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR. Reli Hevrizen dan Reny Debora Tambunan

Lampiran 1 Gambar cara pengukuran, corak dan pola warna bulu itik Alabio

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BUDIDAYA ITIK SECARA TERPADU HULU-HILIR KELOMPOK PETERNAK NGUDI LESTARI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

VII. ANALISIS PENDAPATAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS USAHATANI PISANG AYAM DI DESA AWE GEUTAH PAYA KECAMATAN PEUSANGAN SIBLAH KRUENG KABUPATEN BIREUEN

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

PEMBERDAYAAN USAHA TERNAK ITIK DI KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES Oleh: Oke Setiarso 1), Sudjarwanto 1), Dedy Supriyadi 1), Goro Binarjo 1) 1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

ANALISIS FEASIBILITAS USAHA TERNAK ITIK MOJOSARI ALABIO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK UDANG

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

KELAYAKAN FINANSIAL PENGGEMUKAN KAMBING POTONG DI KOTA SANGATTA. (Financial Feasibility of Fattening Goat In The City of Sangatta)

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

PROFITABILITAS USAHA ITIK PEDAGING DI DESA JULUK KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

AGRITECH : Vol. XVIII No. 2 Desember 2016: ISSN :

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KACANG TANAH PENGGUNA PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK DI DESA TAJUNGSARI KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ITIK ALABIO DENGAN SISTEM LANTING DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Pedaging di Kabupaten Majalengka

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER

281 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

ANALISIS USAHA BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR DI KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHA AYAM RAS PETELUR DI KABUPATEN WONOSOBO ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ANALISA USAHA BUDIDAYA IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) SECARA TERPADU DENGAN AYAM (LONG-YAM) DI KABUPATEN BENGKULU UTARA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ANALISIS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma PT. Bilabong di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI KECAMATAN GODONG BUSINESS REASONABLE ANALISYS OF BREEDING DUCK AT GODONG RESIDENCE Wahyu Margiastuti,*) Rumiyadi,**) Sri Suratiningsih**) *) Mahasiswa Program Studi S-1 Agribisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang **). Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang INTISARI Usaha ternak itik merupakan salah satu sumber penghasil telur yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan dikembangkan guna mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan protein hewani. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Godong. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani serta mengetahui apakah usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong layak untuk diusahakan. Penentuan responden berdasarkan sensus dengan jumlah responden sebanyak 37 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan usaha dengan RCR, BEP(Q), BEP(harga), BEP(PK), dan ROI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pendapatan usaha ternak itik petelur sebesar Rp.19.928.442,-/satuan ternak/tahun menunjukan usaha ternak itik petelur ini menghasilkan pendapatan yang cukup besar. 2) Pada analisis kelayakan usaha perolehan hasil analisis usaha ternak itik petelur adalah RCR 2,25 dan BEP (Rp) : Rp.482,- dengan harga riil Rp.1.100,-, BEP (Q) sebesar 11.813 butir telur dengan jumlah riilnya 27.064 butir telur, BEP (PK) sebesar Rp12.994.419,- dengan jumlah riilnya Rp.32.922.862,- dan nilai ROI sebesar 168% pertahun. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp.19.928.442,- /satuan ternak/tahun. 2) Analisis usaha ternak itik petelur layak untuk diusahakan. Kata kunci : usaha ternak, itik petelur. ABSTRACT Duck is one of egg producers that have a high economic value. It can be developed to be an alternative thing to cover protein demand. This research took place at Godong residence. It was done on February 2013 until March 2013. The objective of the research is to how much the breeders got the income and to know whether it is reasonable or not to develop in this place. There are 37 respondents. The respondents are chosen based on the census. The data is analyzed by business reasonable analysis using RCR, BEP (Q), BEP(prices), BEP(PK), and ROI. The result of the research are 1) the income of breeding ducks is Rp. 19.928.442,- per breeding unit per year. It shows that by doing this business, the breeders can get much income, 2) the business reasonable analysis said that the income of breeding ducks are RCR 2,25 and BEP (Rp): Rp. 482,- with the real price is Rp. 1.100,-, BEP (Q) is 11.813 eggs with the real sum is 27.064 eggs, BEP (PK) is Rp. 12.994.419,- with the real sum is Rp 32.922.862,- and the ROI is 168% per year. The conclusions of the research are 1) breeding ducks at Godong residence can improve the income until Rp. 19.928.442,- per unit per year, 2) breeding ducks can be developed based on the business analysis. Keywords : breeding, ducks. 83

PENDAHULUAN Peternakan, khususnya ternak itik, merupakan salah satu sumber daya penghasil telur yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan pentingnya didalam kehidupan masyarakat. Sekelompok ternak itik bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa telur, disamping hasil ikutan lainnya seperti daging dan bulu. Usaha peternakan itik mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produksi peternakan serta pasarnya yang terbuka lebar. Usaha peternakan itik juga memberi keuntungan yang cukup tinggi sebesar 85% dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat dipedesaan. Kebanyakan masyarakat yang berada dipedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian secara luas karena memang sudah keahlian mereka yang dapat digunakan untuk mempertahankan kehidupannya. Tidak heran seorang petani selain mengolah sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya tenak bebek atau yang sering dikenal dengan itik (Bharoto. 2001). Usaha ternak itik adalah salah satu jenis ternak unggas yang dapat dikembangkan guna mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan protein hewani. Demikian juga usaha pemeliharaan itik intensif dapat diartikan sebagai usaha peningkatan cara pemeliharaan dari tradisional kearah yang lebih mendukung produktivitas. Dalam pemeliharaan itik, hal ini dapat dilakukan melalui pemeliharaan itik dengan sistem terkurung yang didukung dengan pemberian pakan yang baik. Manajemen pemeliharaan yang baik, dan disertai dengan sistem pemusaran hasil. Tujuan akhirnya adalah memperoleh produksi semaksimal mungkin. Usaha ternak itik juga dapat dijadikan sebagai usaha pokok atau sumber penghasilan utama, tetapi biasanya usaha budidaya ternak itik oleh para peternak umumnya berupa usaha sampingan dengan usaha pokok berupa usaha budidaya tanaman pangan. Usaha ternak itik selain dapat m e m b e r i k a n n i l a i t a m b a h b a g i pendapatan petani juga sebagai langkah petani untuk menanggulangi resiko apabila suatu hari terjadi poso atau gagal panen akibat serangan hama serta apabila terjadi anomali cuaca yang mengakibatkan produksi pertanian tidak bisa ditentukan sehingga usaha ternak itik dikembangkan sebagai alternatif pengembangan usaha lain untuk memberikan nilai tambah bagi petani. Usaha ternak itik cocok untuk dikembangkan sebagai usaha sampingan seorang petani guna meningkatkan pendapatan petani. Jenis usaha ternak itik di pilih sebagai materi penelitian karena ingin melihat proporsi pendapatan sampingan seorang petani melalui usaha ternak itik serta untuk memperlihatkan bahwa pemeliharaan ternak itik mempunyai waktu yang relatif pendek dan prospek usahanya dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat petani. Di Kecamatan Godong dipilih sebagai tempat penelitian karena di Kecamatan Godong merupakan sentra usaha ternak itik sehingga banyak masyarakat yang sudah mengembangkan usaha ternak itik, serta untuk melihat prospek di wilayah tersebut apakah usaha ternak itik di Kecamatan Godong layak atau tidak untuk diusahakan sebagai usaha sampingan. Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah usaha ternak itik di Kecamatan Godong layak untuk diusahakan, dan jika belum memberikan hasil yang layak maka perlu dilakukan pembinaan. Dilihat dari latar belakang tersebut maka permasalahan yang timbul dari usaha ternak itik di Kecamatan Godong dapat dirumuskan sebagai berikut: 84,Vol. 31, No. 2 September 2013

1. S e b e r a p a b e s a r p e n d a p a t a n petani dalam usaha ternak itik petelur. 2. Apakah usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong layak untuk diusahakan. Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan petani dalam usaha ternak itik petelur. 2. Untuk mengetahui apakah usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong layak untuk diusahakan. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat : 1. S e b a g a i m a s u k a n u n t u k memberikan sumbangan pikrian terhadap peternak itik, sehingga dapatmengetahui tingkat kelayakan usaha. 2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas terkait untuk memberikan program pembinaan kepada para petani bahwa usaha ternak itik mempunyai nilai prospek yang baik dalam mendukung pendapatan petani sebagai usaha sampingan serta dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan petani apabila terjadi poso / gagal panen. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kecamatan Godong, mengingat Kecamatan Godong merupakan salah satu tempat yang menjadi sentra usaha ternak itik di Kabupaten Grobogan. Periode waktu beternak itik sebagai penelitian dimulai pada bulan Juni 2011 Juli 2012. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2013. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah jenis metode dasar penelitian deskriptif analisis yaitu metode yang menggambarkan tentang pemeliharaan itik dengan sistem semi-intensif yaitu itik sudah dikandangkan menggunakan kandang yang memadai dengan kolam di depan kandang serta pemberian pakan d e n g a n k a n d u n g a n n u t r i s i y a n g dibutuhkan. Sampel yang akan diteliti perlu memiliki persyaratan yang sama atau homogen. Kriteria bakal calon responden tersebut adalah : 1. Mengusahakan ternak itik petelur dengan jenis yang sama yaitu jenis itik Tegal dan dengan sistem pemeliharaan semi-intensif. 2. Variasi umur itik mulai dari itik DOD sampai itik afkir. Di Kecamatan Godong jumlah responden yang diteliti kurang dari 100 orang, sehingga diambil hasil survey lapangan melalui sensus bahwa peternak dengan usaha ternak itik sebanyak 37 orang. Karena jumlah kepemilikan itik antar peternak berbeda- beda maka peternak itik dibedakan menjadi 3 strata sesuai dengan jumlah kepemilikan itik dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari masing- masing strata : (1) strata I, peternak itik sebanyak 100 ekor; (2) strata II, peternak itik sebanyak 101 200 ekor; (3) strata III, peternak itik sebanyak 200 ekor. Data hasil penelitian yang telah terkumpul diinventariskan berdasarkan temuan dilapangan kemudian ditabulasi dan dihitung secara kuantitatif sebagai berikut: 1. Analisis Pendapatan Kotor Bila biaya minimum nilainya > BEP (PK) maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (menguntungkan) dan sebaliknya apabila biaya minimum maka usaha tersebut tdk layak diusahakan (tidak menguntungkan). 2. Uji Kelayakan Usaha Untuk menguji kelayakan usaha ternak itik maka digunakan analisis : RCR, BEP(Q), BEP(Harga), dan ROI. 85

HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Produksi Biaya produksi dalam usaha ternak itik terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Berdasarkan perhitungan didapat total rata-rata biaya produksi persatuan ternak untuk peternak itik strata I rata-rata biaya produksi/peternak/tahun sebesar Rp.9.520.500,-, untuk peternak s t r a t a I I r a t a - r a t a b i a y a produksi/peternak/tahun sebesar Rp.37.569.208,-, dan untuk peternak strata III rata-rata biaya produksi / peternak / tahun sebesar Rp.83.040.833,- sedangkan jumlah total rata-rata biaya produksi usaha ternak itik petelur p e r s a t u a n t e r n a k s e b e s a r Rp.36.500.703,- / peternak / tahun. Biaya tetap per satuan ternak yang dikeluarkan peternak strata I sebesar Rp.1.905.749,- / peternak / tahun, untuk peternak strata II sebesar Rp.503.292.,- /peternak/tahun, dan untuk peternak strata III sebesar Rp.531.753,-/ peternak / tahun sedangkan jumlah total rata-rata biaya tetap usaha ternak itik petelur sebesar Rp.730.382,- /peternak/tahun. Biaya tidak tetap per satuan ternak yang dikeluarkan peternak strata I sebesar Rp.14.643.053,- / peternak / tahun, untuk p e t e r n a k s t r a t a I I s e b e s a r Rp.11.102.583,-/peternak//tahun, dan untuk peternak strata III sebesar Rp.8.965.419,- /peternak/tahun dan jumlah total rata-rata biaya tidak tetap per satuan ternak usaha ternak itik petelur s e b e s a r R p. 1 2. 2 6 4. 0 8 3, - /peternak/tahun. Tabel 1. diatas menunjukan bahwa total biaya tetap dan total biaya variabel peternak itik strata I jauh lebih tinggi jika di bandingkan peternak itik strata II dan peternak itik strata III, hal ini disebabkan karena peternak itik petelur strata I tidak dapat menekan biaya produksi, sedangkan peternak itik strata II dan peternak itik strata III dapat menekan biaya produksi sehingga biaya produksi yang di keluarkan lebih efisien. Tabel 1. Rata-rata Biaya Produksi Usaha Ternak Itik di Kecamatan Godong Per Satuan Ternak No Uraian Strata I (Rp) Strata II (Rp) Strata III (Rp) Rata-Rata (Rp) 1. Biaya Tetap a. Biaya Kandang 433,810 279,019 244,441 337,544 b. Biaya Sewa Lahan Kandang 506,254 203,532 241,996 343,795 c. Biaya Peralatan 36,136 11,021 28,367 26,038 d. Biaya Pajak 36,229 9,720 16,990 22,952 Total Biaya Tetap 1,905,748 503,292 531,753 730,382 2. Biaya Variabel a. Biaya Bibit 400,000 400,000 400,000 400,000 b. Biaya Pakan 10,784,784 8,202,824 6,264,941 8,847,970 c. Biaya Obat 21,877 28,046 36,176 28,302 d. Biaya Tenaga Kerja 3,781,752 2,471,713 2,264,302 2,987,765 Total Biaya Variabel 14,643,053 11,102,583 8,965,419 12,264,038 Total Biaya Produksi 16,003,030 11,605,875 9,497,172 12,994,420 Sumber Data : Data primer yang diolah Th. 2013 86,Vol. 31, No. 2 September 2013

Penerimaan Penerimaan yang diperoleh peternak itik berasal dari penjualan telur itik dan itik afkir. Harga jual telur itik yaitu Rp.1.100,- /butir, sedangkan untuk telur yang berukuran kecil atau retak adalah Rp.600,-/butir dan harga jual itik afkir Rp.38.000,-/ekor. Rata-rata besarnya penerimaan per satuan ternak yang diperoleh peternak itik strata I sebesar Rp.32.054.549,- /peternak//tahun, untuk peternak itik strata II sebesar Rp.33.208.114,- /peternak/tahun, dan untuk peternak itik strata III sebesar Rp.34.086.194,- /peternak/tahun dan jumlah total rata-rata usaha ternak itik petelur persatuan ternak s e b e s a r R p. 3 2. 9 2 2. 8 6 2, - /peternak/tahun. Perbedaan diatas terjadi karena penerimaan yang diterima sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang di hasilkan dan harga jual produksi saat itu. P e t e r n a k i t i k s t r a t a I I I m a m p u menghasilkan produksi yang tinggi s e h i n g g a m a m p u m e n g h a s i l k a n pendapatan yang tinggi pula, sedangkan peternak itik strata II dan peternak itik strata I mampu menghasilkan produksi y a n g l e b i h r e n d a h, s e h i n g g a menghasilkan pendapatan yang lebih rendah pula. Hal ini di sebabkan karena peternak itik strata III dalam proses usahanya betul-betul memperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi seperti faktor pemeliharaan serta faktor pemberian pakan. Pendapatan Usaha Ternak Itik Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan nilai biaya yang dikeluarkan dari suatu bentuk kegiatan produksi. Rata-rata besarnya pendapatan per satuan ternak yang diperoleh peternak itik strata I s e b e s a r R p. 1 6. 0 5 1. 5 1 9, - /peternak/tahun, untuk peternak itik strataii sebesar Rp.21.602.238,- /satuan ternak/tahun, dan untuk peternak dengan strata III sebesar Rp.24.589.022,-/satuan ternak/tahun. Total rata-rata/satuan ternak /tahun sebesar Rp.19.928.442,-. Secara rinci pendapatan usaha ternak itik d a p a t d i l i h a t p a d a T a b e l 2. Peternak itik strata I dengan rata-rata pemilikan ternak itik sebanyak 57 ekor maka itik yang dipelihara mampu memberikan pendapatan bersih sebesar Rp.16.051.519,- /peternak/tahun. Tabel 2. Rata-rata Pendapatan Usaha Ternak Itik di Kecamatan Godong Per Satuan Ternak Uraian Penerimaan { ĊʼnĂĊĂ Strata L I Strata II Strata III Rata -Rata Produksi hasil telur (butir) 26,628 27,054 27,853 27,064 Produksi itik afkir (ekor) 73 91 91 83 Penerimaan telur (Rp) 29,290,643 29,759,614 30,638,559 29,770,613 Penerimaan itik afkir (Rp) 2,763,906 3,448,500 3,447,635 3,152,249 Total Biaya Produksi (Rp) 16,003,030 11,605,875 9,497,172 12,994,420 Pendapatan Bersih (Rp) 16,051,519 21,602,238 24,589,022 19,928,442 Sumber : Data primer yang diolah, Th. 2013 87

Untuk peternak itik strata II dengan ratarata pemilikan ternak itik sebanyak 163 ekor, maka itik yang dipelihara mampu memberikan pendapatan bersih sebesar Rp.21.602.238,-/peternak /tahun. Dan untuk peternak itik strata III dengan rata-rata pemilikan ternak itik sebanyak 336 ekor, maka itik yang dipelihara mampu memberikan pendapatan bersih s e b e s a r R p. 2 4. 5 8 9. 0 2 2, - /peternak/tahun. Sedangkan rata-rata pendapatan bersih dari total usaha ternak itik per satuan ternak sebesar Rp.19.928.442,- /peternak/tahun. Berdasarkan analisis data diatas bahwa pendapatan yang diperoleh peternak itik strata III jauh lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh peternak itik strata II dan peternak itik strata I, hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh faktor jumlah produksi telur yang dihasilkan, harga jual dan total biaya produksi yang dikeluarkan dari masing-masing peternak. Analisa Kelayakan Usaha Ternak Itik 1. Analisis Break Even Point (BEP) Dalam analisis BEP ini dibedakan atas 3 macam, yaitu BEP(Q), BEP(Rp), BEP(PK) yang ketiganya merupakan analisis kelayakan usaha ternak itik petelur, apakah usaha ternak itik petelur layak diusahakan atau tidak. Dari Tabel 3. dapat dilihat bahwa hasil analisis BEP(Q) per satuan ternak untuk peternak itik strata I BEP(Q) sebanyak 14.548 butir telur per tahun sedangkan hasil riilnya sebanyak 26.628 butir telur per tahun. Untuk peternak itik strata II BEP(Q) sebanyak 10.551 butir telur per tahun sedangkan hasil riilnya sebanyak 27.054 butir telur per tahun. Dan untuk peternak itik strata III BEP(Q) sebanyak 8.634 butir telur pertahun sedangkan hasil riilnya sebanyak 27.853 butir telur per tahun. Dan rata-rata total BEP (Q) sebesar 11.813 sedangkan riilnya 27.064 butir telur per tahun maka jumlah produksi y a n g d i c a p a i l e b i h b e s a r. BEP (Q) peternak itik strata I lebih tinggi daripada BEP (Q) strata II dan strata III, hal ini disebabkan karena pengaruh dari total biaya produksi yang dikeluarkan serta harga satuan pasar. Hasil BEP(Rp) untuk peternak itik strata I sebesar Rp.601,- /butir sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.1.100,-/butir. Untuk peternak itik strata II BEP(Rp) sebesar Rp.428,- /butir sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.1.100,/butir. Dan untuk peternak itik strata III BEP(Rp) sebesar Rp.341,-/butir sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.1.100,-/butir total BEP(Rp) Rp.482,-/butir sedangkan riilnya Rp.1.100,-/butir maka hasil analisa BEP(Rp) lebih besar daripada harga satuan per telur. Tabel 3. Analisis Kelayakan Usaha Ternak Itik Petelur di Kecamatan Godong Per Satuan Ternak No Ura ia n Nila i (Rp /ta h u n /re sp o n d e n ) S tra ta I S tra ta II S tra ta III Ra ta -ra ta (Rp ) 1 B E P (Q ) telur 14, 548 10, 551 8, 634 11, 813 Riil 26, 628 27, 054 27, 853 27, 064 2 B E P (R p) 601 428 341 482 Riil 1,100 1,100 1,100 1,100 3 B E P (P K ) 16,003,029 11,605,875 9,497,172 12,994,419 Riil 32,054,549 33,208,114 34,086,194 32,922,862 4 RCR 1 2.88 3.62 2.25 5 RO I 100 188 262 168 Sumber : Data primer yang diolah, Th. 2013 88,Vol. 31, No. 2 September 2013

Hasil rata-rata BEP(PK) untuk peternak itik strata I BEP(PK) sebesar R p. 1 6. 0 0 3. 0 2 9, - / p e t e r n a k / t a h u n sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.32.054.549,-. Untuk peternak itik strata II rata-rata BEP(PK) sebesar R p. 11. 6 0 5. 8 7 5, - / p e t e r n a k / t a h u n sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.33.208.114,-/tahun. Dan untuk peternak itik strata III rata-rata BEP(PK) sebesar Rp.9.497.172,-/peternak/tahun sedangkan hasil riilnya sebesar Rp.34.086.194,-/peternak/tahun. Total rata-rata BEP(PK) Rp.12.994.419,- /peternak/tahun sedangkan riilnya s e b e s a r R p. 3 2. 9 2 2. 8 6 2, - / t a h u n. Pendapatan kotor lebih besar daripada modal sebagai biaya produksi dapat dikembalikan, maka dapat disimpulkan usaha itik petelur layak untuk terus dijalankan karena menghasilkan p e n d a p a t a n y a n g b e s a r d e n g a n kepemilikan lebih dari 500 ekor itik. Hasil analisis titik impas/bep sangat di pengaruhi oleh penerimaan yang diperoleh, harga satuan pasar serta penggunaan biaya faktor-faktor produksi antara lain pembibitan, pemberian pakan, pemberian obat-obatan dan penggunaan tenaga kerja. Dari hasil pengamatan di lapangan, ternyata peternak itik strata III memiliki keunggulan pada produksi, pemberian pakan dan pemberian obat-obatan, sehingga nilai BEP harga dari peternak strata III lebih rendah dibandingkan dengan BEP harga peternak strata II dan peternak strata I. Dengan BEP harga yang lebih rendah artinya penggunaan bibit, pemberian pakan dan obat-obatan lebih e sien dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan bibit, pemberian pakan dan obat-obatan dari peternak itik strata I dan peternak itik strata II. 2. Revenue Cost Ratio (R/C) RC Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan kotor atau hasil penjualan produk total dengan total biaya produksi. Hasil analisis RC Ratio untuk peternak strata I sebesar 1,00 > 1 artinya setiap penggunaan input sebesar Rp.1.000,- akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 100,-. Untuk peternak itik strata II hasil analisis RC Ratio sebesar 2,88 > 1 artinya setiap penggunaan input sebesar Rp.1.000,- akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 2,88,- Untuk peternak itik strata III hasil analisis RC Ratio sebesar 3,62 > 1 artinya setiap penggunaan input sebesar Rp.1.000,-, akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 3,62,-. Dan hasil analisis RCR dari jumlah total usaha ternak itik sebresar 2,25 > 1 artinya setiap penggunaan input sebesar Rp.1.000,-, akan memberikan pendapatan sebesar Rp. 2,25,-. Penggunaan total biaya produksi pada usaha ternak itik strata I dan strata II lebih rendah dari pada petrnak strata III. Pendapatan usaha ternak itik strata III lebih tinggi dari usaha ternak itik strata II dan strata I. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha ternak itik strata III lebih rendah dalam penggunan biaya produksi dibandikan dengan usaha ternak itik strata I dan strata II. Maka usaha ternak itik strata III lebih menguntungkan dan lebih layak daripada usaha ternak itik strata I dan strata II, tetapi usaha ternak i t i k s t r a t a I I j u g a l a y a k d a n menguntungkan. 3. ROI (Return of Invesment) Untuk menghitung kelayakan investasi dilakukan perhitungan dengan metode ROI, seberapa besar e siensi penggunaan modal terhadap penerimaan serta kelayakan usaha ternak itik petelur terlihat pada Tabel 13 diatas. Nilai ROI untuk peternak strata I sebesar 100% menunjukkan bahwa kemampuan investasi menghasilkan pendapatan sebesar 100% per tahun. Untuk peternak strata II nilai ROI sebesar 89

188% menunjukkan bahwa kemampuan investasi menghasilkan pendapatan sebesar 188% per tahun. Dan untuk peternak strata III nilai ROI sebesar 262% menunjukkan bahwa kemampuan investasi menghasilkan pendapatan sebesar 262% per tahun. Dengan kata lain antara usaha ternak itik petelur strata I, strata II dan strata III mempunyai selisih prosentase yang cukup besar, sehingga pada usaha ternak itik strata III dan untuk investasi modal lebih e siensi jika dibandingkan dengan investasi usaha ternak itik petelur strata I dan usaha ternak itik petelur strata II. Sedangkan untuk usaha ternak itik petelur strata III mengeluarka modal yang kecil sehingga diperoleh penerimaan yang cukup besar sehingga usaha ternak itik petelur ini cukup menjanjikan untuk diusahakan yang lebih besar. Kesimpulan untuk analisis di atas adalah usaha ternak itik petelur strata I dan usaha ternak itik petelur strata II layak diusahakan sedangkan usaha ternak itik petelur strata III lebih layak diusahakan dan lebih menguntungkan karena pengembalian modal usaha dapat dikembalikan hanya dalam waktu 2 bulan karena suku bunga bank dalam 1 tahun sebesar 12% sedangkan pendapatan yang dihasilkan oleh peternak itik petelur strata III sebesar 168%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pendapatan rata-rata usaha ternak itik petelur di Kecamatan Godong p e r s a t u a n t e r n a k s e b e s a r Rp.19.928.442,-/satuan ternak / tahun. 2. Hasil analisis kelayakan usaha ternak itik petelur adalah RCR : 2,25 dan BEP(Rp) : Rp.482,- dengan harga riilnya Rp.1.100,-, BEP(Q) : 11.813 butir telur/tahun dengan jumlah riilnya 27.064 butir telur/ tahun dan BEP (PK): Rp.12.994.419,- dengan nilai riilnya Rp.32.922.862,-. Dan ROI sebesar 168 % sehingga usaha ternak itik ini layak untuk diusahakan. Saran D a r i h a s i l p e n e l i t i a n y a n g dilakukan,ada beberapa saran yang dapat di lakukan adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan bibit hendaknya membeli bibit yang berkualitas baik d a n s e h a t, s e h i n g g a m a m p u menghasilkan jumlah produksi yg tinggi. 2. Penggunaan pakan lebih diutamakan pada kandungan gizi dan jumlah pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan itik, sehingga itik akan bertelur secara efektif. 3. Pemberian obat-obatan dilakukan secara rutin untuk mencegah agar itik tidak mudah terserang penyakit. 4. Bagi peternak yang ingin menjadikan usaha ini sebagai penghasilan utama maka sebaiknya memelihara itik dengan skala usaha yang besar (lebih dari 500 ekor) karena usaha t e r n a k t e r s e b u t a k a n l e b i h menguntungkan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Analisa Ekonomi usaha Itik. Majalah Ayam dan Telur, No. 101. Agustus 1994. Bambang & Setiawan. T. 1999. Beternak Itik Petelur di Kandang Baterai. Penebar Swadaya : Jakarta. Bambang Suharso. 1999. Ternak Itik Jenis Tegal. Penebar Swadaya. Jakarta. Bharoto. K. 2001. Beternak Itik. CV. Aneka Ilmu. Semarang. Bechtold, K. W. H. 1985. Kelayakan P e m b a n g u n a n P e r t a n i a n. Yayasan Obor. Jakarta. 90,Vol. 31, No. 2 September 2013

Hernanto. F. 1989. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Ibrahim, HM. Yakub. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Mosher. At 1997. Menggerakan dan membangun Pertanian. CV yasaguna. Jakarta. Mubyarto. 1991. Pengantar Ilmu Pertanian LPES. Jakarta. Rasyaf. 1994. Teknik Beternak Itik. Kanisius. Yogyakarta. Samosir, D. J. 1994. Ternak Itik. Gramedia & P e m d a D K I. J a k a r t a. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Sukartawi. 1995. Prinsip dasar Ekonomi Pertanian, teori dan Aplikasi raja grasindo. Persada. Jakarta. Wachid. A. 2012. Petunjuk Praktis beternak Itik Petelur. Agromedia. Jakarta. 91