PENGGUNAAN GELOMBANG AKUSTIK PADA PROSES PEMISAHAN PARTIKEL PENGOTOR DALAM AIR DENGAN MENGGUNAKAN TABUNG RESONANSI

dokumen-dokumen yang mirip
MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

ANALISIS KUAT TEKAN BETON TANPA TULANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE UJI TAK RUSAK BERDASARKAN KECEPATAN GELOMBANG SONIK

PENENTUAN SIFAT LISTRIK AIR PADA WADAH ALUMINIUM DAN BESI BERDASARKAN PENGARUH RADIASI MATAHARI

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

Mahasiswa Program Studi S1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGUJIAN KUALITAS MINYAK GORENG KEMASAN, CURAH YANG BEREDAR DI DAERAH PANAM PEKANBARU DAN MINYAK GORENG JELANTAH BERDASARKAN SIFAT FISIKA

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. 5. Resonansi

PENGARUH SIFAT FISIKA TERHADAP KEMURNIAN MADU YANG BEREDAR DI KOTA PEKANBARU

RESONANSI. Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal dan dapat dipandang sebagai

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Debora M Sinaga 1, Krisman 2, Defrianto 2

Desain Sumber Bunyi Titik

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI

ANALISA TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH BAHAN BUSA PADA RUANG TERTUTUP DALAM SKALA LABORATORIUM. Krisman, Riad Syech, Rosdiawan Obby Novaldy ABSTRACT

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGUKURAN TINGKAT PENYERAPAN BUNYI KEPINGAN BATANG KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN TABUNG IMPEDANSI. Septina Sari 1, Erwin 2,Krisman 3

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb, Cu, Zn DAN KONDUKTIVITAS LISTRIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PABRIK KARET PEKANBARU

PENENTUAN TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH PAGAR BUATAN DI SEKITAR BANGUNAN RUMAH PENDUDUK DI KOTA PEKANBARU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Eksperimen Fisika Dasar 1. Di susun oleh : U. Tini Kurniasih ( ) PEND. FISIKA / B EFD-1 / D

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan


STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

TUGAS AKHIR PENGARUH SINAR ULTRAVIOLET TERHADAP. PERTUMBUHAN BAKTERI Enterotoxigenic E.coli (ETEC) PENYEBAB PENYAKIT DIARE. Bidang Minat Biofisika

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA

APLIKASI SERABUT KELAPA SEBAGAI ADSORBSI UNSUR Pb DALAM SAMPEL CAIR DENGAN METODE LASER INDUCED BREAKDOWN SPECTROSCOPY (LIBS) SKRIPSI

Pengukuran Waktu Tunda (Time Delay) pada Dua Sinyal dengan Cross Correlation Function (CCF)

PENGARUH UKURAN BUTIRAN BATUBARA HOMOGEN DAN HETEROGEN TERHADAP BESARAN FISIS MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALIZER

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

KONSENTRASI KANDUNGAN LOGAM BERAT TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI SINGINGI DI DAERAH DESA KOTO BARU KECAMATAN SINGINGI HILIR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN BESAR KECEPATAN BUNYI DI UDARA MENGGUNAKANMETODE TIME DIFFERENCE OF ARRIVAL (TDOA) DAN METODE ECHOBASED SPEED OF SOUND DETERMINATION

Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010 PENGARUH KERAPATAN SAMPEL CAMPURAN SEKAM DAN DEDAK PADA KOEFISIEN REFLEKSI DAN KOEFISIEN TRANSMISI GELOMBANG KUSTIK

3. Resonansi. 1. Tujuan Menentukan cepat rambat bunyi di udara

RANCANG BANGUN ALAT PENJERNIH AIR YANG TERCEMAR LOGAM BERAT Fe, Cu, Zn DALAM SKALA LABORATORIUM. Andi Syahputra, Sugianto, Riad Syech

Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar

Pipa Organa Terbuka. Gambar: 3.7. Organa Terbuka. Dengan demikian L = atau λ 1 = 2L. Dan frekuensi nada dasar adalah. f 1 = (3.10)

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156

DESTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN PEMANAS MATAHARI DENGAN REFLEKTOR CERMIN CEKUNG

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PENGARUH BENTUK (POWDER, GRANULE, DAN GRAVEL) KARBON AKTIF DARI BAMBU TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI ABSORBSI PADA PENJERNIHAN AIR SELOKAN MATARAM

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

Kajian Pengaruh Penggunaan Frekuensi Gelombang Bunyi terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai

ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM

Antiremed Kelas 8 Fisika

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

ANALISA DISPERSI MATERIAL SERAT KISI BRAGG MENGGUNAKAN METODE SOFTWARE OPTIGRATING

SMP kelas 8 - FISIKA BAB 6. GETARAN, GELOMBANG, DAN BUNYILATIHAN SOAL BAB 6

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Getaran, Gelombang dan Bunyi

DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI D3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PENENTUAN FREKUENSI FUNDAMENTAL DAN FORMANT SUARA MANUSIA DEWASA BERDASARKAN PERBEDAAN SUKU DAN GENDER MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

JURNAL PRAKTIKUM RESONANSI GELOMBANG BUNYI ZULFIKAR ANSHARI OKTAFINAWAN KELOMPOK SI8D

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

PEMBUATAN BIOSENSOR FIBER BERBASIS EVANESCENT WAVE SEBAGAI SENSOR SENYAWA GLUKOSA DENGAN LED

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Antiremed Kelas 12 Fisika

Kesalahan Akibat Integrasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Euler dan Trapesium

Setelah mengikuti praktikum mata kuliah ini mahasiswa akan mampu memahami komponenkomponen

Efek Frekuensi Gelombang Ultrasonik Terhadap Mikroba Pada Air Kaldu Daging Sapi

SOUND AS WAVE. 1. Melde Experiment. m m l. 2. The source of sound CHAPTER II. Subject:

PENGUKURAN NILAI PANJANG KOHERENSI DUA SUMBER LASER MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON

GETARAN, GELOMBANG DAN BUNYI

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

PENENTUAN KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN KAJIAN KUALITAS AIR SUNGAI SIAK MENGGUNAKAN METODE JEMBATAN WHEATSTONE

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

Antiremed Kelas 8 Fisika

MODEL POLA LAJU ALIRAN FLUIDA DENGAN LUAS PENAMPANG YANG BERBEDA MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA

Soal dan Pembahasan Gelombang Bunyi dan Cahaya

GELOMBANG MEKANIK. (Rumus)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

BAB 1 PENDAHULUAN. Gelombang adalah energi getar yang merambat. ( di mana gelombang merambat melalui

PENGUKURAN SPEKTRUM SUARA MANUSIA LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN SUKU MENGGUNAKAN SOFTWARE PRAAT

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Rancang Bangun Sistem Akuisisi Data Resonansi gelombang Bunyi Menggunakan Transduser Ultrasonik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI Pb DAN Cu TERHADAP KESETIMBANGAN SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN LAUT KOTA DUMAI

Eksperimen Inkuiry Eksperimen Verifikasi. Setiya Utari

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

Sistem Filtrasi Dengan Karbon. (Zulia Nur Rachma) 76. Oleh: Zulia Nur Rachma 1, Suparno 2 1 Mahasiswi Program Studi Fisika FMIPA UNY

Transkripsi:

PENGGUNAAN GELOMBANG AKUSTIK PADA PROSES PEMISAHAN PARTIKEL PENGOTOR DALAM AIR DENGAN MENGGUNAKAN TABUNG RESONANSI Lifa Anggar Mayasari, Defrianto, Riad Syech Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia lifa_anggar.fisika@yahoo.co.id ABSTRACT A research has been done on the use of acoustic waves in order to separate pollutant particles in water. This research has been performed by an experimental method utilizing the second and the third harmonic mode of acoustic waves. The results showed that the use of both modes was affected by their intensity. It was proved that the treatment of the second harmonic mode wave yielded the difference of concentration of water that depended on the intensity level ( IL ) of the wave. The value of.35 mg/l,.9 mg/l, and.15 mg/l have been found respectively, for the IL of 83.2 db, 92.4 db, and 12.3 db by second harmonic mode treatments to the water of.4 mg/l. Meanwhile, the use of the third harmonic mode wave treatments to the same water samples gave the differences of concentration of.7 mg/l,.11 mg/l, and.17 mg/l respectively, for the ILs of 65.9 db, 75.2 db, and 84.8 db. It was showed that the treatment of the third harmonic resulted bigger difference concentration of the samples. The bigger the difference concentration, the better the separation of pollutant particle in the sample. It can be concluded that acoustic waves can be used to separate the pollutant particles in water. Keywords: acoustic wave, harmonic mode, pollutant particle ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai penggunaan gelombang akustik untuk memisahkan partikel pengotor di dalam air. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen langsung dengan menggunakan gelombang akustik mode harmoni kedua dan ketiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan kedua mode gelombang dipengaruhi oleh intensitasnya. Terbukti bahwa pada perlakuan mode gelombang harmoni kedua menghasilkan selisih konsentrasi air yang bergantung pada IL gelombangnya. Diperoleh besarnya secara berurutan adalah.35 mg/l,.9 mg/l, dan.15 mg/l untuk IL 83.2 db, 92.4 db, dan 12.3 db pada sampel.4 mg/l dengan diberi perlakuan mode gelombang harmoni kedua. Sementara itu, penggunaan mode gelombang harmoni ketiga pada sampel yang sama menghasilkan selisih konsentrasi secara berurutan adalah.7 mg/l,.11 mg/l, dan.17 mg/l untuk IL 65.9 db, 75.2 JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 55

db, dan 84.8 db. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan mode gelombang harmoni ketiga menghasilkan selisih konsentrasi yang lebih besar. Semakin besar selisih konsentrasi yang yang dihasilkan, pemisahan partikel pengotor dalam air semakin baik. Dapat disimpulkan bahwa gelombang akustik dapat digunakan pada pemisahan partikel pengotor yang terkandung di dalam air. Kata kunci : gelombang akustik, mode harmoni, partikel pengotor PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan utama dalam kahidupan manusia. Air digunakan untuk keperluan perairan pertanian, peternakan, konsumsi air minum, mandi, serta mencuci. Manusia selalu mengkonsumsi air setiap hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan air, sebab dua per tiga dari bagian tubuhnya adalah tersusun dari air. Air akan mempengaruhi kesehatan, air yang bersih dapat menunjang hidup yang sehat (Haslindah dkk, 212). Sebagai contoh, apabila mengkonsumsi air yang keruh dan mengandung banyak bakteri pasti akan menimbulkan penyakit, oleh sebab itu perlu dilakukan suatu cara untuk membuat air supaya jernih dan terbebas dari bakteri. Air minum yang dikonsumsi berasal dari berbagai sumber, misalnya air yang dimasak sendiri, air galon maupun air kemasan. Ketiga jenis air ini melalui proses yang berbeda-beda untuk menjadikan air mentah tersebut menjadi air minum yang layak untuk dikonsumsi. Air galon dan air kemasan, keduanya menggunakan cara pengendapan dan beberapa kali proses filtrasi dalam pengolaan air mentah. Proses pengolaan air galon dan air kemasan, keduanya menggunakan tawas sebagai bahan untuk proses pemisahan partikel pengotor yang terdapat pada air (Permatasari dkk, 213). Penggunaan tawas ini memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh. Pengaruh mengkonsumsi air yang mengandung tawas ini belum terasa dalam jangka waktu yang singkat, namun apabila secara terus menerus mengkonsumsi air ini maka lambat laun akan menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker. Mengatasi masalah tersebut sebenarnya penggunaan tawas sebagai bahan dalam proses pemisahan partikel pengotor yang terdapat pada air dapat digantikan, yaitu dengan cara menggunakan gelombang akustik. Penggunaan gelombang akustik pada proses pemisahan partikel pengotor yang terdapat pada air dapat menyebabkan partikel pengotornya terpisah dan air tidak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh. Proses pemisahan partikel pengotornya tidak perlu lagi menggunakan tawas yang dapat memberikan efek tidak baik untuk kesehatan. Penggunaan gelombang akustik dalam proses pemisahan partikel pengotor yang terdapat pada air tidak menggunakan bahan kimia, sehingga tidak memberikan efek samping yang merugikan tubuh. Kebutuhan tubuh akan konsumsi air dapat terpenuhi tanpa ada dampak negatif untuk kesehatan yang ditimbulkan dikemudian hari, oleh sebab itu kali ini saya akan membahas mengenai penggunaan gelombang akustik pada proses pemisahan partikel pengotor dalam air dengan menggunakan tabung resonansi. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 56

METODE PENELITIAN Pemisahan partikel pengotor di dalam air dengan gelombang akustik ini pertama-tama akan disiapkan sampel acuan. Yang dimaksud dengan sampel acuan adalah sampel dengan konsentrasi mg/l,.13 mg/l,.27 mg/l,.4 mg/l, dan.53 mg/l yang tidak diberi gelombang suara. Sinari air dengan konsentrasi mula-mula mg/l yang telah dimasukkan ke dalam ruang resonansi, dan diambil data besarnya intensitas yang terbaca pada lightmeter untuk posisi tabung besar dan tabung kecil. Cara yang sama digunakan pula untuk sampel acuan dengan tingkat konsentrasi.13 mg/l,.27 mg/l,.4 mg/l, dan.53 mg/l. Sampel acuan ini akan digunakan untuk melihat seberapa jauh tingkat pemisahan partikel pengotor dengan menggunakan gelombang akustik dapat terjadi. Pengukuran intensitas cahaya pada sampel acuan apabila telah selesai dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan memasukkan air dengan konsentrasi mula-mula.13 mg/l kedalam ruang resonansi. Kali ini ruang tertutup yang menjadi ruang resonansi terdiri dari gabungan beberapa ruang empat persegi panjang dengan ukuran yang beragam dan pada salah satu ujungnya telah dilengkapi dengan speaker dan pengatur tingkat kekuatan suara yang akan digunakan. Mula-mula hubungkan speaker yang terdapat pada ruang resonansi dengan generator signal lalu hidupkan generator signal, selanjutnya akan diamati tingkat pemisahan partikel pengotor di dalam air dengan menggunakan gelombang akustik mode harmoni kedua, maka diaturlah frekuensi yang akan digunakan untuk menghasilkan mode harmoni kedua sesuai dengan nilai frekuensi yang telah diperoleh sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian simulasi pemisahan partikel pengotor dengan menggunakan gelombang akustik telah dilakukan, diketahui bahwa nilai frekuensi yang akan digunakan untuk menghasilkan mode harmoni kedua adalah 76.13 Hz, kemudian diatur pula kekuatan suara yang akan digunakan (IL 1 ). Setelah sumber bunyi diberikan dengan besar kekuatan intensitas suara yang telah diukur dengan menggunakan sound levelmeter, kemudian sinari air dengan konsentrasi mula-mula.13 mg/l ini dengan menggunakan laser pointer pada setiap titik dengan jarak 1 cm. Catat besarnya intensitas cahaya yang terbaca pada lightmeter. Dengan menggunakan frekuensi dan intensitas suara yang sama (IL 1 ) lakukan pula pengambilan data untuk sampel dengan konsentrasi mula-mula.27 mg/l dan.4 mg/l. Cara yang sama dilakukan pula untuk konsentrasi.13 mg/l,.27 mg/l, dan.4 mg/l namun intensitas suaranya diperbesar (IL 2 ), selanjutnya intensitas suara yang digunakan diperbesar lagi menjadi IL 3. Diambil pula datanya dengan cara yang sama dengan pengambilan data untuk IL 1 dan IL 2 yang telah dilakukan sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah dengan cara yang sama akan dilakukan proses pemisahan partikel pengotor yang terkandung di dalam air dengan menggunakan gelombang akustik mode harmoni ketiga (1236.8 Hz). JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 57

Gambar 1. Ruang Resonansi Penggunaan Gelombang Akustik Dalam Proses Pemisahan Partikel Pengotor Di Dalam Air HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pemisahan partikel pengotor di dalam air dengan menggunakan gelombang akustik perlu diketahui nilai dari intensitas cahaya pada sampel acuan terlebih dahulu. Adapun data hasil pengukuran intensitas cahaya yang dilewatkan pada sampel acuan dapat digambarkan pada grafik berikut ini : Intensitas Cahaya (Lux) 4 35 3 25 2 15 1 5 Grafik Sampel Acuan Pada Tabung Besar I = 37 Lux ; C = mg/l I = 291 Lux ; C =.13 mg/l I = 198 Lux ; C =.27 mg/l I =19 Lux;C=.4mg/L I=24Lux; C=.53mg/L C (mg/l).1.2.3.4.5.6. Gambar 2.Grafik Intensitas Terhadap Konsentrasi Pada Sampel Acuan Tabung Besar Intensitas Cahaya (Lux) 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik Sampel Acuan Pada Tabung Kecil I = 684 Lux ; C = mg/l I = 573 Lux : C =.13 mg/l I = 457 Lux ; C =.27 mg/l I = 298 Lux ; C =.4 mg/l.2.4.6 I =137 Lux ; C=.53 mg/l C (mg/l) Gambar 3. Grafik Intensitas Terhadap Konsentrasi Pada Sampel Acuan Tabung Kecil JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 58

a).3.25.2.15.1.5 Harmoni Kedua ; C=,13 mg/l IL1 = 83,2 db IL2 = 92,4 db IL3 = 12,3 db b).4 Harmoni Kedua ; C=,27 mg/l IL1 = 83,2 db.3.2 IL2 = 92,4 db.1 IL3 = 12,3 db c).6 Harmoni Kedua ; C=,4 mg/l IL1 = 83,2 db.5.4.3.2 IL2 = 92,4 db IL3 = 12,3 db.1 Gambar 4. Grafik Konsentrasi Terhadap Posisi Pada Mode Harmoni Kedua Untuk a ( C=.13 mg/l ); b ( C=.27 mg/l); dan c (C=.4 mg/l) Untuk melihat proses pemisahan partikel pengotor dengan menggunakan gelombang akustik yang terjadi maka dapat dilihat seperti Gambar 4. Dari grafik tersebut tampak bahwa untuk tingkat konsentrasi mula-mula yang sama, pemisahan partikel yang terjadi berbeda. Terlihat bahwa semakin besar intensitas suara (IL) yang di berikan akan menghasilkan pemisahan partikel pengotor yang lebih besar lagi. Hal ini dikarenakan semakin besar intensitas suara yang digunakan akan menyebabkan pergerakan partikel akan semakin besar. JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 59

a).3.25.2.15.1.5 Harmoni Ketiga ; C=,13 mg/l IL1 = 65,9 db IL2 = 75,2 db IL3 = 84,8 db b).35.3.25.2.15.1.5 Harmoni Ketiga ; C=,27 mg/l IL1 = 65,9 db IL2 = 75,2 db IL3 = 84,8 db c).5.45.4.35.3.25.2.15.1.5 Harmoni Ketiga ; C=,4 mg/l IL1 = 65,9 db IL2 = 75,2 db IL3 = 84,8 db Gambar 5. Grafik Konsentrasi Terhadap Posisi Pada Mode Harmoni Ketiga Untuk a ( C=.13 mg/l ); b ( C=.27 mg/l); dan c (C=.4 mg/l) Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat intensitas suara mempengaruhi pemisahan partikel di dalam air. Semakin besar nilai intensitas yang di gunakan maka akan menghasilkan pemisahan partikel pengotor yang lebih baik lagi. Gelombang bunyi terdiri dari molekul-molekul yang bergetar majumundur (Lopez, A. G. dkk, 28). Tiap saat, molekul-molekul itu berdesakan di beberapa tempat, sehingga menghasilkan wilayah tekanan tinggi, tapi di tempat lain merenggang, sehingga menghasilkan wilayah tekanan rendah. Gelombang bertekanan tinggi dan rendah secara bergantian bergerak JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 6

di udara, menyebar dari sumber bunyi. Pemanfaatan terbentuknya titik simpul dan titik perut getaran inilah yang digunakan dalam proses pemisahan partikel pengotor dengan menggunakan gelombang akustik sebagai pengganti penggunaan tawas. Getaran yang merambat akibat adanya sumber suara yang diberikan akan mengakibatkan timbulnya pola titik perut dan titik simpul getaran (Vierck, Robert, 1995). Partikel pengotor dalam air tersebut akan terkumpul pada titik simpul getaran akibat adanya getaran dalam ruang tersebut. Sehingga air dapat dipisahkan dari partikel pengotor yang terkandungnya. a).3.25.2.15.1.5 Harmoni Kedua; IL = 83,2 db Harmoni Ketiga; IL = 84,8 db b).4.3.2.1 Harmoni Kedua; IL = 83,2 db Harmoni Ketiga; IL= 84,8 db c).5.4.3.2.1 Harmoni Kedua; IL = 83,2 db Harmoni Ketiga; IL= 84,8 db Gambar 6. Grafik Perbandingan Konsentrasi Terhadap Posisi untuk a (C=.13 mg/l); b (C=.27 mg/l); dan c (C=.4 mg/l) JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 61

Terlihat bahwa untuk tingkat konsentrasi mula-mula yang sama pada harmoni kedua konsentrasi minimum yang diperoleh lebih besar dibandingkan konsentrasi minimum pada harmoni ketiga. Itu artinya partikel pengotor akan lebih terpisah pada penggunaan harmoni ketiga, sebab itulah konsentrasi minimumnya lebih rendah dibandingkan konsentrasi minimum pada harmoni kedua. Nilai maksimum pada harmoni kedua lebih kecil dari pada nilai konsentrasi maksimum pada mode harmoni ketiga. Itu artinya pengumpulan partikel pengotor pada mode harmoni ketiga lebih besar dibandingkan pada pengumpulan partikel pengotor pada mode harmoni kedua. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pemisahan partikel pengotor dalam air dengan menggunakan gelombag akustik baik pada mode harmoni kedua maupun mode harmoni ketiga, keduanya dipengaruhi oleh besarnya intensitas suara (IL) yang digunakan. Semakin besar intensitas suara yang di gunakan maka pemisahan partikel pengotornya akan lebih besar. Tampak pula bahwa dengan konsentrasi mula-mula yang sama penggunaan mode harmoni ketiga menghasilkan pemisahan partikel pengotor di dalam air lebih besar dari pada penggunaan mode harmoni kedua. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Iwantono, M.Phil yang telah bersedia memberikan saran dan motivasi. DAFTAR PUSTAKA Haslindah dan Zulkifli. 212. Analisis Penggunaan Koagulan Tawas AL 2 (SO4) 3 Yang Digunakan Dalam Proses Penjernihan Air. Jurnal ILTEK Vol. 3: 974-976 Lopez, A. G. dan Sinha, D. N. 28. Enhanced Acoustic Separation Of Oil-Water Emultion Resonant Cavities. The Open Acoustics Jurnal Vol. 1: 66-71 Permatasari, T. J. dan Apriliani, E. 213. Optimasi Penggunaan Koagulan Dalam Proses Penjernihan Air. Jurnal Sains dan Seni POMITS Vol. 2: 16-111 Vierck, Robert. 1995. Analisis Getaran. PT Eresco: Bandung JOM FMIPA Volume 1 No. 2 Oktober 214 62