BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

dokumen-dokumen yang mirip
Menurut Winkel (2004), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses yang dialami siswa menghasilkan perubahanperubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: WAHYUSIH WARDANI A

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

PROSIDING ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Sehingga saat ini. semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (Desa Kemiri, Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali) Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CEPU, BLORA

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penentu kemajuan suatu bangsa. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinovasi serta berkreasi untuk melakukan perubahan-perubahan. yang besar demi kemajuan bangsa serta negara.

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sa

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun lembaga non-formal, karena lembaga-lembaga tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

PEMBELAJARAN MELALUI DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SKRIPSI

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut UU No.21 tahun 2001 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Setiap undang-undang tersebut sangatlah penting untuk meningkatnya prestasi belajar pada siswa dalam mengembangkan kecerdasan emosi di dalam kelas. Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Menurut Purwanto (2006) dan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 domain atau ranah penilaian ada tiga yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah atau domain yaitu:1) domain kognitif 1

(pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika - matematika), 2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), 3) domain psikomotor (Ada beberapa faktor yang dapat digunakan oleh guru sebagai kriteria dalam penilaian ranah ini yaitu mampu memperlihatkan atau tidak, kecepatan, keaslian, dan kualita. Kesimpulan dari pendapat ke dua tokoh tersebut adalah Praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif. Dari ketiga aspek hasil belajar dan juga pendapat dari para tokoh tersebut, peneliti memilih ranah kognitif. Sebab ranah kognitif ini biasanya ditunjukkan oleh prestasi yang diperoleh siswa melalui tes yang dilaksanakan di sekolah. Menurut Winkel (2004), prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Proses yang dialami siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Prestasi belajar adalah hasil evaluasi pendidikan yang dicapai oleh siswa setelah menjalani proses pendidikan formal dalam jangka waktu tertentu dan hasil tersebut berwujud angka-angka (Soeryabrata, 1998). Sedangkan menurut Poerwadarminta (1999) mendefinisikan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil belajar. Masrun dan Martaniah ( 1996) mendefinisikan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai 2

bahan pelajaran yang diajarkan. Dengan perkataan lain, prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Jadi seluruh pengertian dari para ahli dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar yang berwujud angka-angka melalui nilai raport siswa. Kesimpulan tersebut peneliti dapat mengetahui hasil belajar siswa dilhat dari nilai KKM atau Kriteria Ketuntasan Minimal siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Mojosongo. Nilai KKM tersebut antara lain, Bahasa Indonesia nilai KKM 60, Matematika 50, dan IPA 60. Dari ketiga mata pelajaran yang memperoleh nilai terendah adalah matematika dengan nilai KKM 50. Itu berarti siswa SMP Negeri II Mojosongo khususnya kelas VIII masih lemah mempelajari matematika, misalnya sulit menghafalkan rumus matematika, bingung mengerjakan soal matematika karena dianggap mata pelajaran paling sulit dikerjakan. Kecerdasan emosi atau Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya. EI dengan indikator rasa empati, kemampuan mengekspresikan dan memahami diri, beradaptasi, sangatlah penting untuk meningkatkan kualitas perilaku kecerdasan seseorang. Kecerdasan emosional bukanlah sesuatu yang dimiliki seorang anak secara genetis atau bawaan. Akan tetapi, merupakan sesuatu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Anak perlu belajar dan berlatih untuk kecerdasan emosional dari kehidupan nyata yang memerlukan sekian banyak waktu untuk mendapatkannya. Cerita sebagai cermin kehidupan masyarakat, dapat 3

menjadi sarana pengembangan kecerdasan emosional yang efektif dan efisien bagi anak. Menurut Mayer (Goleman, 2002) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Pola asuh menjadi gerbang utama dalam pengembangan kecerdasan emosi. Peran orang tua, keluarga dan masyarakat sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak. Namun dalam hal ini dapat dimulai dengan diri sang guru. Misalnya, guru mencontohkan manfaat nyata yang diperolehnya terkait dengan materi pelajaran yang ingin diajarkan kepada anak didik. Peneliti mengadakan penelitian di SMP Negeri 2 Mojosongo dikarenakan di lokasi tersebut terdapat sebagian siswa mempunyai nilai rendah atau dibawah rata- rata kelas, hal ini diketahui melalui pra penelitian yaitu melakukan wawancara dengan guru bimbingan konseling. Hasil wawancara tersebut menegaskan bahwa sebagian siswa di tiap-tiap kelas mempunyai nilai kurang dari rata-rata kelas dan pihak guru bimbingan konseling ingin mengadakan konseling dengan siswa tentang kendala apa saja yang menyebabkan nilai siswa kurang dari rata-rata kelas. Proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Mojosongo sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan Kecerdasan emosi. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi yang relatif rendah, namun ada siswa yang memiliki kemampuan inteligensinya relative rendah, dapat meraih 4

prestasi belajar relative tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa siswa dari masing-masing kelas, melalui wawancara tersebut siswa yang mempunyai nilai rendah mempunyai beberapa alasan antara lain: kurangnya perhatian dari guru mata pelajaran, perlu adanya jam tambahan pelajaran, adanya permasalahan baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah, permasalahan yang bersifat pribadi maupun umum dan kurangnya kemampuan memotivasi diri sendiri. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah siswa yang mempunyai nilai rendah atau prestasi belajar yang rendah adalah melakukan bimbingan terhadap siswa terutama yang mempunyai nilai rendah. Tujuan dilakukan bimbingan tersebut adalah untuk mengetahui kendala atau permasalahan-permasalahan yang ada pada diri siswa, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Melalui bimbingan tersebut diharapkan dapat diketahui permasalahan yang ada pada setiap siswa, sehingga guru bimbingan konseling maupun guru mata pelajaran dapat mencari jalan keluar dari permasalahan yang dialami oleh setiap siswa. SMP Negeri 2 Mojosongo, Boyolali merupakan sekolah negeri yang berlokasi dipinggir kota Boyolali, lokasi sekolah tersebut dapat dijangkau dengan kendaraan umum yang memadai sehingga berangkat maupun pulang sekolah para siswa dapat menggunakan kendaraan umum yang lewat depan sekolah. Sekolah tersebut juga ditunjang dengan sarana prasarana yang memadai seperti laboratorium komputer, laboratorium kimia atau fisika dan 5

sarana kegiatan olahraga seperti lapangan badminton, basket. SMP Negeri 2 Mojosongo dapat menampung siswa 576 siswa terdiri dari kelas VIII, sampai kelas IX, setiap tingkatan kelas terdiri dari 6 kelas, jadi setiap kelas rata-rata menampung 32 siswa. Guru SMP Negeri 2 Mojosongo terdiri dari 35 guru mata pelajaran pelajaran dan guru bimbingan konseling, dengan 35 guru tersebur kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Mojosongo dapat berjalan dengan lancar. Sering dengan kecerdasan yang tinggi atau siswa IQ tinggi tidak selamanya memiliki prestasi yang tinggi pula, namun karena kecerdasan yang tinggi tersebut dapat pula menyebabkan permasalahan kecerdasan emosi (EI) pada siswa. Siswa tidak dapat meraih preastasi yang tinggi, hal ini dapat dicontohkan serperti siswa tidak dapat memotivasi diri sendiri, siswa tidak dapat mengontrol desakan hati seperti mementingkan bermain ketimbang belajar. Masalah lain yang sering timbul dalam diri siswa yang terkait dengan kecerdasan emosi adalah siswa tidak mampu mengatur suasana hati, dapat dicontohkan siswa mendapatkan permasalahan dilingkungan rumah dan siswa tersebut tidak dapat mengatur suasana hati tersebut sehingga suasana hati yang kurang baik terbawa ke lingkungan sekolah menjadikan siswa kurang konsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar. Berempati merupakan salah satu faktor dari kecerdasan emosi, apabila siswa tidak dapat berempati khususnya di lingkungan sekolah maka akan menimbulkan perbedaan antara satu siswa dengan siswa lain yang dapat berempati pada lingkungan sekolah. Kurangnya empati di lingkungan sekolah tentunya menyebabkan kegiatan 6

belajar disekolah menjadi terganggu. Berdasarkan penelitian Christina Susanti 082002010 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2005 dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas 3 SMP Katolik Adisucipto Blora dengan hasil ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Matematika. Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar r 0,388 dengan p 0,012. Begitu juga dengan peneltian yang dilakukan oleh Eko Wibowo Rahardjo 802000082 Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2005 tidak ada hubungan hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar siswa kelas II SMA Lab Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2004-2005 hasil korelasi baik secara keseluruhan perkelas maupun pernata pelajaran menujukkan nilai korelasi yang lemah. Berdasarkan analisis data yang telah diolah, diperoleh angka korelasi antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar -0,016 menujukkan adanya korelasi yang lemah antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Sedangkan angka signifikan sebesar 0,836 (nilai koefisien lebih besar dari (0,05) menujukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Pentingnya kecerdasan emosional yang ada pada siswa yang menjadi salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengajukan penelitian dengan judul: Hubungan Antara Kecerdasan Emosi ( EI ) Dengan Prestasi Belajar Mata 7

Pelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP 2 Mojosongo, Kabupaten Boyolali. 2. RUMUSAN MASALAH Adakah hubungan yang signifikan antara Kecerdasan Emosi (EI) Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII SMP 2 Mojosongo, Kabupaten Boyolali? 3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikan hubungan antara Kecerdasan Emosi (EI) Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika pada siswa kelas VIII SMP 2 Mojosongo, Kabupaten Boyolali. 4. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah: 1. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. 2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada kepala sekolah mengenai kecerdasan emosi dan prestasi belajar siswanya secara keseluruhan, dapat menerima informasi mengenai prestasi belajar dan kecerdasan emosi masing masing siswa. Memberikan manfaat pada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya. 8

5. SISTEMATIKA SKRIPSI Sistematika isi dan penulisan skripsi ini antara lain: Bab I: Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok bahasan, tujuan dan manfaat dari penelitian serta sistematika skripsi Bab II: Tinjauan Pustaka Berisi tentang pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, pengertian emosi, pengertian kecerdasan emosional, indikator kecerdasan emosional, hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar dan hipotesis. Bab III: Metodologi Penelitian Pada bab ini menguraikan metode penelitian yang mencakup tentang jenis penelitian, variabel, populasi dan sampel, alat pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, serta teknik analisis data. Bab IV: Hasil Penelitian Dan Pembahasan Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Bab V: Kesimpulan Dan Saran Dalam bab V berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 9