Aircraft stand number designation. Gambar :

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

Reference Code Letter. Tabel8.7-3: Pilot Stop Line

Gambar : Typical apron markings

mencapai 1200 m Tabel 8.6-2:Standar marka Runway aiming point

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

Contoh marka dan pencahayaan struktur tinggi 8-65

10.5. Contoh Daftar Singkatan NOTAM Aerodrome (Aerodrome Works) Obstacle Penutupan Runway untuk

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

9.28. Lampu road-holding position

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

Gambar 7.2-5: Zona Bebas Obstacle (Obstacle Free Zone)

3.5. GEDUNG TERMINAL PKP-PK. Material atap Rangka Atap Material Kaca Kabin Ruang Pengawas. v:y

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

6.4. Runway End Safety Area (RESA)

Physical Characteristics of Aerodromes

Gambar 8.6-1: Marka Runway designation, centre line and threshold 8-6

Tabel 6.7-7: Jarak pemisah minimum taxiway Garis tengah nonprecision. Code letter. approach runway

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

AIRPORT MARKING AND LIGHTING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

Lokasi, jarak, dan karakteristik lampu apron edge mengacu pada lampu taxiway edge dalam paragraf , dan

9.23. Lampu Taxiway Centre Line

9.14. Lampu Runway Turn Pad

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

tanpa persetujuan khusus Ditjen Hubud.

e. Merencanakan / Design Uninterruptible Power Supply (UPS) dan Solar f. Mengevaluasi pekerjaan / sistem Uninterruptible Power Supply (UPS)

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

Gambar : Diagram Isocandela untuk Lampu Threshold Wing Bar Intensitas Tinggi (Sinar Hijau)

Penempatan marka jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

Gambar : Konfigurasi lampu runway threshold pada runway lebar 30 m 9-74

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

Gambar : Konfigurasi lampu runway edge untuk runway lebar 45 m

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

ICAO (International Civil Aviation Organization)

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. sebagian untuk kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat.

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

TUGAS AKHIR ANALISA KAPASITAS APRON DAN OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL KARGO BANDAR UDARA SOEKARNO - HATTA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

maksud tertentu sesuai dengan kegunaan dan pesan yang akan disampaikan, berupa

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

Gambar Air taxi-route Tidak diperbolehkan mengoperasikan helikopter secara simultan pada helicopter air taxi-route.

Standard Operating Procedure STANDAR KENDARAAN SARANA (LIGHT VEHICLE)

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bandara Supadio. -

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung. Address : Kota Bandar Lampung, Lampung, - Telephone : - Fax : - Telex : - -

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

Gambar : Diagram Isocandela untuk lampu Runway edge Omnidirectional Sistem penerangan runway intensitas rendah

TUGAS AKHIR OPTIMALISASI KAPASITAS APRON TERMINAL 2 BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA AKIBAT PERPINDAHAN PESAWAT INTERNASIONAL

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 41 / III / 2010 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 47 TAHUN 2002 TENTANG SERTIFIKASI OPERASI BANDAR UDARA MENTERI PERHUBUNGAN,

Bandara Haluoleo. Hajj Airport : Tidak. Operation Hour : 07:00-20:00 WITA. Sumber: maps.google.com

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

: Jl. Pipit No. 22, Kel. Sei/Sungai Pinang Dalam, Kec. Samarinda Utara, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 75117

2016, No Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE) dan Kendaraan Operasional yang Beroperasi di Sisi Udara; Mengingat : 1.

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SURAT IZIN MENGEMUDI DAFTAR LAMPIRAN

JENIS-JENIS SISTEM PENGENDALIAN TRANSPORTASI

: Jl. Kalimarau, Kel. Teluk Bayur, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau, Kalimantan Timur, 77315

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/3/2016

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

1. Manajemen Pejalan Kaki

BAB 4 PERENCANAAN PERPARKIRAN DAN SIRKULASI BANDARA

Desain Bandara Binaka Nias Untuk Pesawat Airbus 300A ABSTRAK

Bandara Sultan Syarif Kasim II

: Kel. Ranai Kota, Kec. Bunguran Timur, Kab. Natuna, Kepulauan Riau, Telephone : - Fax : - Telex : - -

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

Bandara Frans Kaisiepo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Marka runway yang ditutup karena unserviceablity. Gambar : marka taxiway atau apron yang ditutup karena unserviceability 8-67

Transkripsi:

Gambar8.7-11 : Aircraft stand number designation 8.7.11.4 Aircraft type limit designations mengindikasikan aircraft stand mana yang mampu mengakomodasi jenis pesawat udara tertentu. Nomor designation ini harus berupa karakterberwarna kuning dengan tinggi 2 m dan jarak 0,3 m dari garis lead-in, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 8.7-12. Aircraft type limit designations yang tepat harus disediakan di garis lead-in untuk setiap posisi dimana pembatasan tersebut berlaku. Jika garis lead-in mengarah ke posisi parking apron untuk helikopter maka harus disediakan penunjuk H ONLY. Gambar 8.7-12 : Aircraft type limit designations 8.7.11.5 Aircraft weight limit designations menginformasikan kepada penerbang mengenai batasan berat untuk posisi parkir tertentu. Nomor tersebut menjelaskan berat maksimum yang diperbolehkan dalam bentuk, 9.000 kg. Nomor designation harus dicat warna kuning dengan tinggi 2 m dan dengan jarak 0,3 m dari garis lead-in, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 8.7-13. 8-41

Gambar 8.7-13 : Aircraft upper weight limit designation 8.7.12 Penerbang turn line Jika dibutuhkan, penerbang turn line harus diletakkan tegak lurus terhadap garis lead-in, ditempatkan pada sisi kiri jika dilihat dari posisi penerbang, dan harus memiliki panjang 6 m dan lebar 0,3 m serta dicat warna kuning. Huruf-huruf aircraft type designation harus dicat kuning dengan tinggi 1 m dan jarak 0,15 m di bawah bar, menghadap ke arah kedatangan pesawat udara. Jika dibutuhkan lebih dari satu turn bar dan stop line maka harus diberi kode. Nomor designation harus ditempatkan dengan jarak ke garis lead-in sebagaimana berikut : Aircraft Code letter Offset A, B 0 m C 5 m D 10 m E 10 m Tabel 8.7-2: Penerbang turn line 8.7.13 Marshaller Stop Line 8.7.13.1 Marshaller stop line harus ditempatkan dimana nose wheel pesawat udara berhenti, pada sisi kanan dari, dengan posisi tegak lurus terhadap alignment line, sebagaimana yang dilihat oleh marshaller pada posisi menghadap pesawat udara yang datang. 8.7.13.2 Aircraft type designation harus berwarna kuning, dengan tinggi huruf 0,3 m dan jarak 0,15 m di bawah stop line. Hurufnya harus dapat dibaca oleh marshaller yang menghadap ke pesawat udara yang datang, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 8.7-14. 8-42

Gambar8.7-14 : Marshaller stop line 8.7.14 Penerbang Stop Line 8.7.14.1 Jika diperlukan, penerbang stop line harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga saat pesawat udara dihentikan, garis tersebut berada tepat di sebelah kiri penerbang. Penerbang stop line harus memiliki panjang 6 m dan offset dari alignment line. 8.7.14.2 Jika segala jenis pesawat udara akan ditempatkan pada satu posisi parkir, maka offset untuk code letter C harus digunakan dan Markanya diperpanjang hingga 11 m. Reference Code Letter A,B C D E Offset X 0 m 5 m 10 m 10 m Tabel8.7-3: Penerbang Stop Line 8.7.14.3 Aircraft type designation harus dibuat dengan huruf warna kuning dengan tinggi 1 m dan jarak 0,15 m di bawah penerbang stop line, sebagaimana diperlihatkan di bawah ini. 8-43

Gambar8.7-15 : Penerbang stop line (tidak ada marshaller) 8.7.15 Aircraft Stand Number Designation 8.7.15.1 Designation markings digunakan untuk memberikan informasi tambahan mengenai apron yang diperkeras dimana ada lebih dari satu posisi parkir pesawat udara. Aircraft stand primer harus diberi nomor tanpa terkecuali. Posisi sekunder harus diidentifikasi dengan nomor yang sama sesuai dengan type pesawat udara. 8.7.15.2 Aircraft stand number designation harus berada bersebelahan dengan posisi parkir, baik di ground atau di garbarata, dan harus terlihat oleh penerbang. 8.7.15.3 Untuk pesawat udara fixed wing, posisi designation yang diberi marka di ground harus diletakkan 4 m didepan posisi nose wheel dan 5 m ke kiri, dari sudut pandang penerbang. Nomor designation tersebut harus berwarna kuning dan terdiri dari karakter-karakter dengan tinggi 1 m dan dalam lingkaran berdiameter 2 m dan ketebalan garis 0,15 m, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 8.7-16. 8.7.15.4 Pada posisi di garbarata, designation garbarata harus sama dengan aircraft stand number designation yang terkait. Ukuran posisi designation tidak boleh kurang dari ukuran legenda dan muka (Face) yang telah ditetapkan dalam Tabel 8.14-1. 8-44

Gambar 8.7-16 : Aircraft stand number designation 8.7.15.5 Ilustrasi yang menggambarkan kombinasi semua marka aircraft stand pada posisi aircraft stand diperlihatkan dalam Gambar 8.7-17. Gambar8.7-17 : Aircraft parking position markings 8-45

8.7.16 Garbarata (Aerobridge) 8.7.16.1 Aviobridge wheel position Area di bawah garbarata harus bebas dari kendaraan dan peralatan untuk memastikan keselamatan operasi garbarata. Posisi roda yang direkomendasikan untuk garbarata menggunakan kotak atau lingkaran untuk menetapkan posisi garbarata dengan aman (jika sedang tidak digunakan) dan memungkinkan pesawat udara memasuki stand dengan aman. Lihat Gambar 8.7-18. Warna Garis Pinggiran/batas (Borderline) Garis Bentuk(Shapeline) Merah Merah Putih Dimensi A B 0,15 m 0,5 1,0 m Lingkaran Parkir(Parkingcircle) Gambar8.7-18 : posisi roda garbarata (Aerobridge wheel position) 8.7.16.2 Aerobridge safety marking Aerobridge safety marking terdiri dari garis berwarna merah dengan bentuk trapesium. Lihat Gambar 8.7-19. Area ini memperlihatkan fungsi area pergerakan garbarata. Lokasinya dekat dengan aircraft parking stand. 8-46

Gambar8.7-19 : Aerobridge safety marking 8.7.17 No parking area No parking area untuk kendaraan diindikasikan dengan garis merah di dalam batas berwarna merah. Kendaraan atau peralatan tidak diperbolehkan berada dalam area ini. Lihat Gambar 8.7-20 Warna Garis pinggiran/batas(borderline) Merah Garis Bentuk(Shapeline) Merah Dimensions Dimensi A 0,15 m 0,5 1,0 m B 8-47

Gambar8.7-20: No parking area marking 8.7.18 Marka Equipment parking area Marka Equipment parking area digunakan sebagai area batas dimana didalamnya peralatan dan kendaraan dapat parkir saat memberikan servis/layanan terhadap pesawat udara yang di darat. Marka ini diindikasikan dengan garis berwarna putih berdimensi 0,15 m. Lihat Gambar 8.7-20 dan 8.7-21. Warna Garis Garis Pinggiran/Batas (Borderline) Putih Hitam Dimensi A 0,15 m 8-48

Gambar8.7-21 : Equipment parking area marking 8.7.19 Marka Fuel hydrant Marka Fuel hydrant harus meliputi kata FUEL yang dicat merah. Warna Garis Pinggiran/Batas (Borderline) Merah Karakter Merah Dimensi A Tinggi karakter 0,2 m 0,5 m Gambar 8.7-22 : Fuel hydrant marking 8.7.20 Tug Parking Position Lines Marka Tug parking position line harus disediakan di garbarata dan posisi parkir pesawat udara power-in/push-out lainnnya, untuk memastikan tug yang diparkir tidak mengganggu keselamatan dari pesawat udara yang datang. Marka-nya harus terdiri dari garis merah dengan lebar 0,10 m dan berbentuk U, lebar 3,5 m dengan 1,0 m panjang awal dan 3 m jarak dari nose pesawat udara kritis, lihat Gambar 8.7-23. 8-49

Gambar8.7-23 : Tug parking position line 8.7.21 Marka Apron Service Road 8.7.21.1 Apron Service Road harus diberi marka untuk menjaga lalu lintas kendaraan terbebas dari aktivitas pesawat udara dan taxiway, dan untuk meminimalisasi resiko kecelakaan kendaraandengan-kendaraan. 8.7.21.2 Setiap jalur di apron service road harus memiliki lebar minimum untuk dapat mengakomodasi kendaraan terlebar yang digunakan di lokasi tersebut, misalnya kendaraan darurat atau ground support equipment. 8.7.21.3 Apron service road marking harus terdiri dari garis berkelanjutan yang dicat warna putih dengan lebar 0,1 m. Lihat Gambar 8.7-24. Gambar 8.7-24 : Apron service road 8-50

8.7.21.4 Apabila service road terletak bersebelahan dengan pesawat udara yang sedang taxi maka side marking harus ditunjukkan dengan garis putih ganda tidak terputus. Ini mengindikasikan DO NOT CROSS. Masing-masing garis memiliki lebar 0.1 m. Jarak antara dua garis putih tidak boleh kurang dari 0.05 m. Gambar8.7-25 : Apron service road alongside a vehicle limit line 8.7.21.5 Jika service road apron memotong taxiway atau garis apron taxilane, maka service road marking dapat diwakili dengan pola zipper. Panjang setiap segmen zipper tidak boleh lebih dari 50 cm. Tipe edge marking ini membuat jalan lebih terlihat oleh penerbang pesawat udara yang beroperasi di taxiway atau taxyline. Warna Garis pinggiran/batas (Borderline) Putih Character Hitam Dimensi A B C D 1,0 m 1,0 m 0,2 m 2,0 m min. 8-51

Gambar8.7-26 : Service road crosses a taxiway marking (zipper pattern) 8.7.22 Passenger Path 8.7.22.1 Jika disediakan, Passenger Path Markings bertujuan untuk membantu mengatur pergerakan penumpang yang naik atau turun. Passenger Path Markings harus disediakan sesuai dengan pola dan warna standar. Marka perlintasan pejalan kaki yang tersedia harus sesuai dengan perkiraan trafik jumlah penumpang. 8.7.22.2 Diagram berikut menggambarkan rancangan khusus untuk perlintasan pejalan kaki. 8.7.23 Typical Apron Gambar8.7-27 : Pedestrian crossing Gambar 8.7-28 berikut menggambarkan apron dengan typical apron markings. 8-52