BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

BAB III TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN A. Pengertian Pornografi Menurut Undang-Undang No.

Pasal 5: Setiap orang dilarang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PORNOGRAFI

Isi Undang-Undang Pornografi & Pornoaksi

Apa Dong (dot) Com

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II PENGATURAN TENTANG TINDAK PIDANA PORNOGRAFI MENURUT UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

No berbangsa, yang salah satunya disebabkan oleh meningkatnya tindakan asusila, pencabulan, prostitusi, dan media pornografi, sehingga diperlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang artinya porstitusi, pelacur; dan graphien yang artinya menggambarkan, menulis,

Ringkasan Putusan.

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PORNOGRAFI

Tata Cara Merubah Komitmen:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Bab VI : Pelanggaran Kesusilaan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: Pembuatan video porno oleh seorang artis

BAB 4 ANALISIS DATA. Kesimpulan/Fakta. Penjelasan. Analisis. Gambar 2 Struktur Wacana Berita

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

JURNAL. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Hukum. Oleh :

Hukum dan Pers. Oleh Ade Armando. Seminar Nasional Mengurai Delik Pers Dalam RUU KUHP Hotel Sofyan Betawi, Kamis, 24 Agustus 2006

PERATURAN DAERAH KOTA SAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN PELACURAN DAN PONOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENYIARAN [LN 1997/72, TLN 3701]

Absurditas Penegakan Hukum dalam Kasus Video Mirip Artis Oleh: Sam Ardi*

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

Bab XII : Pemalsuan Surat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 32/PUU-VI/2008 Tentang Iklan Kampanye Dalam Pemilu

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

Muatan yang melanggar kesusilaan

Bab XXV : Perbuatan Curang

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I KETENTUAN UMUM

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 23 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBERANTASAN MAKSIAT

Etika Jurnalistik dan UU Pers

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-VI/2009 tentang Undang-undang Pornografi (Kemajemukan budaya yang terlanggar)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB III KEPUTUSAN HUKUM DALAM PUTUSAN NOMOR: 2191/ PID.B/ 2014/ PN.SBY TENTANG HUKUMAN ELEKTRONIK DAN PORNOGRAFI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PORNOGRAFI DALAM UNDANG UNDANG NO. 44 TAHUN 2008

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

BAB II PENGATURAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA. terlebih dahulu apa saja yang termasuk dalam produk pornografi.

ASPEK HUKUM PIDANA VIDEO PORNO DARI PERSPEKTIF UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI S K R I P S I

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016

TUJUAN PEMIDANAAN DALAM UNDANG-UNDANG PORNOGRAFI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN WARUNG INTERNET DI KABUPATEN KUDUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

BAB X KETENTUAN PIDANA

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG LARANGAN MAKSIAT DALAM KABUPATEN MUSI BANYUASIN

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dihindari, sebagai

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

41 BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI A. Menurut Peraturan Sebelum Lahirnya UU No. 44 Tahun 2008 1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang kejahatan pornografi yaitu pada Pasal 281, Pasal 282, Pasal 283, dan Pasal 533 KUHP. Kejahatan pornografi yang dimaksud menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) termasuk dengan kejahatan terhadap kesopanan. Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornografi, antara lain: 1. Pasal 281 KUHP dimana dinyatakan: dihukum penjara selamalamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,- (empat ribu lima ratus rupiah), dalam hal: a. barang siapa sengaja merusak kesopanan dimuka umum; b. barang siapa sengaja merusak kesopanan dimuka orang lain, yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri. Dalam hal ini maksud sengaja merusak kesopanan dimuka umum dan dimuka orang lain artinya dimana perbuatan itu merupakan perbuatan yang sengaja dilakukan ditempat yang dapat dilihat atau didatangi orang banyak,seperti di pinngir jalan, di pasar, ataupun

42 di tempat-tempat umum lainnnya yang memungkinkan orang banyak dapat melihatnya. 2. Pasal 282 KUHP dimana dinyatakan: a. barang siapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan yang diketahui isinya, atau suatu gambar atau barang yang dikenalnya yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membuat, membawa masuk, mengirimkan langsung, membawa keluar atau menyediakan tulisan, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan sehingga kelihatan oleh orang banyak, ataupun dengan berterang-terangan atau dengan dengan menyiarkan sesuatu surat, ataupun dengan berterang-terangan diminta atau menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh di dapat, dihukum penjara selama-lamanya 1 tahun 4 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 45.000,- (empat puluh lima ribu rupiah); b. barang siapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan, atau suatu gambar atau barang yang dikenalnya yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membawa masuk, mengirimkan terus, membawa keluar atau menyediakan surat, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan, sehingga kelihatan oleh orang banyak ataupun dengan berterang-terangan atau dengan

43 menyiarkan sesuatu tulisan menawarkan dengan tidak diminta atau menunjukkan, bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh di dapat, di hukumj penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 45.000,- (empat puluh lima ribu rupiah); c. melakukan kejahatan yang diterangkan dalam ayat pertama dijadikan suatu pencaharian atau kebiasaan, oleh tersangka dapat dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 2 tahun 8 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah). Perbuatan yang dimaksud berupa menyiarkan, mempertontonkan, atau menempelkan dengan terang-terangan di tempat umum yang dapat dilihat oleh orang banyak dimana tulisan itu melanggar perasaan kesopanan atau kesusilaan, seperti buku yang isinya terdapat kata-kata atau gambar-gambar yang cabul, patung atau gambar yang bersifat cabul yang berada di tempat umum atau film yang isinya bersifat cabul. 3.Pasal 283 KUHP dimana dinyatakan: a. dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 9.000,- (sembilan ribu rupiah), dihukum barang siapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, menyampaikan di tangan atau mempertunjukkan kepada orang yang belum dewasa yang diketahuinya atau patut diketahuinya atau patut disangkanya bahwa

44 oarang itu belum cukup umurnya 17 tahun sesuatu tulisan, sesuatu gambar, atau sesuatu barang yang menyinggung perasaan kesopanan, atau sesuatu cara yang dipergunakan untuk mencegah atau mengganggu hamil, jika isi surat itu diketahuinya atau jika gambar, barang dan cara itu diketahuinya. b. dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 bulan atau kurungan selama-lamanya 3 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 9.000,- (sembilan ribu supiah), dihukum barang siapa menawarkan, menyerahkan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, menyampaikan di tangan atau mempertunjukkan kepada orang yang belum dewasa sebagai tersebut pada ayat pertama, sesuatu surat (tulisan), sesuatu gambar, atau sesuatu barang yang menyinggung perasaan kesopanan, demikian pula memperdengarkan dihadapan seorang yang belum dewasa sebagai tersebut pada ayat pertama, isi surat yang menyinggung perasaan kesopanan, jika ia ada alasan yang cukup untuk menyangka, bahwa tulisan, gambar atau barang itu melanggar kesopanan atau cara itu merupakan cara untuk mencegah atau mengganggu hamil. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan menawarkan, menyerahkan, mempertunjukkan sesuatu baik itu berupa barang, gambar atau tulisan yang bersifat cabul kepada orang yang belum dewasa (belum cukup umur 17 tahun).

45 4. Pasal 533 KUHP dimana dinyatakan: dengan hukuman kurungan selama-lamanya 2 bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 3.000,- (tiga ribu rupiah), yang termasuk perbuatan itu antara lain: a mempertunjukkan atau menempelkan sesuatu tulisan yang namanya (kepalanya), sampulnya (kulitnya), atau isinya yang terbaca itu dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda, ataupun mempertunjukkan atau menempelkan sesuatu gambar atau benda, yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda. b memperdengarkan isi tulisan, yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda. c menawarkan sesuatu tulisan, gambar atau benda yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda, atau dengan terangterangan atau dengan menyiarkan tulisan dengan diminta, menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau benda itu dapat diperoleh. d menawarkan, memberikan buat selama-lamanya atau buat sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan sesuatu tulisan, gambar atau benda demikian kepada seseorang yang belum dewasa dibawah umur 17 tahun. e memperdengarkan isi tulisan dimuka seseorangyang belum dewasa dibawah umur 17 tahun. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan berupa mempertunjukkan, menempelkan, menawarkan, memperdengarkan

46 sesuatu baik itu berupa gambar, tulisan yang mana diletakkan di tempat-tempat yang kelihatan oleh umum yang mana anak-anak juga mungkin berada di tempat itu sehingga perbuatan itu dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda. 2. Undang-Undang Penyiaran Di dalam Undang Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 ada di atur mengenai pornografi. Hal ini terdapat di dalam Pasal 57 jo Pasal 36 ayat (5), Pasal 57 jo Pasal 36 ayat (6), Pasal 58 jo Pasal 46 ayat (3). Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornografi, antara lain: 1. Pasal 57 jo Pasal 36 ayat (5) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap siaran yang menonjolkan unsur cabul. 2. Pasal 57 jo Pasal 36 ayat (6) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap siaran yang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia. 3. Pasal 58 jo Pasal 46 ayat (3) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap siaran iklan niaga yang di dalamnya memuat (antara lain): - hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilainilai agama; dan/atau - eksploitasi anak di bawah umur 18 tahun. Pada Undang-undang ini disebutkan bahwa isi daripada penyiaran itu haruslah wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan

47 manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Sehingga apabila isi penyiaran itu mengandung adanya unsur cabul, melecehkan nilai-nilai agama dan martabat manusia (kesusilaan masyarakat) serta adanya siaran yang terdapat eksploitasi anak di bawah umur 18 tahun maka perbuatan itu dapat dipidana. 3. Undang-Undang Perfilman Di dalam Undang Undang Perfilman No. 8 Tahun 1992 ada diatur mengenai pornografi walaupun tidak secara jelas disebutkan. Hal ini terdapat di dalam Pasal 40 jo Pasal 33 ayat (1), Pasal 40 jo Pasal 33 ayat (6). Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornografi, antara lain: 1. Pasal 40 jo Pasal 33 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap perbuatan yang dengan sengaja mengedarkan, mengekspor, mempertunjukkan dan/atau menayangkan film dan/atau reklame film yang ditolak oleh lembaga sensor film Indonesia. 2. Pasal 40 jo Pasal 33 ayat (6) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap perbuatan yang dengan sengaja mengedarkan, mengekspor, mempertunjukkan dan/atau menayangkan potongan film dan/atau suara tertentu yang ditolak oleh lembaga sensor film Indonesia. Maksudnya adalah perbuatan yang mempertunjukkan dan/atau

48 menayangkan film atau reklame yang telah ditolak oleh lembaga sensor film Indonesia yang mana semua film dan/atau reklame yang akan ditayangkan terlebih dahulu harus mendapat izin dari lembaga sensor film Indonesia, perbuatan yang mana juga menayangkan atau mempertunjukkan potongan film ataupun suara yang telah ditolak oleh lembaga sensor film Indonesia juga dapat dipidana 4. Undang-Undang Pers Di dalam Undang Undang Pers No. 40 Tahun 1999 ada diatur mengeai pornografi walaupun tidak secara jelas disebutkan. Hal ini terdapat di dalam Pasal 18 jo Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 jo Pasal 13 ayat (1). Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornografi, antara lain: 1. Pasal 18 jo Pasal 5 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam perbuatan yang memberitakan peristiwa dan opini yang melanggar norma-norma agama dan kesusilaan. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah, bilamana perbuatan itu dilanggar makan dapat dipidana. 2.Pasal 18 jo Pasal 13 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam perbuatan perusahaan pers yang memuat iklan yang bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat.

49 Dalam hal perbuatan perusahaan yang memuat iklan yang bertentangan dengan rasa kesusilaan di dalam masyarakat maka hal itu dapat dipidana. 5. Undang-Undang Telekomunikasi Di dalam Undang Undang Telekomunikasi No. 36 Tahun 1999 mengenai pornografi tidak ada diatur secara jelas, dimana pornografi yang dimaksud dalam hal ini termasuk ke dalam perbuatan kesusilaan yang mana ada di atur di dalam Pasal 45 jo Pasal 21. Dimana disebutkan di dalam Pasal 45 jo Pasal 21 yaitu diancam sanksi administrasi terhadap penyelenggara telekomunikasi yang melakukan kegiatan usaha penyelenggaraan telekomunikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, atau ketertiban umum. Maksud dari menyelenggarakan telekomunikasi yang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, atau ketertiban umum, sehingga perbuatan itu dapat dipidana. Sehingga jika terbukti terdapat perbutan tersebut maka kegiatan usaha penyelenggaraan telekomunikasi itu dapat dilakukan penghentian oleh pemerintah. 6. Undang-Undang ITE Di dalam Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) No.11 Tahun 2008, mengenai pornografi (tindak pidana kesusilaan) ada diatur di dalam Pasal 45 jo Pasal 27 ayat (1), Pasal 50 jo 34 ayat (1), Pasal 52 ayat (1), ayat (4).

50 Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornografi, antara lain: 1.Pasal 45 jo Pasal 27 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap perbuatan yang mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah perbuatan yang mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, yang mana bila perbuatan ini dilakukan maka akan diancam pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 2.Pasal 50 jo Pasal 34 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap perbuatan yang memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan, mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau memiliki perangkat keras atau perangkat lunak komputer yang dirancang atau secara khusus dikembangkan untuk memfasilitasi perbuatan yang melanggar kesusilaan. Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah perbuatan yang mendukung Pasal 27 dimana perbuatan ini berupa memproduksi, menjual, mengadakan, menyediakan perangkat keras atau lunak

51 komputer yang khusus dirancang untuk memfasilitasi perbuatan yang melanggar kesusilaan, maka perbuatan ini dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). 3.Pasal 52 ayat (1) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap perbuatan yang menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak. Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah perbuatan yang mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak, maka dapat dikenakan pemberatan sepertiganya dari pidana pokok. 4.Pasal 52 ayat (4) dimana dinyatakan: mengancam pidana terhadap korporasi yang melakukan pelanggaran terhadap kesusilaan. Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah perbuatan yang ada di atur pada Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 yang mana perbuatan itu dilakukan oleh korporasi, maka dapat diancam dengan hukuman dipidana dengan pidana pokok ditambah dua pertiga.

52 B. Menurut UU No. 48 Tahun 2008 Tentang Pornografi Di dalam Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang kejahatan pornografi. Hal ini dapa dilihat di dalam ketentuan pidana dari Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, yaitu Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 40 dan Pasal 41. Dalam hal ini akan diuraikan pasal per pasal pengaturan yang mengatur tentang kejahatan dalam pornogarfi, antara lain: 1. Pasal 29 dimana dinyatakan: Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang memuat persenggamaan termasuk persenggamaan yang menyimpang, kekerasan seksual, masturbasi atau onani, ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, alat kelamin, atau pornografi anak.

53 2. Pasal 30 dimana dinyatakan: Setiap orang yang menyediakan jasa pornografi pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah menyediakan jasa pornografi yang menyajikan secara eksplisit ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan, menyajikan secara eksplisit alat kelamin, mengeksploitasi atau memamerkan aktivitas seksual, atau menawarkan atau mengiklankan, baik langsung maupun tidak langsung layanan seksual. 3. Pasal 31 dimana dinyatakan: Setiap orang yang meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah meminjamkan atau mengunduh pornografi sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 4 ayat (1). 4. Pasal 32 dimana dinyatakan: Setiap orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).yang dimaksud pada pasal ini adalah orang yang memperdengarkan, mempertontonkan, memanfaatkan, memiliki, atau menyimpan produk pornografi.

54 5. Pasal 33 dimana dinyatakan: Setiap orang yang mendanai atau memfasilitasi perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp 7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta rupiah). Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah mendanai atau memfasilitasi perbuatan yang berhubungan dengan pornografi. 6. Pasal 34 dimana dinyatakan: Setiap orang yang dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah dengan sengaja atau atas persetujuan dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi. 7. Pasal 35 dimana dinyatakan: Setiap orang yang menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi.

55 8. Pasal 36 dimana dinyatakan: Setiap orang yang mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukan atau di muka umum yang menggambarkan ketelanjangan, eksploitasi seksual, persenggamaan, atau yang bermuatan pornografi lainnya. 9. Pasal 37 dimana dinyatakan: Setiap orang yang melibatkan anak dalam kegiatan dan/atau sebagai objek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dipidana dengan pidana yang sama dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36, ditambah 1/3 (sepertiga) dari maksimum ancaman pidananya. Perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah melibatkan anak dalam kegiatan dan/atau sebagai objek yang berhubungan dengan pornografi. 10. Pasal 38 dimana dinyatakan: Setiap orang yang mengajak, membujuk, memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan kekuasaan, atau memaksa anak dalam menggunakan produk atau jasa pornografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp

56 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).perbuatan yang dimaksud pada pasal ini adalah mengajak, membujuk, memanfaatkan, membiarkan, menyalahgunakan kekuasaan, atau memaksa anak dalam menggunakan produk atau jasa pornografi. Dalam hal mana bila kejahatan pornografi itu dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi maka hal ini ada di atur di dalam Pasal 40 dan Pasal 41 Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Dimana pada Pasal 40 tersebut dinyatakan: 1. Dalam hal tindak pidana pornografi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi, tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya. 2. Tindak pidana pornografi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut, baik sendiri maupun bersama-sama. 3. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi, korporasi tersebut diwakili oleh pengurus. 4. Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diwakili oleh orang lain. 5. Hakim dapat memerintahkan pengurus korporasi supaya pengurus korporasi menghadap sendiri di pengadilan dan dapat pula memerintahkan pengurus korporasi supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang pengadilan.

57 6. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor. 7. Dalam hal tindak pidana pornografi yang dilakukan korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, dijatuhkan pula pidana denda terhadap korporasi dengan ketentuan maksimum pidana dikalikan 3 (tiga) dari pidana denda yang ditentukan dalam setiap pasal dalam Bab ini. Dimana pada Pasal 41 tersebut dinyatakan: Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (7), korporasi dapat dikenai pidana tambahan berupa: a. pembekuan izin usaha; b. pencabutan izin usaha; c. perampasan kekayaan hasil tindak pidana; dan d. pencabutan status badan hukum.