Prarancangan Pabrik Asam Fosfat dengan Proses Nissan, Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PRARANCANGAN PABRIK GIPSUM DARI KALSIUM HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT KAPASITAS TON PER TAHUN

Prarancangan Asam Fosfat dengan Proses Nissan kapasitas 100,000 kg/jam BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

Prarancangan Pabrik Natrium Difosfat Heptahidrat Dari Natrium Klorida dan Asam Fosfat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Aluminium Fluorida dari Asam Fluosilikat dan Aluminium Hidroksida Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Disodium Phosphate Heptahydrate Dari Sodium Carbonate dan Phosphoric Acid Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat-Sodium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

I. PENDAHULUAN. meningkat. Dengan meningkatnya pembangunan fisik di Indonesia, maka

Prarancangan Pabrik Kaprolaktam dari Asam Benzoat Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN D

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Borat Dengan Proses Asidifikasi Kapasitas Ton per Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

Prarancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

Laporan Tugas Akhir PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Asam Fenil Asetat dari Benzil Sianida dan Asam Sulfat Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan

PABRIK CAUSTIC SODA DARI LIMESTONE DAN SODA ASH DENGAN PROSES CONTINUOUS DORR CAUSTICIZING PRA RENCANA PABRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUEN DARI TOLUEN DAN ASAM CAMPURAN DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON / TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. industrialisasi. Tahap yang sering disebut sebagai era tinggal landas, yaitu suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM NITRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM NITRAT KAPASITAS TON/TAHUN

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Propilen Oksid Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Perkloroetilen dari Propana dan Klorin Kapasitas ton/tahun BAB I

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Prarancangan Pabrik Linier Alkil Benzena dengan Proses Detal Kapasitas Ton/Tahun Pendahulan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Akrolein dari Propilen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM BORAT DARI BORAKS DAN ASAM SULFAT DENGAN PROSES ASIDIFIKASI KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri telah menuntut semua negara ke arah industrialisasi. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

<Pra (Rancangan (pabri^ metil'klorida dari <MetanoCdan asam Florida ton/tafiun PENDAHULUAN

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

Prarancangan Pabrik Sodium Dodecyllbenzene Sulphonate dengan Proses Sulfonasi Oleum 20% Kapasitas ton/tahun.

1.2. Kapasitas Perancangan Penentuan kapasitas produksi pabrik hexamine, didasarkan pada beberapa pertimbangan, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan penduduknya yang pesat. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia maka kebutuhan produksi pangan juga mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia maka hasil pertanian harus ditingkatkan. Sistem pertanian di Indonesia harus diperhatikan terutama pada keadaan tanahnya, untuk melengkapi persediaan nutrientnya maka tanah perlu diberikan pupuk. Peningkatan kebutuhan pupuk tersebut akan meningkatkan kebutuhan asam fosfat yang merupakan salah satu bahan baku pembuatan pupuk. Peranan fosfat yang terpenting bagi tanaman adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran serta memacu pertumbuhan generatif tanaman. Selain digunakan untuk industri pupuk, asam fosfat juga digunakan dalam industri tekstil, industri gelas, dan industri ester organik. Kebutuhan asam fosfat di Indonesia dicukupi dengan produksi dalam negeri dan impor dari luar negeri. Produksi asam fosfat dalam negeri masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan asam fosfat di Indonesia, oleh karena itu masih diperlukan impor dari luar negeri. Harga asam fosfat impor pun semakin mahal, sehingga untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu didirikan industri asam fosfat di Indonesia. Dengan pendirian industri asam fosfat, diharapkan mampu mencukupi kebutuhan asam fosfat di Indonesia. 1.2 Kapasitas Rancangan Produksi Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan kapasitas pabrik asam fosfat. Penentuan kapasitas pabrik asam fosfat dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

2 1. Kebutuhan atau Pemasaran Produk di Indonesia Berdasarkan dari data statistik, kebutuhan asam fosfat di Indonesia terus mengalami peningkatan. Produksi asam fosfat di Indonesia yang belum mencukupi, mengakibatkan Indonesia harus mengimpor dari luar negeri. Pada saat ini, pabrik di Indonesia yang sudah memproduksi asam fosfat adalah PT. Petrokimia Gresik. Perkembangan data impor dari tahun 2003-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Data perkembangan impor asam fosfat di Indonesia Tahun Impor (ton) 2003 750,937 2004 627,978 2005 156,332 2006 154,402 2007 73639,94 2008 99995,86 2009 61274,43 2010 156458,7 2011 272548,5 2012 304764 Sumber: Badan Pusat Statistik,2012 Dari Tabel 1.1 terlihat kebutuhan asam fosfat setiap tahunnya tidak stabil. Sehingga kebutuhan impor asam fosfat untuk tahun-tahun berikutnya dapat diperkirakan dengan metode least square. Dengan metode tersebut diapatkan persamaan y= 34.126x - 90.656, sehingga untuk tahun 2016 diperkirakan kebutuhan asam fosfat kurang lebih 352.982 ton/tahun. Tabel 1.2 Kapasitas pabrik asam fosfat dengan proses Nissan Nama perusahaan Lisensi proses Kapasitas (ton) SPIC Ltd Nissan, Jepang 58.800 HFC Ltd Nissan, Jepang 27.000 RCF Ltd Nissan, Jepang 30.000

3 Berdasarkan pertimbangan, maka ditetapkan kapasitas rancangan pabrik asam fosfat yang akan didirikan tahun 2016 nanti sebesar 150.000 ton/tahun dengan alasan sebagai berikut: a. Produksi asam fosfat nasional saat ini sebesar 200.000 ton/tahun yang dihasilkan oleh PT Petrokimia Gresik. b. Kebutuhan asam fosfat sampai dengan tahun 2016 nanti diperkirakan sebesar 352.982 ton/tahun. c. Kapasitas produksi minimal pabrik asam fosfat yang pernah ada sebesar 27.000-58.800 ton/tahun. 2. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku asam sulfat dapat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik, dengan kapasitas produksi 600.000 ton/tahun, sedangkan untuk batuan fosfat diperoleh dari Cina. Pertimbangan mendatangkan batuan fosfat dari luar negeri antara lain: Mutu batuan fosfat lokal kurang memenuhi standar produksi karena spesifikasinya masih berada dibawah nilai yang dipersyaratkan untuk pembuatan asam fosfat. Batuan fosfat yang layak digunakan minimal mengandung 32-38% sedangkan batuan fosfat lokal mengandung maksimal 22,9%. Tipe batuan fosfat lokal adalah tipe guano fosfat yang lokasinya terpencarpencar dan bukan jenis sedimen sehingga menyulitkan dalam melakukan eksploitasi disamping kandungan fosfatnya yang tidak homogen. 3. Kapasitas komersial Dalam menentukan besar kecilnya kapasitas pabrik asam fosfat yang akan dirancang, maka kita harus mengetahui kapasitas pabrik yang sudah beroperasi dalam pembuatan asam fosfat. Saat ini pabrik asam fosfat yang sudah beroperasi di Indonesia adalah PT. Petrokimia Gresik dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun.

4 Pabrik asam fosfat yang telah berdiri di luar negeri adalah di negara Jordan, Maroko, Afrika Selatan, Filipina, Jepang, Cina dan India. Petrokimia Gresik sendiri menghabiskan 2,2 triliun dalam setahun hanya untuk impor asam fosfat. Berdasarkan data pabrik yang telah ada dan juga data dari BPS maka kapasitas rancangan 150.000 ton per tahun yang rencana didirikan pada tahun 2016, diharapkan mampu mencukupi kebutuhan di dalam negeri dan juga peluang untuk ekspor. 1.3 Pemilihan Lokasi Pabrik Penentuan lokasi perusahaan sangatlah penting dalam perancangan pabrik, karena berhubungan langsung dengan nilai ekonomis pabrik yang akan dibangun. Pabrik asam fosfat ini direncanakan akan dibangun di Mojokerto, Jawa Timur. Gambar 1.1 menunjukkan peta wilayah Mojokerto, dengan batas-batas sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik. Sebelah selatan berbatasan dengan kota Batu. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Pasuruan. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jombang. (Sumber: Kementrian Pekerjaan Umum) Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi pabrik yang dirancang secara teknis dan ekonomis agar menguntungkan. Adapun faktor yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

5 Gambar 1.1 peta wilayah Mojokerto

6 1.3.1 Faktor Primer a. Penyediaan bahan baku Kriterianya yakni kemudahan dalam memperoleh bahan baku. Dalam hal ini, bahan baku asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik dan batuan fosfat diimpor dari Cina. b. Pemasaran produk Faktor yang perlu diperhatikan yakni letak wilayah pabrik yang membutuhkan asam fosfat dan juga jumlah kebutuhan asam fosfat itu sendiri. Daerah Mojokerto merupakan daerah yang strategis untuk pendirian suatu pabrik, karena dekat dengan pengambilan bahan baku dan mudah dalam pemasaran produk. c. Sarana transportasi Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan dalam proses penyediaan bahan baku dan pemasaran produk, dengan adanya fasilitas jalan raya yang baik maka pemilihan lokasi di Mojokerto sangatlah tepat. 1.3.2 Faktor sekunder a. Tenaga kerja Tersediannya tenaga kerja yang berkompeten dan terampil sangat diperlukan untuk menjalankan mesin-mesin produksi. Untuk tenaga kerja dapat direkrut dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan sekitarnya. b. Penyediaan utilitas Sarana-sarana pendukung harus diperhatikan seperti tersedianya air, listrik, dan sarana lainnya sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik. Sebagai kawasan industri yang yang telah direncanakan dengan baik maka unit penyediaan air diambil dari sungai brantas yang mengalir dekat lokasi pabrik asam fosfat, sedangkan untuk unit penyediaan listrik diambil dari PLN dan generator sebagai cadangan.

7 c. Sarana dan prasarana Sarana transportasi dan telekomunikasi di daerah Mojokerto sangat memadai, sehingga arus barang dan komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Tranportasi di darat, laut maupun di udara cukup baik dan relatif mudah diperoleh. d. Karakteristik lokasi Karakteristik lokasi yang dimaksud adalah sikap masyarakat setempat yang sangat mendukung bagi sebuah kawasan industri terpadu. e. Kebijaksanaan pemerintah Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, pemerintah telah menetapkan daerah Mojokerto sebagai kawasan industri yang terbuka bagi investor asing. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik. f. Kemungkinan perluasan suatu pabrik Untuk pengembangan ke masa depan perlu dipikirkan adanya perluasan pabrik. Perluasan pabrik di Mojokerto sangat dimungkinkan. g. Polusi dan faktor ekologi Pemerintah daerah memberlakukan beberapa peraturan mengenai polusi udara dengan cara memberi batasan jumlah emisi udara buang yang dikeluarkan pabrik-pabrik di kawasan industri tersebut. Hasil pembuangan pabrik diolah terlebih dahulu supaya tidak mencemari lingkungan. h. Kondisi tanah dan daerah Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar sangat menguntungkan. Selain itu, Mojokerto merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampak lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik.

8 1.4 Tinjauan Pustaka 1.4.1 Macam-macam proses Proses pembuatan asam fosfat secara umum dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu pembuatan asam fosfat dengan proses basah (wet process) dan pembuatan dengan tungku listrik. A. Pembuatan asam fosfat dengan proses basah Pembuatan asam fosfat dengan proses basah menggunakan bahan baku batuan fosfat yang telah dihaluskan, kemudian direaksikan dengan asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Ca3(PO4)2 + 3H2SO4 + 6H2O 3CaSO4.2H2O + 2H3PO4...(1.1) Reaksi berlangsung sangat cepat, dan reaksi tersebut menghasilkan produk samping berupa gypsum dan hidrogen flourida. Campuran hasil reaksi akan membentuk slurry sehingga proses pemisahan dilakukan dengan filtrasi. Asam fosfat yang melewati filter kemudian ditampung sebagai produk, dengan metode ini dapat dihasilkan asam fosfat dengan kadar 94-98% dan kandungan P2O5 sebanyak 30-38% (Austin, 1996). Beberapa proses yang dikembangkan berdasarkan proses basah ini antara lain: a. Proses Prayon Dihydrate b. Proses Jacob Dorr Dihydrate c. Proses Central Prayon Dihydrate d. Proses Nissan Deskripsi untuk masing-masing proses yakni: a. Proses Prayon Dihydrate Proses ini dikembangkan oleh Prayon dari Belgia. Perkembangan teknologi proses selanjutnya diutamakan pada agitasi dan pola aliran slurry yang saat ini digunakan filter vacum tilting pan. Filtrasi yang baik dicapai melalui semakin banyaknya kristal yang hilang.

9 b. Proses Jacob Dorr Dihydrate Proses ini digunakan di Amerika Serikat dengan produksi asam fosfat lebih dari 3 juta ton per tahun. Proses ini menggunakan reaktor yang terdiri dari dua buah reaktor yang berbentuk silinder dengan pendingin vacum. Proses ini menggunakan berbagai macam filter. c. Proses Central Prayon Dihydrate Proses central-prayon merupakan gabungan antara proses prayon dengan central glass, biasanya berkapasitas 750.000 ton per tahun. Proses pemanasan dipenuhi dengan adanya steam dan juga panas reaksi dengan asam sulfat berkadar 10-15%. d. Proses Nissan Proses reaksi dijaga pada suhu 85-105 C terjadi pembentukan silika setelah mendapat tambahan flouride dan komponen lainnya. Biasanya berkapasitas sedang, dan juga merupakan proses yang paling banyak digunakan. Keuntungan dan kerugian pembuatan asam fosfat dengan proses basah dapat dilihat dari Tabel 1.4. Melihat keuntungan dan kerugian yang ada pada tabel, maka pada perancangan ini digunakan proses Nissan dengan alasan sebagai berikut: 1. Lebih ekonomis karena konversi perolehan P2O5 tinggi. 2. Hasil samping yang berupa gypsum mempunyai nilai komersial yang tinggi. 3. Kondisi operasi pabrik stabil.

10 Tabel 1.4 Pembuatan asam fosfat dengan proses basah Proses Keuntungan Kerugian Prayon Dihydrat Proses sederhana Konsentrasi asam rendah Biaya awal rendah (28-32%) Konversi P2O5 (95-96)% Kualitas gypsum kurang bagus Jacob Dorr Dihydrat Konsentrasi asam tinggi Konversi P2O5 (98-98,5)% Gypsum berkualitas tinggi Central Prayon Dihydrat Konversi P2O5 (98-99)% Gypsum berkualitas bagus Biaya awal pabrik tinggi Tidak fleksibel terhadap jenis batuan umpan Masalah pada unit filtrasi Perlu proses pemurnian asam Biaya investasi tinggi Perlu unit penggiling batuan fosfat Tidak fleksibel terhadap batuan umpan Nissan Proses sudah banyak digunakan Slurry gypsum mudah difiltrasi Konversi P2O5 98% Biaya awal pabrik rendah Adanya unit penggiling batuan

11 B. Pembuatan asam fosfat dengan tungku listrik Pembuatan asam fosfat dengan tungku listik dilakukan dengan memasukkan batuan fosfat ke dalam tungku pembakar listrik dimana terjadi reaksi sebagai berikut: 2Ca3(PO4)2 (s) + 6SiO2 (s) +10C (s) 6CaSiO3 (s) + P4 (g) + 10CO (s)...(1.2) Gas P4 dibakar dengan udara dan oksida yang dihasilkan selanjutnya direaksikan dengan air untuk mendapatkan H3PO4, dengan metode tungku listrik dapat dihasilkan asam fosfat dengan kadar kemurnian kurang lebih 85%, dimana kandungan P2O5 sebanyak 75% (Austin,1996). 1.4.2 Kegunaan Produk Selama ini hampir 85% asam fosfat dikonsumsi oleh industri-industri pupuk seperti pupuk TSP, STPP sedangkan sisanya dikonsumsi industri-industri makanan, minuman, pakan ternak, cat dan lain-lain. Perkembangan industriindustri tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan asam fosfat di dalam negeri. Pemakaian asam fosfat di berbagai industri, antara lain: 1. Industri pupuk Triple Super Phosphate (TSP) Penyerapan asam fosfat di industri pupuk TSP merupakan penyerapan yang terbesar. Hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar bergerak di bidang agraria sehingga kebutuhan pupuk menjadi penting. 2. Industri Sodium Tri Poly Phosphate (STPP) Asam fosfat juga dikonsumsi oleh industri untuk pembuatan STPP. Senyawa ini merupakan salah satu turunan dari senyawa fosfat. 3. Industri minyak goreng Di dalam industri minyak goreng, asam fosfat dibutuhkan sebagai deguming yaitu bahan yang digunakan untuk menghilangkan kandungan fosfatida. Untuk mendapatkan minyak goreng dari CPO (Crude Palm Oil) umumnya dilakukan dengan proses fraksinasi yaitu memisahkan stearin dan olein dalam CPO. Selanjutnya dilakukan netralisasi dengan menggunakan alkali lemah, bleaching dan proses deodorizing. Proses netralisasi dengan alkali dimaksudkan untuk

12 menghilangkan pengaruh dari asam fosfat pada saat menghilangkan kandungan fosfatida. Bleaching itu sendiri dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh minyak goreng yang jernih serta fungsi dari deodorizing itu adalah untuk mengurangi bau yang tidak disukai pada minyak goreng tersebut. 4. Industri-industri lain Industri penyerap asam fosfat lainnya adalah industri cat, industri bahan kimia khusus, sabun mandi dan di industri farmasi. 1.4.3 Sifat Fisis dan Kimia 1.4.3.1 Bahan Baku A. Bahan Baku Utama 1. Batuan fosfat a. Sifat fisis : Rumus molekul : Ca3(PO4)2 Berat molekul : 310,1828 g/gmol Wujud : putih kotor (keruh) (Kirk & Othmer, 1998) b. Sifat kimia : Dengan penambahan asam sulfat dan air akan terbentuk asam fosfat dan gypsum. Ca3(PO4)2 + 3H2SO4 + 6H2O 2H3PO4 + 3(CaSO4.2H2O)...(1.3) (Kirk & Othmer, 1998) 2. Asam sulfat a. Sifat fisis : Rumus molekul : H2SO4 Berat molekul : 98,0774 g/gmol Wujud : cair Densitas : 1,837 g/cm 3 Titik lebur : 10,36 o C Titik didih : 338 o C

13 Kemurnian : 98% berat Impuritas : 2% berat (PT. Petrokimia Gresik, 2012) b. Sifat Kimia : 1. Dengan basa membentuk garam dan air. Reaksi: H2SO4 +2 NaOH Na2SO4 + H2O...(1.4) 2. Dengan alkohol membentuk eter dan air. Reaksi: 2C2H5OH + H2SO4 C2H5OC2H5 + H2O + H2SO4...(1.5) 3. Bereaksi dengan NaCl Reaksi: NaCl + H2SO4 NaSO4 + 2HCl...(1.6) 4. Bereaksi dengan MgCO3 membentuk MgSO4 Reaksi: MgCO3 + H2SO4 MgSO4 + H2O + CO2...(1.7) 5. Korosif terhadap semua logam. (PT. Petrokimia Gresik, 2012) B. Produk Utama 1. Asam fosfat a. Sifat Fisis : Rumus molekul : H3PO4 Berat molekul : 97,9951 g/gmol Wujud : cairan tidak berwarna Densitas : 1,685 g/cm 3 Titik leleh : 42 o C Titik didih : 213 o C Larut dalam alkohol dan air (PT. Petrokimia Gresik, 2012)

14 b. Sifat Kimia : Merupakan asam tribasa, pelepasan ion hidrogen yang pertama adalah ionisasi yang paling cepat. Ionisasi kedua adalah sedang dan yang ketiga sudah lambat. Hal ini bisa dilihat dari ketetapan penguraian ionisasi: H3PO4 + H2O H2PO4 + H3O...(1.8) H2PO4 + H2O HPO4²ˉ + H3O +...(1.9) H(PO4)2- + H2O PO43- + H3O +...(1.10) Asam fosfat lebih kuat daripada asam asetat, asam oksalat dan asam borak, tetapi lebih lemah dibandingkan asam nitrat, asam sulfat dan asam klorida. B. Produk Samping 1. Gypsum a. Sifat Fisis : Rumus molekul : CaSO4.2H2O Berat molekul : 172,1722 g/gmol Wujud : serbuk putih Titik lebur : 1450 o C Titik didih : 2850 o C Specific gravity : 2,32-2,96 b. Sifat Kimia : Pada temperatur 170 o C akan terbentuk anhidrit. Reaksi: CaSO4.2H2O + panas CaSO4.1/2H2O + 1 1/2H2O (steam)...(1.11) (PT. Petrokimia Gresik, 2012) 1.4.4 Tinjauan Proses Secara Umum Dalam perancangan pabrik ini proses pembuatan asam fosfat yang dilakukan merupakan reaksi antara asam dengan batuan fosfat. Umumnya dalam

15 memproduksi asam fosfat digunakan batuan fosfat dan asam sulfat sebagai bahan bakunya, dengan reaksi : CaF2.3Ca3(PO4)2 + 10H2SO4 + 20H2O 10CaSO4.2H2O + 6H3PO4+2HF...(1.12) Selain untuk pembuatan asam fosfat, batuan fosfat juga digunakan untuk menghasilkan superphospat yang digunakan dalam industri pupuk, dengan reaksi: CaF2.3Ca3(PO4)2 + 7H2SO4 + 3H2O 3CaH4(PO4)2.H2O+7CaSO4+2HF...(1.13) Dalam proses reaksi, penggunaan asam sulfat dapat diganti dengan asam nitrat. Asidulasi batuan fosfat secara sederhana dengan asam nitrat dapat menghasilkan superphospat yang hidroskopis,karena mengandung kalsium nitrat (Shreve, 1975).