KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi dalam Pembuatan Soal HOT (Higher Order Thinking) di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL ULANGAN DI SMP NEGERI 5 PURWODADI

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO (PORTOFOLIO ASSESSMENT) GURU MATA PELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 2 BANYUDONO

BAB I PENDAHULUAN. maju, meningkatkan diri, punya motivasi, dan jiwa pencari pengetahuan

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS SOAL ULANGAN HARIAN BUATAN GURU BIOLOGI SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 DITINJAU DARI TINGKAT TAKSONOMI BLOOM

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DAN KESESUAIAN PENULISAN SOAL DI SMP NEGERI 1 KRAGAN REMBANG

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

VIKA TRI HUDAYANI A Dibawah Bimbingan: 1. Dra. Hariyatmi, M.Si 2. Drs. H. Sofyan Anif, M. Si NASKAH PUBLIKASI

Persyaratan. Disusun oleh : A FAKULTA

PERBANDINGAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTIONS STUDENTS HAVE

KEMAMPUAN KETERAMPILAN BERTANYA GURU BIOLOGI SMA MUHAMMADIYAH BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN IPA DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DAN KESESUAIAN PENULISAN SOAL DI SMP NEGERI 1 KRAGAN REMBANG

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS VII A SEMESTER GASAL SMP PANCASILA 13 PARANGGUPITO

KEMAMPUAN GURU-GURU SEJARAH SMK DALAM MENYUSUN DAN MENGANALISIS SOAL

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh: ABDUL AZIS NASRUDIN ARSYAD A

AGUNG SUPRIYANTO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

EVAN RESTYAWAN A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN SNOWBALLING DAN SNOWBALL THROWING

KEMAMPUAN GURU BIOLOGI KELAS XI DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN PEKALONGAN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA ADOBE FLASH

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 PUTAT TAHUN 2012/2013

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

DALAM (PTK. Persyaratan. Oleh: A PROGRAM FAKULTA

Pengembangan tahap awal instrumen tes berbasis kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill - hots) mata pelajaran fisika

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi.

Diajukan Oleh: Friska Tiananda A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER GASAL SMK HARAPAN

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS MEMECAHKAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi PGSD. Diajukan Oleh :

PENINGKATANN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE MAKE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR IPS ANTARA GUIDED TEACHING DENGAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SISWA KELAS IV SDIT AZ-ZAHRA SRAGEN 2012/2013

IDENTIFIKASI MATERI PRAKTIKUM MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI UMS 2014/2015 DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SMP KELAS VIII

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD)

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI COOPERATIVE TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1 Program Studi Pendidikan Biologi.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi PGSD

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Keterampilan Bertanya Guru Biologi SMA Muhammadiyah Berdasarkan Kurikulum 2013 di Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.

PENINGKATANN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LESSON STUDY NASKAH PUBLIKASI

TERDAPAT PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN GURU TK TERHADAP KUALITAS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LOGARITMA

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN. HASIL BELAJAR PKn POKOK BAHASAN SISTEM PEMERINTAHAN KELAS IV SEMESTER 2 SD NEGERI 2 BUGISAN

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN ALFA ZONE DENGAN SCENE SETTING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MUATAN IPA SISWA KELAS IV SDIT MTA GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2014/2015

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RINA MAWADDATUR ROZIYANA A

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI II SINE SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA DI LABORATORIUM BIOLOGI DITINJAU DARI HASIL AKHIR PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

SRI SURYO EKO PRASETYO A Dibawah Bimbingan: Drs. Sumanto

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

Naskah Publikasi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1 Program Studi PG Pendidikan Anak Usia Dini

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

KEMAMPUAN GURU IPA DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMP BOYOLALI TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RETNO FEBRIYANINGRUM A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

PROFILE ANALISIS PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

NASKAH. Derajat. Sarjana S-1

SRI LESTARI A53B111014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL LABORATORIUM IPA DI MTs NEGERI SURAKARTA II DALAM MENUNJANG PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 TAHUN 2014/ 2015

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS 3 DI SD MUHAMMADIYAH I6 KARANGASEM SURAKARTA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

JURNAL PUBLIKASI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK A DI TK ISLAM

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GASAL MTs NEGERI SURAKARTA II TAHUN 2014/1015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS ASAL SEKOLAH TERHADAP INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS ANGKATAN 2010 NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh: DESY NUR ROHMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

: RATNA WIDYANTI A53B111012

KOMPARASI TINGKAT KESULITAN DAN DAYA BEDA SOAL TES SUMATIF BAHASA INDONESIA BERDASARKAN KTSP DAN KURIKULUM 2013

PERMAINAN BALOK BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

KREATIVITAS GURU IPA KELAS VII DAN VIII DALAM PENYUSUNAN PENILAIAN AUTENTIK DI SMP NEGERI 1 PECANGAAN JEPARA SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2014/2015

PROFIL PERTANYAAN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 6 TANJUNGPINANG PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH BERDASARKAN QUESTION CATEGORY SYSTEM FOR SCIENCE

Transkripsi:

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : ENDAH PUTRI NOVI ARTI A 420110037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102 Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama : Dra. Hariyatmi, M. Si NIP/NIK : 196212161988032001 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Endah Putri Novi Arti NIM : A420110037 Program Studi : Pendidikan Biologi Judul Skripsi : Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi Dalam Pembuatan Soal HOT (Higher Order Thinking) di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Surakarta, 27 Maret 2015 Pembimbing Dra. Hariyatmi, M. Si NIP. 196212161988032001

KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BIOLOGI DALAM PEMBUATAN SOAL HOT (HIGHER ORDER THINKING) DI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN Endah Putri Novi Arti 1), Hariyatmi 2) Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta endah_putrinovi@yahoo.com ABSTRAK Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 pasal 3 menjelaskan bahwa guru memiliki empat kompetensi yang salah satunya kompetensi pedagogik yang meliputi keterampilan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan guru Biologi dalam pembuatan soal HOT di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter berupa soal ulangan harian buatan guru Biologi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Data yang diperoleh berupa kemampuan guru Biologi dalam membuat soal HOT di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten semester gasal tahun ajaran 2014/2015, dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan guru dalam membuat soal HOT (21,2%) yaitu soal C4 (15,2%), C5 (3,0%), C6 (3,0%) dan soal LOT (78,8%) yaitu C1 (31,1%), C2 (29,8%), C3 (17,9%), dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru Biologi dalam membuat soal HOT sangat kurang baik (21,2%). Kata kunci: kemampuan guru, HOT, taksonomi Bloom PENDAHULUAN Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam keberhasilan suatu pendidikan sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar (Barinto, 2012). Menurut Saragih (2008), kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. 1

2 Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik, yang beberapa diantaranya terdiri dari evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, sesuai penjelasan diatas bahwa guru juga harus mempunyai keterampilan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut Widoyoko (2014), evaluasi hasil belajar merupakan upaya melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa menggunakan tes maupun non-tes. Harjanto (dalam Nopitalia, 2010) menyatakan tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan guru kepada peserta didiknya, dalam jangka waktu tertentu. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih. Berdasarkan Programme International Student Assesment (PISA) peringkat Indonesia untuk IPA tahun 2000 berada di urutan 38 dari 41 negara, tahun 2003 berada di urutan 39 dari 41 negara, tahun 2006 berada di urutan 52 dari 57 negara, tahun 2009 berada di urutan 61 dari 65 negara, tahun 2012 berada di urutan 64 dari 65 negara (Puspendik, 2011), sedangkan berdasarkan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) peringkat Indonesia untuk Sains tahun 1999 berada di urutan 32 dari 38 negara, tahun 2003 berada diurutan 36 dari 45 negara, tahun 2007 berada diurutan 35 dari 49 negara, dan tahun 2011 berada di urutan 40 dari 42 negara (Driana, 2013). Menurut Puspendik (2011), hasil TIMSS dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor penyebab antara lain siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-

3 soal pada TIMSS dan PISA yang subtansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannnya. Taksonomi Bloom baru versi Anderson (2010) pada ranah kognitif terdiri dari enam level yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6. Tiga level pertama Taksonomi Bloom baru versi Krathwohl yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), dan applying (menerapkan) merupakan LOT, sedangkan tiga level berikutnya yaitu analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta) merupakan HOT. Heong (2011) menyatakan bahwa HOT merupakan salah satu komponen kemampuan berpikir kreatif dan berpikir kritis. Rofiah (2013) menyatakan bahwa HOT merupakan proses berpikir yang tidak sekedar menghafal dan menyampaikan kembali informasi yang diketahui. HOT merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki untuk berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan memecahkan masalah pada situasi baru. Saat ini masih sedikit penelitian terbaru mengenai kemampuan guru dalam membuat soal HOT berdasarkan taksonomi Bloom versi baru. Oleh karena itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi dalam Pembuatan Soal HOT di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Kemampuan guru yang akan diteliti adalah kemampuan membuat soal ulangan yang meliputi kemampuan membuat soal ulangan dengan kategori HOT berdasarkan Taksonomi Bloom. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat kebijakan mengenai kemampuan guru dalam membuat instrumen evaluasi pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan guru mata pelajaran Biologi dalam pembuatan soal HOT di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Adapun subyek penelitian ini yaitu guru biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten berjumlah 4 orang, sedangkan obyek penelitian ini yaitu soal ulangan harian yang dibuat guru biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Strategi penelitian ini menggunakan model studi kasus. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan cara dokumentasi yaitu: peneliti mengumpulkan soal ulangan harian buatan guru dan wawancara latar belakang guru. Peneliti mengumpulkan data berupa soal ulangan yang dibuat oleh guru Biologi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Data yang telah didapatkan akan dianalisa prosentasenya sesuai tingkat kognitif berdasarkan taksonomi Bloom, kemudian dikategorikan sesuai kriteria interpretasi skor Riduwan (2010). Prosedur penelitian dalam penelitian ini meliputi dua tahap yaitu: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan penelitian diawali dengan menyusun instrumen penelitian dan meminta surat permohonan izin observasi ke Biro Skripsi kemudian diajukan kepada kepala Bappeda Kabupaten Klaten untuk meminta surat izin penelitian di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten. Tahap pelaksanaan adalah: a. menemui guru biologi SMA Negeri I Wonosari Klaten, b. Melakukan wawancara bebas mengenai latar belakang guru, c. mengumpulkan data soal ulangan yang dibuat oleh masing-masing guru biologi SMA Negeri 1 Wonosari Klaten berupa soal pilihan ganda dan uraian selama satu semester yaitu semester gasal tahun ajaran 2014/2015, d. mengidentifikasi data yang diperoleh sesuai dengan teknik analisis data, e. menganalisis prosentasenya sesuai proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom untuk mengetahui kemampuan guru dalam membuat soal ulangan harian HOT berdasarkan taksonomi Bloom dan mengkategorikan kemampuan guru sesuai kriteria interpretasi skor Riduwan (2010). 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini berupa rekapitulasi kemampuan guru mata pelajaran Biologi dalam membuat soal (tabel 1) dan kesesuaian pembuatan soal ulangan harian buatan guru biologi dengan kaidah penulisan soal yang benar (tabel 2) di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015. A. Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi dalam Membuat Soal HOT di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015 Tabel 1. Rekapitulasi Kemampuan Guru Mata Pelajaran Biologi dalam Membuat Soal di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015 Nama soal LOT (%) Jumlah Soal HOT (%) Jumlah C1 C2 C3 C4 C5 C6 Guru A 26,8 26,7 21,3 74,8 18 3,6 3,6 25,2 Guru B 28,3 36,4 21,7 86,4 10 0,9 2,7 13,6 Guru C 30,9 32,7 18,2 81,8 18,2 0 0 18,2 Guru D 38,4 23,3 10,4 72,1 14,8 7,5 5,6 27,1 Rata-rata 31,1 29,8 17,9 78,8 15,2 3,0 3,0 21,2 (%) Keterangan kriteria interpretasi skor (Riduwan, 2010): Sangat kurang baik : 0% - 25% Kurang baik : 26% - 50% Baik : 51% - 75% Sangat baik : 76% - 100% Berdasarkan tabel 1, kemampuan masing-masing guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten dalam membuat soal HOT untuk kemampuan guru A dikategorikan kurang baik (25,2%) yang bergelar S-2 dengan lama mengajar 31 tahun, guru B dikategorikan sangat kurang baik (13,6%) yang bergelar S-1 dengan lama mengajar 23 tahun, guru C dikategorikan sangat kurang baik (18,2%) yang bergelar S-1 dengan lama mengajar 10 tahun hanya mampu membuat soal HOT sampai tingkat C4 dan guru D dikategorikan kurang baik (27,1%) yang bergelar S-2 dengan lama mengajar 29 tahun, sedangkan kemampuan guru Biologi dalam membuat soal LOT untuk kemampuan guru A dikategorikan sangat baik (74,8%), guru B dikategorikan sangat baik (86,4%), guru C dikategorikan sangat baik (81,8%) dan guru D dikategorikan baik (72,1%). Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa kemampuan guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten dalam membuat soal HOT dikategorikan 5

6 sangat kurang baik (21,2%) dan LOT dikategorikan sangat baik (78,8%). Kemampuan guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten dalam membuat soal HOT tingkatan kognitif C4 (15,2%) yang merupakan prosentase tertinggi tingkatan kognitif soal HOT dibanding dengan prosentase tingkatan kognitif soal HOT lainnya yaitu tingkatan kognitif C5 dan C6 (3,0%) karena lebih mudah dalam membuat soal C4 dibandingkan dengan soal C5 dan C6, sedangkan kemampuan guru biologi dalam membuat soal LOT pada tingkat kognitif C1 (31,1%) juga merupakan prosentase tertinggi tingkatan kognitif soal LOT dibanding dengan prosentase tingkatan kognitif soal LOT lainnya yaitu tingkatan kognitif C2 (29,8%) dan tingkatan kognitif C3 (17,9%) karena soal C1 lebih mudah dibuat oleh guru dan lebih mudah dikerjakan oleh siswa, namun hal tersebut akan menyebabkan kemampuan siswa cenderung hanya menghafal materi untuk mendapatkan nilai baik, serta rasa ingin tahu siswa berkurang sehingga kemampuan siswa untuk membuat hal baru akan menjadi rendah. Tingkat kognitif C1 merupakan tingkatan terendah dalam LOT taksonomi Bloom. Tingkat kognitif C1 (31,1%) ini paling banyak digunakan oleh guru di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten dalam pembuatan soal. Pendominasian soal ulangan harian buatan guru pada tingkat kognitif C1 akan menyebabkan kemampuan siswa untuk membuat hal baru akan menjadi rendah. Hal tersebut kurang sesuai dengan soal-soal yang terdapat pada PISA dan TIMSS (dalam Puspendik, 2011) yang menuntut siswa untuk menalar, memecahkan masalah, membuat keputusan, berargumentasi, berfikir kritis dan kreatif. Hasil penelitian yang dilakukan Rosalina (2014) menunjukkan bahwa soal buatan guru IPA Biologi di SMP Negeri 5 Purwodadi didominasi oleh soal tingkat kognitif C1 (63%), begitu juga dengan hasil penelitian Nopitalia (2010) yang menunjukkan soal buatan guru biologi MTs Negeri di Jakarta Selatan didominasi oleh soal tingkat pengetahuan (60,26%). Pendominasian pada tingkat pengetahuan (C1) akan menyebabkan kemampuan berfikir siswa hanya sebatas mengingat yang akan berdampak pada perkembangan otak siswa yang cenderung hanya mengingat sehingga

7 kecil kemungkinan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan dan menemukan hal-hal baru. Tingkat kognitif C2 merupakan tingkat kognitif yang juga digunakan oleh mayoritas guru dalam pembuatan soal. Pada hasil penelitian, tingkat kognitif C2 (29,8%) ini menduduki urutan kedua setelah tingkat kognitif C1 (31,1%). Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Rosalina (2014) dengan prosentase soal C2 sebesar 31,5% serta hasil penelitian Nopitalia (2010) dengan prosentase soal C2 sebesar 38,46%. Tingkatan kognitif C2 ini lebih tinggi tingkat kesukarannya dibanding tingkat kognitif C1 karena sudah mencapai kemampuan memahami. Tingkat kognitif C3 merupakan tingkat kognitif yang juga digunakan oleh mayoritas guru dalam pembuatan soal. Pada hasil penelitian, tingkat kognitif C3 (17,9%) ini menduduki urutan ketiga setelah tingkat kognitif C1 dan C2. Hasil tersebut jauh berbeda dengan hasil penelitian Rosalina (2014) dengan prosentase tingkat kognitif C3 (5,48%), sedangkan penelitian Nopitalia (2010) tidak terdapat soal tingkat kognitif C3. Tingkatan kognitif C3 ini lebih tinggi tingkat kesukarannya dibanding tingkat kognitif C1 dan C2 karena sudah mencapai kemampuan menerapkan. Tingkatan C1, C2 dan C3 merupakan tingkat soal LOT yang kurang menuntut kemampuan memecahkan masalah, membuat keputusan, berargumentasi, berfikir kritis dan kreatif siswa. Tingkat kognitif C4 merupakan tingkat kognitif soal HOT yang sering digunakan oleh mayoritas guru dalam pembuatan soal dibandingkan dengan soal HOT lainnya yaitu C5 dan C6. Pada hasil penelitian, tingkat kognitif C4 (15,2%) ini menduduki urutan tertinggi dari soal HOT. Hasil tersebut jauh berbeda dengan hasil penelitian Nopitalia (2010) dengan prosentase tingkat kognitif C4 (1,28%), sedangkan penelitian Rosalina (2014) hanya sampai tingkat kognitif C3. Tingkatan kognitif C4 ini lebih tinggi tingkat kesukarannya dibanding tingkat kognitif C1, C2 dan C3 karena sudah mencapai kemampuan menganalisis.

8 Tingkat kognitif C5 merupakan tingkat kognitif soal HOT yang jarang digunakan oleh mayoritas guru dalam pembuatan soal. Tingkat kognitif C5 (3,0%) ini menduduki urutan kelima setelah tingkat kognitif C1, C2, C3 dan C4. Tingkatan kognitif C5 ini lebih tinggi tingkat kesukarannya dibanding tingkat kognitif C1, C2, C3 dan C4 karena sudah mencapai kemampuan mengevaluasi. Tingkat kognitif C6 merupakan tingkatan tertinggi dari tingkat kognitif soal HOT yang juga jarang digunakan oleh mayoritas guru dalam pembuatan soal. Pada hasil penelitian, tingkat kognitif C6 (3,0%) ini menduduki urutan yang sama dengan tingkat kognitif C5 (3,0%) setelah tingkat kognitif C1, C2, C3 dan C4. Tingkatan kognitif C6 ini lebih tinggi tingkat kesukarannya dibanding tingkat kognitif C1, C2, C3, C4 dan C5 karena sudah mencapai kemampuan menciptakan. Tingkatan C4, C5 dan C6 merupakan tingkat soal HOT yang menuntut kemampuan memecahkan masalah, membuat keputusan, berargumentasi, berfikir kritis dan kreatif siswa. Berdasarkan prosentase jumlah soal yang sesuai kriteria soal yang baik terdapat 50% soal mudah, 30% soal sedang dan 20% soal sukar (Rosalina, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara keseluruhan terdapat (60,9%) soal mudah yaitu tingkat kognitif C1 dan C2, (33,1%) soal sedang yaitu tingkat kognitif C3 dan C4, (6,0%) soal sukar yaitu tingkat kognitif C5 dan C6, sehingga dapat disimpulkan soal yang dibuat oleh guru di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten belum sesuai dengan kriteria soal yang baik. Hasil penelitian tersebut menambahkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmani (2015) dengan tingkat kesukaran butir soal 40% sukar, 55% sedang dan 5% soal mudah. Kemampuan guru A membuat soal LOT dikategorikan baik (74,8%) dan HOT dikategorikan kurang baik (25,2%). Guru A membuat soal mudah pada tingkat kognitif C1 dan C2 (53,5%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 50% soal mudah, soal sedang pada tingkat kognitif C3 dan C4 (39,3%) tidak sesuai

9 dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 30% soal sedang, soal sukar pada tingkat kognitif C5 dan C6 (7,2%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 20% soal sukar. Kemampuan guru B membuat soal LOT dikategorikan sangat baik (86,4%) dan HOT dikategorikan sangat kurang baik (13,6%). Guru B membuat soal mudah pada tingkat kognitif C1 dan C2 (64,7%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 50% soal mudah, soal sedang pada tingkat kognitif C3 dan C4 (31,7%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 30% soal sedang, soal sukar pada tingkat kognitif C5 dan C6 (3,6%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 20% soal sukar. Kemampuan guru C membuat soal LOT dikategorikan sangat baik (81,8%) dan HOT dikategorikan sangat kurang baik (18,2%). Guru C membuat soal mudah pada tingkat kognitif C1 dan C2 (63,6%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 50% soal mudah, soal sedang pada tingkat kognitif C3 dan C4 (36,4%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 30% soal sedang. Guru C hanya membuat soal sampai tingkat kognitif C4. Kemampuan guru D membuat soal LOT dikategorikan baik (72,1%) dan HOT dikategorikan kurang baik (27,1%). Guru D membuat soal mudah pada tingkat kognitif C1 dan C2 (61,7%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 50% soal mudah, soal sedang pada tingkat kognitif C3 dan C4 (25,2%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 30% soal sedang, soal sukar pada tingkat kognitif C5 dan C6 (13,1%) tidak sesuai dengan kriteria dalam membuat soal yang baik karena kriteria soal yang baik terdapat 20% soal sukar.

Berdasarkan pembahasan diatas, menunjukkan bahwa kemampuan guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten dalam membuat soal HOT sangat kurang baik (21,2%) karena soal ulangan harian didominasi oleh soal LOT (78,8%). Berdasarkan latar belakang guru, guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten yang bergelar S-2 dan memiliki pengalaman mengajar lebih lama memiliki kemampuan membuat soal HOT lebih besar dibanding guru yang bergelar S-1, sehingga dapat disimpulkan bahwa guru Biologi di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten kemampuan membuat soal HOT sangat kurang baik (21,2%) serta tidak sesuai dengan soal-soal yang terdapat PISA dan TIMSS (dalam Puspendik, 2011) yang seharusnya diterapkan pada siswa tingkat SMA yang akan lebih menuntut pada kemampuan menalar tinggi, memecahkan masalah, membuat keputusan, berargumentasi, berfikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikannya daripada soal-soal yang mengukur kemampuan teknis baku yang berkaitan dengan ingatan dan perhitungan semata. SIMPULAN Kesimpulan, kemampuan guru Biologi dalam membuat soal HOT berdasarkan taksonomi Bloom di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten sangat kurang baik (21,2%) yaitu soal C4 (15,2%), C5 (3,0%), C6 (3,0%) dan soal LOT sangat baik (78,8%) yaitu soal C1 (31,1%), C2 (29,8%), C3 (17,9%). Saran, guru di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten sebaiknya meningkatkan pembuatan soal HOT agar kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan kreatif meningkat sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan dan untuk peneliti selanjutnya disarankan melakukan penelitian tentang kemampuan guru mata pelajaran biologi dalam membuat soal HOT di sekolah-sekolah lain di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 10

11 Barinto. 2012. Hubungan Kompetensi Guru Dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Se-Kecamatan Percut Sei Tuan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol.9 No.2 hal: 201:214. Depdiknas. 2008 a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.. 2013 b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Driana, E. 2013. Gawat Darurat Pendidikan Nasional http://jsplife.wordpress.com/tag/timss diakses pada Jum at, 5 Desember 2014. Heong, Y. M, Widad B. O, Jailani B. M. Y, Tee T.K, Razali B. H, and Mimi M.B.M. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills among Technical Education Students. International Journal of Social Science and Humanity, Vol. 1, No. 2. Nopitalia. 2010. Analisis Soal Tes Guru Biologi Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Press.\ Puspendik. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Belajar dari PISA dan TIMMS. Jakarta: Puspendik, Balitbang Depdiknas. Rahmani, M, Kurnia, N dan Nurdini, A. 2015. Analisis Kualitas Butir Soal Buatan Guru Biologi Kleas X SMA Negeri 1 Tanah Pinoh. Pontianak: PMIPA FKIP UNTAN. Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rofiah, E, Nonoh S. A, dan Elvin Y.E. 2013. Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi Fisika Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. ISSN: 2338-0691. Surakarta: FKIP Fisika UNS. Rosalina, S. 2014. Kemampuan Guru Mata Pelajaran IPA Dalam Pembuatan Soal Ulangan Di SMP Negeri 5 Purwodadi. Skripsi. Surakarta: FKIP Biologi UMS. Saragih, A. H. 2008. Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol 5 No. 1. Widoyoko, E.P. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.