BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode dan teknik penelitian yang tepat sangat mempengaruhi hasil

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembagian tersebut. Sastra pada hakikatnya memberikan banyak pengajaran,

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu program pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Akhirnya penulis sampai pada bab kesimpulan setelah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas utama seorang pendidik adalah menyelenggarakan kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang ada. Namun di sisi lain sastra merupakan karya cipta yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Willy Eka Cahyadi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi,

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING TIPE MODELLING THE WAY

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan landasan bagi peneliti dalam pengambilan masalah. Kemudian masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra mempunyai kekhususan dibandingkan dengan prosa dan puisi. Kekhususan drama ini terletak pada adanya tahap setelah pembacaan naskah drama, yaitu penampilan drama di atas panggung yang disaksikan oleh penonton. Drama menjadi hidup setelah diinterpretasikan di atas panggung oleh sutradara dan pemain melalui pementasan. Memahami drama yang merupakan gambaran kehidupan sama dengan memahami kehidupan sehingga rasa toleransi dan tepa selira tetap terjalin. Dewasa ini, banyak terjadi tindakan kriminal yang merugikan orang lain. Tindakan merugikan orang lain merupakan tindakan yang tidak toleransi dan tidak tepa selira. Sikap toleransi dan tepa selira pada peserta didik dapat ditingkatkan dengan membuka pikiran mereka dengan melihat fenomena dan fakta yang terjadi melalui melihat pementasan drama. Dengan melihat pementasan drama, pikiran seseorang dapat terbuka tentang kehidupan pada kenyataannya karena drama merupakan gambaran kehidupan nyata. Pementasan drama merupakan salah satu wadah yang dapat dijadikan tempat merangsang toleransi dan tepa selira serta dapat dijadikan sebagai refleksi hidup untuk memetik nilai moral yang terkandung di dalamnya. Banyak sekali

2 manfaat menonton drama apabila penonton benar-benar memahami drama. Oleh karena itu, pengajaran drama diajarkan di sekolah maupun di perguruan tinggi karena mempunyai dampak langsung bagi pembelajar, seperti yang diungkapkan Rahmanto (2005: 24),...pengajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantar kita mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti misalnya: kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan, diri sampai pada kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami berbagai karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk menunjuk hal mana yang bernilai dan mana yang tak bernilai. Secara umum, lebih lanjut dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih mendalam. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa sastra mempunyai dampak positif pada diri seseorang baik puisi, prosa, maupun drama. Dalam hal ini, penulis akan menyoroti salah satu karya sastra saja, yaitu drama. Hal tersebut dilakukan karena drama lebih mudah dipetik nilai moral yang terkandung dalam ceritanya dan tinggi nilai pendidikannya. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Rahmanto (2005: 89) yang menyatakan bahwa selain mudah disesuaikan untuk dimainkan dan dinikmati masyarakat segala umur, drama juga mengandung niali pendidikan yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pengajar diharapkan dapat membuat bahan ajar yang dapat membuat pembelajar memahami sastra yang ia baca, dengar, maupun tonton.

3 Pada pembelajaran drama, khususnya drama konvensional harus menggunakan bahan ajar yang tepat agar wawasan mahasiswa dapat berkembang. Bahan ajar yang tepat pada mata kuliah kajian drama harus menggunakan pementasan drama yang ideal dengan materi pengkajian yang tepat. Pementasan drama yang ideal untuk digunakan dalam bahan ajar adalah pementasan drama yang menggunakan bahasa yang mudah dipahami, sesuai dengan latar belakang budaya pembelajar, dan sesuai dengan kematangan psikologi pembelajar. Selain itu, pementasan drama yang dijadikan sebagai bahan ajar harus pementasan yang dimainkan oleh pemain drama atau komunitas teater yang berpengalaman karena pemberian tontonan drama kepada peserta didik akan mempengaruhi pola pikir peserta didik mengenai drama, khususnya bagi peserta didik yang belum pernah menonton dan mengenal drama dengan baik. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Rahmanto (2005: 96) mengungkapkan bahwa untuk memperkenalkan drama kepada peserta didik, sebaiknya mereka diajak melihat suatu pementasan drama yang baik karena pementasan drama yang kurang baik dapat merusak nilai drama dan bahkan dapat merusak minat. Jadi, jelas terlihat bahwa keempat hal yang telah diuraikan harus terdapat dalam bahan ajar. Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere merupakan drama yang menarik dan ideal untuk dijadikan bahan ajar karena penggunaan bahasanya mudah dipahami, ceritanya sesuai dengan latar belakang pembelajar, sesuai dengan kematangan jiwa pembelajar, serta dimainkan oleh salah satu grup teater di Bandung, yaitu Studiklub Teater Bandung (STB) yang merupakan grup teater tertua di Bandung yang masih eksis dan terus berkarya.

4 STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama baik di dalam maupun luar negeri sejak tahun 1958. Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere menceritakan tentang bagaimana gaya berbicara dan bergaul orang kalangan atas dan mengisahkan kedua orang gadis yang selalu mempunyai berbagai macam keinginan untuk mendapat pasangan. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere. Penggunaan kata-kata dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere penuh dengan kiasan yang sarat makna. Banyak tanda yang digunakan pada pementasan tersebut. Pengkajian semiotik pada pementasan drama tersebut sangat penting agar dapat diketahui makna yang lebih mendalam yang terdapat dalam pementasan tersebut. Banyak terdapat kata-kata yang sarat makna yang tidak hanya berfungsi sebagai kata dalam pementasan drama tersebut, tetapi kata berfungsi sebagai tanda mengenai sesuatu yang lebih mendalam dari kata tersebut. Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere sangat baik digunakan sebagai sumber belajar dalam mata kuliah Kajian Drama. Dari pementasan ini, diharapkan mahasiswa Universitas Negeri Medan dapat mengkaji semiotik dan nilai moral pada drama. Peneliti berpikir bahwa mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia perlu mengkaji semiotik dan nilai moral dalam pementasan drama karena pada saat peneliti melakukan observasi awal di Universitas Negeri Medan

5 dan wawancara pada beberapa mahasiswa dan alumni Universitas Negeri Medan, peneliti berpikir pengkajian yang dilakukan masih kurang variatif dan mendalam. Pada mata kuliah Kajian Drama, mahasiswa hanya ditugasi mengkaji struktur naskah drama, lalu mahasiswa ditugasi untuk membuat naskah drama dan mementaskannya. Menurut peneliti, tidak hanya naskah yang perlu dikaji, pementasan drama juga perlu dikaji karena drama itu tidak hanya naskah, tetapi juga pementasannya. Selain itu, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia akan menjadi guru bahasa Indonesia yang akan mengajarkan materi drama salah satunya. Drama dipelajari mulai dari SMP sampai SMA. Hal tersebut dideskripsikan dalam Standar Kompetensi SMP kelas VIII semester I yang mengharapkan siswa mampu mengapresiasi pementasan drama dan kelas IX semester 2 yang berisi siswa mampu mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan drama, sedangkan SMA mempelajari pementasan drama kelas XI semester 1 dengan Standar Kompetensi siswa mampu memahami pementasan drama. Oleh karena itu, wawasan yang didapat seorang mahasiswa sebagai calon guru dengan mengkaji struktur saja tentunya tidak cukup. Mahasiswa perlu melakukan kajian yang lebih dalam lagi berupa semiotik. Pemahaman terhadap suatu drama secara mendalam dapat dilakukan dengan mengkaji semiotik karena banyak tanda yang terdapat dalam drama. Hal ini juga sejalan dengan yang diungkapkan Turner (Dahana, 2001: 8) bahwa dalam simbol-simbol artistik yang dimunculkan oleh sebuah panggung pertunjukan dimungkinkan munculnya

6 makna efektif, fungsional, juga pragmatik. Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui bahwa banyak simbol yang terkandung dalam pementasan drama. Tidak hanya sekedar kata saja yang mengandung makna, tetapi juga artistik mengandung makna tersendiri. Pada penelitian ini peneliti menggunakan video pementasan drama sebagai alat yang dikaji karena pementasan drama secara langsung belum tentu dapat dikaji karena harus mengikuti waktu-waktu pertunjukan yang dilakukan di Taman Budaya Sumatera Utara. Sementara, perkuliahan terus berjalan dan sulit untuk mengondisikan waktu kalau harus menonton pertunjukan drama yang dapat dijadikan bahan ajar. Pengkajian pementasan drama yang dilakukan sebaiknya diterapkan pada pementasan drama yang dianggap sudah memadai sebagai bahan ajar. Selain itu, untuk tahap pembelajaran, dengan melihat video maka akan mempermudah mahasiswa untuk memahami cara menganalisis secara langsung daripada menonton pertunjukan secara langsung. Penelitian mengenai semiotik juga pernah dilakukan oleh Permadi dengan judul tesis Telaah Semiotis Naskah Drama Putu Wijaya sebagai Alternatif Bahan Ajar dalam Pembelajaran Drama di Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian tersebut mengkaji semiotik yang terdapat dalam naskah drama Putu Wijaya yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar. Peneliti tersebut merasa perlu mengkaji semiotik naskah drama putu Wijaya untuk memperkaya bahan ajar dalam pembelajaran drama.

7 Penelitian mengenai nilai moral dalam sastra pernah dilakukan oleh Jumani dengan judul tesis Analisis Struktur dan Nilai Moral Pantun pada Rubrik Bujang Besaot Surat kabar Bangka Pos dan pemanfaatannya sebagai Alternatif bahan Ajar Sastra di SMA. Pada penelitian tersebut peneliti mengkaji struktur dan nilai moral yang terdapat pada pantun untuk dijadikan bahan ajar sastra di SMA. Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka penulis mengangkat suatu topik yang dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk tesis yang diberi judul Kajian Semiotik dan Nilai Moral Pementasan Drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere serta Kemungkinan Pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Mata Kuliah Kajian Drama Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Di Universitas Negeri Medan. B. Identifikasi Masalah Penelitian menjadi jelas dan terarah dalam menentukan data-data yang dibutuhkan jika ruang lingkup penelitian diuraikan. Berdasarkan pendapat tersebut, permasalahan dalam topik penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Mahasiswa mengkaji drama menggunakan pendekatan objektif, pendekatan ekspresif, pendekatan mimetik, pendekatan pragmatik, dan pendekatan interdisipliner saja, padahal banyak sekali tanda yang terdapat dalam pementasan drama. 2. Mahasiswa sebagai calon guru tidak menganggap penting tanda-tanda yang digunakan dalam pementasan drama, padahal mereka akan mengajarkan mengenai pementasan drama kepada siswa-siswinya.

8 3. Mahasiswa kurang peka terhadap sekitar sehingga sikap egois karena kurangnya sikap saling memahami antar sesama. C. Pertanyaan Penelitian Pada tesis ini, penelitian hanya difokuskan pada kajian semiotik pada simbol yang digunakan dalam drama, serta kajian nilai moral yang terkandung dan ingin disampaikan oleh pengarang kepada penonton. Bertitik tolak dari masalah tersebut, masalah penelitian secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah aspek-aspek semiotik yang terkandung pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere? 2. Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere? 3. Bagaimanakah penyusunan bahan ajar mata kuliah Kajian Drama di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dengan menggunakan hasil analisis kajian semiotik dan nilai moral pada pementasan drama? 4. Bagaimanakah respons mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan terhadap bahan ajar mata kuliah Kajian Drama berupa video pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja dan handout pengkajian pementasan drama?

9 D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan aspek-aspek semiotik yang terkandung pada pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere. 2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere. 3. Menyusun bahan ajar mata kuliah Kajian Drama di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia dengan menggunakan hasil analisis kajian semiotik dan nilai moral pada pementasan drama. 4. Mengetahui respons mahasiswa di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Negeri Medan terhadap bahan ajar mata kuliah Kajian Drama berupa video pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja dan handout pengkajian pementasan drama. E. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini memiliki banyak manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan teoretis untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran kajian drama yang akan dilaksanakan di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat

10 memberikan sumbangan positif terhadap perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang drama. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi dosen mata kuliah Kajian Drama sebagai bahan ajar dalam pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Peneliti juga berharap penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mahasiswa dalam mengkaji drama. F. Anggapan Dasar Penelitian ini memiliki anggapan dasar yang merupakan dugaan awal sebagai berikut. 1. Pemahaman terhadap pementasan drama akan lebih baik jika dapat mengetahui makna pada pementasan tersebut dengan mengkajinya secara semiotik. 2. Pementasan drama mengandung nilai-nilai moral dalam kehidupan pada masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai refleksi kehidupan. 3. Pengajaran pementasan drama akan lebih bermakna jika mahasiswa dapat mengetahui makna yang terkandung di dalamnya, tidak hanya sekedar mengetahui struktur yang terkandung di dalamnya saja.

11 G. Definisi Operasional Penelitian ini memiliki definisi operasional yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Kajian Semiotik adalah penelaahan tanda-tanda yang terdapat dalam pementasan drama yang mempunyai makna tertentu. Semiotik yang terdapat dalam drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere dapat digali berdasarkan dua aspek, yaitu aspek cerita (sintaksis, semantik, dan pragmatik) dan aspek pementasan dengan mengkaji ikon spasial, ikon relasional, dan ikon metafora 2. Kajian nilai moral adalah analisis nilai baik atau buruk yang terkandung dalam pementasan drama yang ingin disampaikan oleh penulis naskah dan berguna bagi kehidupan manusia. Nilai moral ini dapat berupa nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam karya sastra. Nilai moral yang akan dianalisis dalam pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere antara lain: sikap saling menghormati, kesetiakawanan, kasih sayang orang tua kepada anak, sikap sopan santun, dan kejujuran. 3. Pementasan drama Ah, Matjam-matjam Maoenja karya Moliere adalah pertunjukan yang ditonton oleh banyak orang yang berisi dialog mengenai kehidupan masyarakat. Pementasan ini dimainkan oleh Studiklub Teater Bandung (STB) yang merupakan grup teater tertua di Bandung yang masih eksis dan terus berkarya. STB juga telah mementaskan lebih dari 100 drama baik di dalam maupun luar negeri sejak tahun 1958.

12 4. Bahan ajar mata kuliah Kajian Drama adalah bahan atau materi yang akan diajarkan kepada mahasiswa pada mata kuliah Kajian Drama agar standar kompetensi yang diinginkan tercapai. Bahan ajar yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Pemilihan bahan ajar untuk mahasiswa juga harus mempertimbangkan bahasa dalam bahan ajar, psikologi, dan latar belakang budaya. Bahan ajar juga harus menarik minat mahasiswa karena hal tersebut dapat membuat mahasiswa dapat mengingat lebih lama materi yang ia pelajari. Materi yang dapat menarik minat adalah materi yang baru bagi mahasiswa sehingga ia lebih antusias untuk mempelajarinya. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika minat siswa terhadap materi lebih baik, begitu juga sebaliknya, tujuan pembelajaran akan sulit tercapai jika minat siswa kurang terhadap bahan ajar. Minat yang diperoleh ini akan terlihat dari sikap siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan, bertanya jika tidak tahu yang akan menghasilkan kerja sama, dan memperhatikan pembelajaran saat sedang berlangsung.