BAB I PENDAHULUAN. ukuran kecukupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Permasalahan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. United Nation Development Programme (UNDP) telah mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. maka sekarang ini hampir semua orang tua mengharapkan anak-anaknya dapat

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Karir dipandang

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas, karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kemudahan dalam memasuki dan meraih peluang kerja, kesempatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

PENGEMBANGAN PROFESIONAL GURU. Oleh : WISNU WARDHONO. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia, tentang

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang mengalami perkembangan pesat dalam kurun beberapa abad ke belakang. Era globalisasi yang mewarnai abad 21 telah memunculkan pandangan baru tentang arti bekerja. Arti bekerja kini lebih luas dari sekadar makna mencari nafkah dan ukuran kecukupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Permasalahan yang muncul dalam dunia kerja pun dirasakan lebih rumit dan bervariasi jika dibandingkan dengan permasalahan di masa-masa sebelumnya. Dunia kerja kini telah berkembang menjadi lebih kompleks dan terspesialisasi, dengan begitu banyak jenis pekerjaan yang melibatkan produk-produk dan layanan yang lebih variatif jika dibandingkan dengan pekerjaan di masa lalu yang begitu sederhana. Para pekerja masa kini dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan dunia kerja. Pendidikan tinggi kini menjadi modal standar yang harus dimiliki jika ingin mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi dan kesejahteraan hidup yang terjamin. Dalam hal persyaratan kerja sendiri, standar yang diharapkan secara umum dari pelamar kerja adalah mengenyam pendidikan tinggi selepas SMA. Dengan standar pendidikan tersebut para pekerja masa kini diharapkan memiliki kompetensi yang lebih baik dari mereka yang hanya lulusan SMA. Singkat kata, perguruan tinggi dianggap sebagai pencetak tenaga 1

2 profesional yang dapat menyesuaikan diri terhadap laju perkembangan dunia kerja saat ini. Untuk mencapai kesuksesan, individu perlu mengidentifikasi tujuan mereka dalam bekerja yang dapat menopang mereka menempuh tantangan, menemukan tugas-tugas yang sesuai bagi diri mereka, dan memacu usaha mereka dalam meningkatkan kemampuan akademik yang berkaitan dengan area pekerjaan yang ingin mereka tekuni. Individu perlu mengembangkan perspektif yang tepat mengenai pekerjaan yang akan membantu mereka mengembangkan personal strengths mereka dalam mengidentifikasi dan menekuni pilihan karir yang menurut mereka dapat memuaskan tujuan hidup mereka. Perspektif yang dimaksud adalah memahami pentingnya peran tujuan hidup (Steger and Dik, dalam N. R. Kosine, M. F. Steger, S. Duncan, 2008) Bekerja pada dasarnya merupakan salah satu sarana mencapai tujuan hidup. Artinya dengan bekerja, apa yang diharapkan atau yang menjadi tujuan hidup dapat tercapai. Namun, saat ini kebanyakan dari para tenaga kerja tidak memiliki tujuan yang jelas dalam memilih pekerjaan dan juga dalam menjalankan pekerjaan itu sendiri. Pengangguran seringkali bukan hanya muncul akibat kurangnya lowongan pekerjaan yang sesuai, namun karena tenaga kerja itu sendiri tidak mengetahui secara pasti pekerjaan seperti apa yang ingin mereka lakukan. Berdasarkan hasil Survey Sosial Skonomi Daerah (SUSEDA) Jawa Barat tahun 2004, didapatkan data mengenai proporsi penduduk setengah menganggur. Berdasarkan survey tersebut, penduduk setengah menganggur baik laki-laki maupun perempuan yang tertinggi angka prosentasenya ada pada kelompok usia

3 muda dan kelompok usia tua, dengan usia muda yaitu dibawah 23 tahun. Besarnya jumlah setengah menganggur pada kelompok usia muda ada hubungannya dengan tanggung jawab, umumnya pada usia tersebut mereka belum menikah dan masih hidup bersama orangtua, sehingga kurang bersungguh-sungguh dalam menghadapi pekerjaan (W. Eridiana, 2004). Berdasarkan Human Development Index Ranking (Indeks Peringkat Pembangunan Manusia), pada tahun 2002, Indonesia menempati urutan ke 111 dalam hal kualitas sumber daya manusia di bawah negara-negara ASEAN lain yakni Singapura (peringkat 25), Brunei Darussalam (33), Malaysia (59), Thailand (76), dan Philipina (83) (http//:humandevelopment.com/ diakses Juni 2007). Pada tahun 2004, mutu SDM Indonesia berada di posisi 112 dari 175 negara. Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas SDM Indonesia bukan saja berada dalam taraf yang rendah, namun juga mengalami penurunan. Sebagai akibatnya, SDM Indonesia secara umum menjadi kekurangan daya saing di dunia yang semakin kompetitif ini. Pengguna jasa biasanya mengharapkan lahirnya orang yang memiliki kemampuan kognitif dan motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan, kompetensi interpersonal dan orientasi nilai yang memungkinkan mereka untuk menunjukkan performance kerja yang efektif (Chickering, 1993:23). Sekarang ini, para para lulusan perguruan tinggi diharapkan untuk menemukan tujuan mereka dalam bekerja. Tujuan hidup dikaitkan sebagai salah satu syarat utama agar dapat merasakan kepuasan dalam hidup dan pekerjaan, terutama bagi mereka yang memandang pekerjaan mereka lebih dari sekedar

4 sarana untuk menghasilkan uang. Orang-orang yang menghayati pekerjaan mereka sebagai salah satu sumber dalam mencari arti kehidupan diharapkan menjadi lebih terikat dengan pekerjaan mereka, dapat bekerja lebih efektif dalam sebuah tim, memiliki komitmen yang lebih kuat terhadap tempat mereka bekerja, dan memperoleh kepuasan yang lebih besar dari hasil kerja keras mereka (Steger & Dik, dalam N. R. Kosine, M. F. Steger, S. Duncan, 2008). Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut perubahan di berbagai bidang, dari ilmu pengetahuan, teknologi, hukum hingga sistem komunikasi. Informasi dari satu tempat ke tempat lain bergerak dengan cepat dan arusnya pun sulit bahkan tidak bisa untuk dibendung. Banjirnya informasi melanda berbagai hal dalam kehidupan, sehingga menggoyahkan tata nilai masyarakat terutama masyarakat yang sedang berkembang. Hal ini menjadikan permasalahan hidup semakin kompleks, baik yang menyangkut hubungan dengan orang lain ataupun yang terjadi pada diri individu itu sendiri, seperti stress kerja, konflik rumah tangga, masalah anak dan lain-lain. Banjirnya informasi yang didapat dari media komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat juga menggoyahkan tata nilai dalam masyarakat. Menurut Soetarlinah Soekadji dalam kondisi semacam inilah, iklim untuk mengembangkan profesi membantu, seperti psikologi menjadi relevan (Jurnal ISPI, 1993:11). Dalam Mukadimah Kode Etik Himpunan Psikologi Indonesia dijelaskan bahwa dalam kegiatannya, Ilmuwan Psikologi dan Psikolog Indonesia mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku manusia dalam bentuk pemahaman bagi dirinya dan pihak lain serta memanfaatkan

5 pengetahuan dan kemampuan tersebut bagi kesejahteraan manusia. Dari berbagai universitas di Indonesia, Universitas X merupakan salah satu perguruan tinggi yang memiliki fakultas psikologi. Fakultas Psikologi Universitas X Bandung, bertujuan menghasilkan sarjana psikologi yang dapat memahami proses dasar psikologi dan juga melakukan penilaian (assessment) psikologi sehingga dapat menginterpretasikan tingkah laku manusia, baik perorangan maupun kelompok sesuai kaidah-kaidah psikologi. Lebih lanjut sarjana psikologi juga diharapkan mampu membantu orang lain dalam menemukan dan mengembangkan tujuan hidupnya. Hal ini sesuai dengan salah satu bentuk pengabdian profesi psikologi yang membantu orang lain untuk memahami perilaku manusia. Sebagai calon sarjana psikologi yang mempunyai tugas demikian, mahasiswa diharapkan juga memiliki pengetahuan dan melakukan asesmen sederhana tentang kemampuan diri mereka sendiri sehingga hal tersebut bisa membantu mereka untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai dirinya. Selain itu, dengan karakter profesi yang demikian, mahasiswa juga diharapkan telah mengetahui dan menetapkan tujuan hidup mereka agar mampu membuat pemetaan yang jelas mengenai usaha-usaha apa yang perlu mereka lakukan untuk memenuhi target-target dari tujuan hidup mereka tersebut. Saat ini sarjana psikologi di Indonesia diwajibkan mengikuti ketentuan yang dibuat oleh HIMPSI dalam hal batasan kewenangan yang dimiliki terkait dengan praktik psikologi. Menurut pengertian yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Psikologi Indonesia saat ini kewenangan yang dimiliki

6 oleh lulusan S1 psikologi adalah sebatas memberikan jasa psikologi tetapi tidak berhak dan tidak berwenang untuk melakukan praktik psikologi di Indonesia. Fakultas Psikologi Universitas X merupakan satu-satunya fakultas psikologi yang mengadakan mata kuliah sertifikasi bagi mahasiswa S1 untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan khusus yang diharapkan menjadi nilai lebih bagi para mahasiswanya setelah menjadi sarjana psikologi bila dibandingkan dengan sarjana psikologi dari universitas lain. Mata kuliah sertifikasi dapat dikontrak oleh mahasiswa tingkat akhir yang sudah menempuh berbagai prasyarat yang dibutuhkan untuk mengontrak mata kuliah ini. Dari berbagai pilihan mata kuliah sertifikasi yang disediakan, mahasiswa dapat memilih mana yang sesuai dengan keinginan maupun minat dan tujuan mereka. Agar program ini menjadi efektif, dalam menentukan mata kuliah sertifikasi apa yang akan mereka ambil para mahasiswa tingkat akhir diharapkan telah memiliki gambaran mengenai bidang apa yang mereka minati dan yang akan mereka tekuni dalam membangun karir mereka di dunia kerja selanjutnya. Memilih karir adalah salah satu keputusan yang paling penting dalam kehidupan seseorang dan berkaitan erat dengan tujuan hidup seseorang. Keputusan ini berdampak jangka panjang, baik pada penghasilan, gairah dan kenyamanan kerja, bahkan keberhasilan hidup. Lebih dari sekedar pekerjaan, karir adalah panggilan hidup, wahana yang dibangun seseorang untuk mengekspresikan bakat dan kemampuan dirinya. Peneliti kemudian melakukan survey awal terhadap 30 mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Dari survey yang telah

7 dilakukan, didapat gambaran bahwa sebanyak 10 mahasiswa (33,3%) belum melakukan perencanaan pekerjaan dan juga belum mencari informasi yang mendalam mengenai pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan mereka. Mereka belum mencari informasi-informasi yang berkenaan dengan pekerjaan yang sesuai dengan bidang pendidikan mereka dan pekerjaan seperti apa yang sesuai dengan minat mereka sehingga perencanaan pekerjaan tidak dapat dilakukan. 14 mahasiswa (46,6%) lainnya mengatakan bahwa mereka telah melakukan pencarian informasi, namun sifatnya hanya informasi yang umum dan tidak mendalam. Sementara 6 mahasiswa (20%) sisanya mengatakan bahwa mereka telah memiliki perencanaan yang jelas mengenai pekerjaan apa yang akan mereka lakukan selepas kuliah. Peneliti juga mengajukan pertanyaan seputar minat pribadi dan hubungan interpersonal dengan keluarga dan lawan jenis. Dari survey didapatkan bahwa sebanyak 19 orang mahasiswa (63,3%) masih merasa sulit untuk menentukan halhal apa yang penting bagi diri mereka. Mereka merasa hal-hal tersebut masih berubah dan mereka belum yakin tentang akan kemana mereka dan apa yang sebenarnya ingin mereka lakukan. Contohnya saja diantara mereka masih ada yang belum dapat menentukan mana yang harus diprioritaskan antara pergi kuliah atau menerima ajakan teman untuk bermain, mereka mengatakan belum menyadari manfaat dari kuliah untuk diri mereka. Sebanyak 11 mahasiswa (36,6%) lainnya telah memiliki prioritas yang jelas mengenai hal-hal apa yang paling penting bagi diri mereka dan bagaimana mereka merencanakan tujuantujuan bagi hal-hal yang menjadi prioritas mereka. Contohnya saja diantara

8 mereka biasanya telah memiliki rencana untuk magang di tempat tertentu selepas kuliah atau langsung melanjutkan studi S2. Hasil ini menggambarkan bahwa masih ada diantara para mahasiswa tersebut yang bahkan belum memiliki gambaran yang pasti mengenai apa yang penting dan menjadi prioritas bagi diri mereka. Padahal, minat pribadi atau penetapan skala prioritas merupakan salah satu aspek yang berkembang seiring dengan kesadaran mengenai panggilan hidupnya (Chickering, 1993). Melalui survey yang sama peneliti memperoleh hasil sebanyak 9 orang mahasiswa (30%) merasa masih belum menghayati perubahan status mereka dalam keluarga yang tadinya sebagai anak, kini merupakan individu dewasa yang harus siap untuk membangun kehidupan baru diluar keluarga. Mereka merasa belum dapat memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri dan masih membutuhkan dukungan finansial dari orang tua. Dalam hubungan dengan pasangan pun mereka merasa belum terlalu yakin untuk mengambil keputusan mengenai komitmen yang akan mereka jalin sebagai pasangan yang dewasa ke depannya. Sedangkan sebanyak 9 mahasiswa (30%) lainnya menghayati bahwa mereka kini adalah individu dewasa dan sudah berusaha untuk membangun kehidupan baru diluar keluarga mereka. Mereka mulai mencoba untuk hidup terpisah dari keluarga dan walaupun belum sepenuhnya lepas dari dukungan finansial orangtua mereka merasa telah memiliki tanggung jawab untuk segera lepas dari dukungan finansial orangtua dan mulai menata kehidupan baru mereka. Begitu pula dengan komitmen terhadap pasangan hidup mereka. Mereka telah menjalin suatu komitmen dengan pasangan mereka dan merasa telah cukup siap untuk menjalin

9 komitmen yang lebih serius. Sedangkan 12 orang sisanya (40%) dalam hal ini belum memiliki gambaran yang pasti mengenai komitmen mereka terhadap pasangan dan juga belum mengevaluasi kembali status mereka dalam keluarga setelah lulus kuliah nanti. Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai gambaran dari tiap dimensi Purpose of Life, yaitu vocational plans and aspiration, personal interests, dan interpersonal and family commitmens yang sedang dilewati oleh mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung.

10 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis 1. Sebagai tambahan informasi pada ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan mengenai Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir. 2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti Purpose of Life dan mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan hal tersebut. 1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada para mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mengenai Purpose of Life agar mahasiswa dapat mengembangkan dan mengarahkan diri sesuai dengan purpose yang mereka miliki. 2. Memberikan informasi kepada Fakultas Psikologi Universitas X Bandung mengenai bagaimana Purpose of Life yang dimiliki oleh para mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas X Bandung sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengembangkan pembinaan bagi pengarahan diri para calon lulusan fakultas tersebut. 1.5. Kerangka Pikir Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung rata-rata berusia 20-23 tahun, menurut Santrock (1999) usia ini termasuk dalam

11 tahap perkembangan dewasa muda. Pada tahap perkembangan ini mahasiswa sudah tergolong sebagai pribadi yang dewasa dan dapat bertanggung jawab untuk dirinya sendiri ataupun orang lain. Selaras dengan teori perkembangan tersebut mahasiswa tingkat akhir perlu mulai beradaptasi dengan kehidupan setelah perguruan tinggi. Tahap ini dimulai pada saat mahasiswa berada pada tahap akhir studinya dan perlu merencanakan kehidupan selanjutnya. Proses transisi yang lancar dapat dilalui jika ada kejelasan mengenai rencana hidup, karir, pendidikan, keluarga dan tanggung jawab dalam keluarga, serta tantangan yang mungkin dihadapi di masa depan. Menurut Chickering (1993) Developing Purpose terkait dengan pengarahan diri yang sesuai (koheren) dengan identitas diri yang terintegrasi dengan minat pendidikan dan pilihan karir, serta gaya hidup yang dipilih. Pada umumnya mahasiswa tingkat akhir diharapkan telah memiliki gambaran mengenai apa yang menjadi perhatian utama mereka saat ini yaitu masa depan. Pada mahasiswa tingkat akhir terdapat variasi yang luas mengenai rencana kongkrit yang telah mereka miliki saat ini, antara lain sejumlah mahasiswa telah memiliki rencana jangka pendek seperti pemilihan mata kuliah sertifikasi apa yang sesuai dengan minat dan tujuan mereka setelah lulus. Ada juga mahasiswa yang memiliki rencana jangka panjang seperti perencanaan untuk beberapa tahun kedepan, serta terdapat juga beberapa dari mereka yang bahkan belum memiliki rencana sama sekali. Adanya variasi rencana yang dimiliki oleh mahasiswa tingkat akhir menggambarkan intentionality. Dalam hal ini menjadi intentional berarti memiliki keterampilan dalam memilih prioritas secara sadar, dalam

12 menyelaraskan tindakan dengan tujuan yang telah dibuat, kemudian dalam memotivasi diri secara konsisten terhadap goal, serta dalam ketekunan walaupun menghadapi rintangan. Intentionality sendiri merupakan pengarahan diri awal dari mahasiswa sebelum akhirnya mengembangkan Purpose of life. Intentionality pada mahasiswa tingkat akhir terlihat dari perilaku-perilaku mahasiswa yang telah terarah pada tujuan-tujuan yang telah mereka tetapkan sebelumnya, diantaranya dalam menjalani perkuliahan mahasiswa tidak hanya mengambil mata kuliah sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan namun lebih dari itu mereka telah mulai menyadari bahwa mengambil mata kuliah berhubungan dengan fokus mereka terhadap suatu bidang ilmu yang mereka minati. Jadi dalam melakukan sesuatu di bidang perkuliahannya, mahasiswa telah mulai segala bentuk tindakan yang mereka ambil dan konsekuensinya sesuai dengan tujuan yang telah mereka buat. Penghayatan mengenai intentionality kemudian akan mengarahkan mahasiswa untuk menemukan tujuan-tujuan yang lebih konkrit dan bersifat jangka panjang. Lebih dari sekedar merencanakan kegiatan sehari-hari, mahasiswa akan mengembangkan satu set pemikiran yang utuh mengenai apa yang menjadi panggilan hidup dan tujuan mereka di masa depan. Sejalan dengan apa yang Chickering ungkapkan dalam pembahasannya mengenai Purpose of life, pengembangan diri untuk menemukan tujuan hidup pada mahasiswa tingkat akhir meliputi tiga dimensi, yaitu vocational plans and aspiration, personal interests, dan interpersonal and family commitmens.

13 Hal yang paling penting dalam dimensi vocational plans and aspiration adalah menemukan Vocation (panggilan diri) yang maknanya lebih dari sekedar mendapatkan sebuah pekerjaan. Vocation adalah perasaan yang kuat atau dapat dikatakan panggilan yang dirasakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Vocation yang dimaksudkan disini dapat mencakup pekerjaan-pekerjaan yang mendapatkan bayaran maupun pekerjaan-pekerjaan yang tidak dibayar. Mahasiswa yang memiliki kejelasan mengenai vocation-nya menemukan hal-hal yang mereka cintai untuk mereka lakukan, hal-hal yang membuat mereka merasa lebih berenergi dan yang membuat mereka merasa menemukan diri mereka sepenuhnya, hal-hal yang menggunakan talenta yang mereka miliki dan menantang mereka untuk mengembangkan talenta yang baru, dan hal-hal yang mengaktualisasikan potensi yang mahasiswa miliki dalam mencapai hasil yang terbaik. Sementara mahasiswa yang belum memiliki kejelasan dalam hal vocation-nya tidak dapat merasakan adanya ikatan atau makna panggilan hidup terhadap pekerjaan yang ditekuninya, dan juga hanya sekedar mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan finansial. Aspek yang penting dalam pemilihan pekerjaan adalah bahwa pekerjaan yang dipilih oleh individu akan selaras dengan value yang ia miliki. Jika mahasiswa telah mengetahui value apa yang paling penting dalam hidup mereka atau secara sederhana mengetahui hal-hal apa yang paling penting dalam hidup mereka, mahasiswa akan dapat menyaring pilihan pekerjaan yang ingin mereka tekuni dengan lebih efektif.

14 Dimensi selanjutnya dalam Purpose of Life yaitu personal interests. Jika vocational plans and aspiration lebih menjelaskan bagaimana panggilan hidup mahasiswa yang diwujudkan dalam hal pekerjaan yang ia pilih setelah lulus, maka personal interest berkaitan dengan visi hidup mahasiswa secara umum dan bagaimana mereka mengisi waktu luang mereka. Personal interests berkembang seiring dengan perkembangan mahasiswa sebagai individu dari masa remaja ke masa dewasa. Banyak hal penting saat remaja yang dipertahankan sewaktu mahasiswa beralih ke masa dewasa, namun hal-hal penting ini juga kemudian akan berubah pada masa dewasa. Hal ini disebabkan karena banyak hal tidak sesuai lagi dengan peran mahasiswa sebagai orang dewasa ataupun hal-hal tersebut tidak lagi memberikan kepuasan seperti semula. Mahasiswa tingkat akhir yang telah memiliki kejelasan mengenai personal interest akan memiliki visi yang jelas mengenai hidupnya. Mereka juga memiliki hobi yang produktif yang bisa mereka lakukan di waktu luang. Sementara mereka yang belum memiliki kejelasan mengenai personal interest akan merasa kesulitan atau tidak dapat menentukan hobi yang produktif yang akan mereka lakukan untuk mengisi waktu luang. Dimensi selanjutnya yang menggambarkan purpose of life pada mahasiswa tingkat akhir adalah interpersonal and family commitmens. Peralihan untuk menjadi seorang dewasa ditandai dengan pencantuman komitmen, baik yang berhubungan dengan pernikahan, anak, pekerjaan ataupun gaya hidup. Karena inilah yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan mereka selanjutnya. Masa dewasa awal merupakan periode yang paling banyak mengalami perubahan.

15 Mahasiswa tingkat akhir digolongkan dalam masa dewasa awal. Menurut Santrock (2004) individu pada masa ini memasuki usia produktif, dimana individu mampu melepasakan ketergantungannya mula-mula dari orang tua, selanjutnya dari teman-teman hingga mencapai taraf otonomi hak secara ekonomi maupun pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Di masa ini mahasiswa memusatkan dirinya terhadap hubungan yang cukup dekat (intimacy). Berkaitan dengan membentuk komitmen interpersonal, mahasiswa tingkat akhir akan mempertimbangkan pilihan gaya hidup mereka. Mereka yang telah memiliki kejelasan dalam dimensi ini berarti telah memutuskan suatu pilihan mengenai gaya hidup yang akan mereka tempuh setelah lulus kuliah. Gaya hidup yang dimaksud disini berkaitan dengan membina hubungan dengan calon pasangan hidup ataupun komitmen untuk melajang. Selain itu juga kejelasan mengenai dimensi ini dapat dilihat dari penghayatan mengenai hubungan dengan keluarga diantaranya mahasiswa menghayati bahwa mereka harus mulai menata kehidupan mereka sendiri terlepas dari keluarga dan memiliki hidup yang mandiri. Salah satu pilihan yang dapat ditempuh adalah keluar dari rumah dan hidup terpisah dengan orang tua ataupun mulai membiayai kehidupannya sendiri. Dari berbagai gaya hidup tersebut, tujuan yang diinginkan adalah membangun identitas yang matang dan memiliki hubungan dekat yang positif dengan orang lain. Kesemua dimensi yang dihayati oleh mahasiswa dalam membangun Purpose of Life merupakan hal-hal yang tidak dapat dipisahkan dari faktor individu itu sendiri. Ada faktor-faktor baik dalam diri maupun dari luar diri yang

16 mempengaruhi berkembangnya dimensi-dimensi dalam purpose of life. Faktorfaktor tersebut terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri yaitu tipe kepribadian dan faktor yang berasal dari luar diri yaitu relasi antara mahasiswa dan dosen, cara mengajar dosen, persahabatan dan komunitas mahasiswa, serta program dan pelayanan student development. Setiap individu adalah unik dan keunikan setiap individu merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi Purpose of Life yang mereka miliki. Salah satu keunikan tersebut tergambar dalam kepribadian mahasiswa yang beragam. Tipe kepribadian akan mengarahkan mahasiswa pada suatu kecenderungan berperilaku dalam konteks menemukan Purpose of Life mereka. Mahasiswa yang memiliki pola perilaku tipe A (Friedman & Rosenman, dalam A. Setiawan, 2008) selalu berorientasi pada kegiatannya, menetapkan target serta batasan waktunya. Mereka cenderung agresif, berambisi, dan memiliki daya saing yang kuat sehingga dalam menemukan Purpose of Life-nya mereka akan cenderung terfokus untuk menemukan hal apa yang menjadi tujuan mereka terutama dalam bidang pekerjaan. Walaupun demikian, apabila dilihat dari karakteristik kepribadiannya mereka cenderung kurang sabar dan ingin mencapai hal tersebut dalam waktu yang singkat. Berlainan dengan mahasiswa yang berkepribadian Tipe A, mahasiswa dengan kepribadian Tipe B, karakteristiknya ditandai dengan adanya sikap yang rileks dan tenang tanpa adanya perasaan bersalah jika tidak melakukan sesuatu. Sehingga dalam prosesnya, mahasiswa dengan tipe kepribadian B akan lebih

17 berfokus untuk menemukan panggilan hidup mereka dalam hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, seperti menekuni hobi-hobi mereka. Selanjutnya faktor eksternal yaitu, relasi antara mahasiswa dan dosen yang tercipta selama masa kuliah akan menjadi bahan bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai apa saja jenis pekerjaan yang dapat mereka tekuni selepas kuliah. Lebih jauh dari itu, hubungan yang dekat antara mahasiswa dengan dosen memungkinkan mahasiswa melihat suatu model yang utuh dari individu yang telah mengembangkan kesemua aspek Purpose of Life-nya. Berbagai hal seperti bagaimana perkembangan karir dosen, bagaimana kehidupan mereka dalam keluarga, maupun apa yang mereka lakukan diluar pekerjaan tetap mereka membantu mahasiswa untuk bercermin dan mengenali dirinya sendiri. Selanjutnya, kualitas dari pengajaran juga berperan dalam mengembangkan Purpose of Life mahasiswa. Kualitas pengajaran dapat terkait juga dengan tersedianya berbagai pilihan program dalam perkuliahan yang dapat disesuaikan dengan minat pribadi mahasiswa. Dengan mengontrak program yang sesuai dengan minatnya maka mahasiswa dapat menentukan sendiri tujuan mereka, menentukan batasan-batasan dalam hal-hal apa yang akan pelajari selanjutnya, dan bagaimana mereka mengevaluasi diri mereka sendiri mengenai apa yang telah mereka kerjakan. Relasi persahabatan dan proses dialog yang berlangsung selama relasi membantu mahasiswa mendapatkan kejelasan mengenai value dan tujuan yang mereka hayati. Percakapan dengan teman-teman mengenai apa cita-cita dan harapan-harapan mereka di masa depan menyediakan kesempatan bagi mahasiswa

18 untuk merefleksikannya dalam diri mereka sendiri. Diskusi mengenai nilai-nilai apa yang mahasiswa masing-masing yakini justru menjadi suatu penguat mengenai value apa yang terpenting dalam hidup mereka. Program dan pelayanan student development pun berperan bagi Purpose of Life mahasiswa tingkat akhir. Program dan pelayanan tersebut dapat berupa pusat pelayanan kemahasiswaan (bimbingan karir dan konseling), badan eksekutif mahasiswa, dan student activities. Badan eksekutif mahasiswa yang berada di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung yaitu Senat Mahasiswa, sedangkan student activites berupa berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa yang diselenggarakan dalam naungan Universitas X. Kedua organisasi ini menyediakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengembangkan dan mengeksplorasi diri sehingga kedepannya diharapkan dapat membantu mahasiswa menjadi pribadi yang lebih terarah dan mengetahui tujuan apa yang sesuai bagi dirinya. Dengan demikian kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya dapat menjadi sarana untuk menemukan panggilan hidup para mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Psikologi Universitas X.

19 Faktor internal yang mempengaruhi: - Tipe Kepribadian Vocational plans and aspiration Jelas Tidak Jelas Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas 2. Psikologi Universitas X Bandung 3. Intentionality Purpose of Life Personal interests Interpersonal and family commitmens Tinggi Rendah Jelas Tidak Jelas Faktor eksternal yang mempengaruhi: - Relasi antara mahasiswa dan dosen - Cara mengajar - Persahabatan dan komunitas mahasiswa - Program dan pelayanan student development Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran

20 3.3. Asumsi Penelitian Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi di Universitas X memiliki Purpose of Life yang didasari oleh adanya Intentionality Purpose of Life pada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi di Universitas X terlihat melalui gambaran dari masing-masing dimensinya yaitu vocational plans and aspiration, personal interests, dan interpersonal and family commitmens. Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya dimensi-dimensi dari Purpose of Life terdiri dari faktor yang berasal dari dalam diri yaitu tipe kepribadian dan faktor yang berasal dari luar diri yaitu, relasi antara mahasiswa dan dosen, cara mengajar, persahabatan dan komunitas mahasiswa, program dan pelayanan student development.