EFEKTIVITAS DIALISER PROSES ULANG (DPU) PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (HEMODIALISA)

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS MOTIVASI TERAPI HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH HEMODIALISIS PADA PENDERITA GAGAL GINJAL DI RSUD. DR. PIRNGADI. Oleh: PREVISHA KALIAHPAN

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2


PERBEDAAN KADAR UREUM-KREATININ SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN OBAT ANTITUBERKULOSIS FASE AWAL

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

PENGARUH PEMBALIKAN DOUBLE LUMENT CATHETER TERHADAP ADEKUASI DIALISIS PADA PASIEN HEMODIALISA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

PERBEDAAN KADAR KREATININ DARAH ANTARA HEMODIALISA 2 KALI DENGAN 3 KALI PER MINGGU PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. serius di dunia yang insidensinya meningkat setiap tahun. Walaupun penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta Unit Gamping. Data dikumpulkan pada bulan

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 5 Statistika Inferensia (1)

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK PATOLOGI GAGAL GINJAL KRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 6 Statistika Inferensia (2)

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB V HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321 EFEKTIVITAS DIALISER PROSES ULANG (DPU) PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK (HEMODIALISA) Ratnawati Institut Teknologi Indonesia E-mail: ratnawatibenito@yahoo.com Abstrak: Tingginya biaya Hemodialisis (HD) merupakan kendala utama dalam tindakan HD bagi penderita gagal ginjal kronik. Salah satu cara untuk mengurangi biaya HD adalah dengan menggunakan Dialiser Proses Ulang (DPU). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan Dialiser Proses Ulang (DPU) bagi penderita gagal ginjal kronik. Metode yang gunakan dengan melakukan pengamatan terhadap penurunan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD pada pemakaian Dialiser Baru (DPU1), pemakaian DPU ke-5 (DPU5) dan ke-10 (DPU10), kemudian data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Statistika Deskriptif dan Inferensi. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan selisih kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD, tidak terlalu signifikan pada DPU1 dan DPU5, namun cukup signifikan untuk DPU10 Kata kunci : hemodialisis, dialiser proses ulang, kadar ureum, kadar kreatinin, efektivitas Abstract: The cost of HD is a major constraint for HD therapy for patients with chronic renal failure undergoing HD. Oneway to reduce cost is to use a Re-Used Dialiser (DPU). The purpose of this study to determine how effective the use of DPU for those who have the chronic renal failure. The method used is to make observation of decreased levels of blood urea before and after use a new dialiser (DPU1), in 5th (DPU5) and 10th (DPU10). Then the data obtained will be analyzed using statistical descriptive and inference. The result can be concluded that there are differences in level blood urea before and after HD. The result are not significant at DPU1 and DPU5, but significant enough at DPU10. Key words: hemodialysis, dialiser reprocessing, urea levels, creatinine levels, effectiveness PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah masalah tingginya biaya Cuci darah atau Hemodialisis (HD) merupakan kendala utama dalam tindakan HD bagi penderita gagal ginjal kronik. Dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997, telah berdampak pada makin tingginya biaya pengobatan, sehingga pasien harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal untuk satu kali tindakan hemodialisis. Salah satu cara untuk mengurangi biaya HD adalah dengan menggunakan Dialiser Proses Ulang (DPU). Salah satu faktor yang menyebabkan mahalnya biaya hemodialisis adalah harga ginjal buatan (dialiser) yang cukup tinggi. Saat ini ginjal buatan belum dapat di produksi di dalam negeri sehingga harus diimpor, di antaranya dari Jerman, Amerika Serikat dan Jepang. Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan kini diakui sebagai suatu kondisi umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit dan GGK. Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (hemodialisis) Berdasarkan Pusat Data & Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, jumlah pasien gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60 % nya adalah usia dewasa dan usia lanjut. Menurut Depkes RI 2009, pada peringatan Hari Ginjal Sedunia bahwa hingga saat ini di Indonesia terdapat sekitar 70 ribu orang pasien gagal ginjal kronik yang memerlukan penanganan terapi cuci darah dan hanya 7.000 pasien gagal ginjal kronik atau 10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin dan PT. Askes. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Dialiser Proses Ulang (DPU) terhadap penurunan kadar ureum darah pasien yang menjalani terapi hemodialisis dilihat pada perbedaan rataan penurunan kadar ureum darah dengan penggunaan dialiser baru (DPU1), dialiser proses ulang ke-5 (DPU5), dan dialiser proses ulang ke-10 (DPU10). Jurnal Ilmiah WIDYA 48 Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014

Hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dengan penelitian ini bahwa ada perbedaan penurunan kadar ureum darah antara pemakaian dialiser pertama (DPU1) dengan dialiser proses ulang ke lima (DPU5) dan dialiser proses ulang kesepuluh (DPU10) pada pasien hemodialisis di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Data pada penelitian ini merupakan data yang dikumpulkan dari hasil pemeriksaan ureum darah sebelum dan sesudah HD pada pemakaian dialiser baru, pemakaian DPU ke-5 dan ke-10 pada 25 pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani HD dengan menggunakan DPU. Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan di Unit Dialisis RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta dalam kurun waktu 4 bulan dari bulan Agustus hingga Desember 2010, terhadap penurunan kadar ureum darah pada sampel yang sama saat penggunaan dialiser baru (DPU1), dialiser proses ulang ke-5 (DPU5) dan dialiser proses ulang ke-10 (DPU10). Populasi adalah semua pasien yang menjalani hemodialisis kronik di Unit Dialisis RS Cipto Mangunkusumo, yang menggunakan dialiser proses ulang.sampel sebanyak 25 orang dipilih secara acak dengan kriteria sebagai berikut: (1) Pasien yang telah menjalani hemodialisis > 1 tahun, (2) Pasien hemodialisis menggunakan dialiser proses ulang, (3) Pasien diperiksa kadar ureum darah sebelum dan sesudah hemodialisis pada saat menggunakan dialiser pemakaian pertama (DPU 1), dialiser proses ulang ke-5 (DPU 5) dan dialiser proses ulang ke- 10 (DPU 10), (4) Lama hemodialisis 10 12 jam/minggu. Data yang telah dikumpulkan sebelum dianalisis, terlebih dahulu dilakukan: (1) shorting; yaitu untuk mendapatkan data yang betul-betul diperlukan, (2) editing; dilakukan sebelum proses pemasukan data untuk menghindari terjadinya kesalahan dan ketidaklengkapan pada pengisian kuesioner. Editing data pertama kali dilakukan dengan cara mengecek kembali kelengkapan jawaban pada kuieioner yang telah dikumpulkan dari responden, (3) cleaning; yaitu membersihkan data, jika ada jawaban atau data yang tidak sesuai dan (4) entry data; yaitu memasukkan data ke dalam program Minitab. Data kadar ureum darah dengan DPU1, DPU5 dan DPU10; sebelum dan sesudah HD masing-masing diberi nama Sblm(1) dan Ssdh(1), Sblm(2) dan Ssdh(2) dan Sblm(3) dan Ssdh(3). Sedangkan selisih kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU1, DPU5 dan DPU10 masing-masing diberi nama Selisih(1), Selisih(2) dan Selisih(3) yang disimpan dalam 9 variabel (kolom). Data yang telah dimasukkan ke dalam program Minitab tersebut diolah dengan menggunakan metode Statistika Deskriptif dan Statistika Inferensi, sehingga dihasilkan informasi yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. PEMBAHASAN Hemodialisis Cuci darah (Hemodialisis, sering disingkat HD) adalah salah satu terapi pada pasien dengan gagal ginjal dalam hal ini fungsi pencucian darah yang seharusnya dilakukan oleh ginjal diganti dengan mesin. Dengan mesin ini pasien tidak perlu lagi melakukan cangkok ginjal, namun hanya perlu melakukan cuci darah secara periodik dengan jarak waktu tergantung dari keparahan dari kegagalan fungsi ginjal. Fungsi ginjal untuk pencucian darah adalah dengan mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, ureum, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain. Cuci darah dilakukan jika ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik atau biasa disebut dengan gagal ginjal. Kegagalan ginjal ini dapat terjadi secara mendadak (gagal ginjal akut) maupun yang terjadi secara perlahan (gagal ginjal kronik) dan sudah menyebabkan gangguan pada organ tubuh atau sistem dalam tubuh lain. Hal ini terjadi karena racun racun yang seharusnya dikeluarkan oleh ginjal tidak dapat dikeluarkan karena rusaknya ginjal. Kelainan yang dapat terjadi yaitu meningkatnya kadar keasaman darah yang tidak bisa lagi diobati dengan obat obatan, terjadinya ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh, kegagalan jantung memompa darah akibat terlalu banyaknya cairan Jurnal Ilmiah WIDYA 49 Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014

yang beredar di dalam darah, terjadinya peningkatan dari kadar ureum dalam tubuh yang dapat mengakibatkan kelainan fungsi otak, radang selaput jantung, dan perdarahan. Menurut Brian J.G Pereira (2005:1038) bahwa cuci darah dapat dilakukan sementara waktu apabila kerusakan fungsi ginjal bersifat sementara, biasanya sering terjadi pada kasus gagal ginjal akut. Tetapi, pada kasus gagal ginjal kronik dimana kerusakan fungsi ginjal bersifat permanen, maka cuci darah dilakukan seumur hidup pasiennya. Tidak ada klasifikasi seragam pada tahap penyakit gagal ginjal kronik. Dialiser Proses Ulang (DPU) DPU adalah penggunaan dialiser lebih dari satu kali untuk pasien yang sama. Umumnya dipakai kembali bila volume dialiser 80% dari dialiser baru. Pemakaian DPU pertama kali dilaporkan pada tahun 1964. Sejak saat itu, DPU telah banyak digunakan di beberapa negara. Data dari catatan medis tahun 2007 di Unit HD RSCM didapatkan 96% pasien HD menggunakan DPU. Ureum Darah dan Kreatinin Darah Salah satu fungsi ekskresi ginjal adalah mengekskresikan produk akhir Nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea, asam urat dan kreatinin.(alfred K. Cheung, 1999:350). Nilai normal ureum dalam darah orang dewasa dari 5 25 mg/dl. Pada Pasien penyakit ginjal yang laju filtrasi glomerulusnya sangat menurun, konsentrasi ureum plasmanya sangat meningkat. Penurunan ureum dipakai sebagai parameter melihat kemampuan DPU untuk membersihkan ureum dalam darah pasien dan juga merupakan bahan yang secara praktis dapat diukur sebagai pertanda adekuasi proses HD. Fungsi ginjal dapat juga dilihat dengan mengukur kadar kreatinin dalam darah. Semakin tinggi kadar kreatinin pada darah menunjukkan menurunnya fungsi ginjal. Nilai normal kreatinin dalam darah manusia kurang dari 1,2 mg/dl. Tingginya tingkat kreatinin menunjukkan jatuh laju filtrasi glomerulus dan sebagai akibat penurunan kemampuan ginjal mengekskresikan produk limbah. Hasil Analisis data Dengan menggunakan Metode Statistika Deskriptif dilakukan pemeriksaan pola sebaran ke 9 variabel data yang disebutkan pada bagian Entry data di atas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan grafik histogram. Kesembilan variabel menunjukkan pola sebaran yang hampir normal, yang merupakan syarat untuk melakukan analisis dengan Metode Statistika Inferensi. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, pengujian hipotesis selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU1 memberikan nilai p = 0,000 dengan nilai T = 20,51. Pengujian hipotesis selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU5 memberikan nilai p = 0,000 dengan nilai T = 21,57. Pengujian hipotesis selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU10 memberikan nilai p = 0,000 dengan nilai T = 16,37. Hasil keluaran dengan menggunakan program Minitab sebagai berikut: a. Uji selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU1. Tabel 1. Paired T for Sblm(1) - Ssdh(1) Sblm(1) 25 166,000 42,765 8,553 Ssdh(1) 25 78,800 22,922 4,584 Difference 25 87,2000 21,2623 4,2525 95% CI for mean difference: (78,4234; 95,9766) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 20,51 p- Value = 0,000 b. Uji selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU5. Tabel 2. Paired T for Sebelum (2) Sesudah (2) Sblm (2) 25 159,840 37,752 7,550 Ssdh (2) 25 74,320 18,016 3,603 Difference 25 85,5200 19,8266 3,9653 95% CI for mean difference: (77,3360; 93,7040) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 21,57 p-value = 0,000 c. Uji selisih rataan kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan DPU10. Tabel 3. Paired T for Sblm(3) - Ssdh(3) Sblm(3) 25 148,360 44,985 8,997 Ssdh(3) 25 69,120 20,807 4,161 Difference 25 79,2400 24,2062 4,8412 95% CI for mean difference: (69,2482; 89,2318) T-Test of mean difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 16,37 p- value = 0,000 Jurnal Ilmiah WIDYA 50 Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014

Analisis selanjutnya adalah membandingkan selisih rataan penurunan kadar ureum darah dengan menggunakan DPU1, DPU5 dan DPU10. Hasil analisis terhadap data 25 sampel ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rataan selisih penurunan kadar ureum darah pada penggunaan DPU1 (mean 87,20), DPU5 (mean 85,52) dan DPU 10 (mean 79,24), dengan p-value = 0,402 > 0,05. Dengan nilai p yang seperti ini, maka perbedaan rataan selisih kadar ureum dapat dinyatakan tidak nyata (tidak signifikan atau tidak berarti). Dengan perkataan lain penggunaan DPU1, DPU5 atau DPU10 memberikan perbedaan selisih atau penurunan kadar ureum darah yang tidak terlalu berarti, sekalipun ada perbedaan itu. Hasil keluaran program sebagai berikut: a. Uji selisih rataan kadar ureum darah menggunakan DPU1 (Selisih1) dengan DPU5 (Selisih2). Tabel 5. Two-Sample T-Test and CI: Selisih(1); Selisih(3) Two-sample T for Selisih(1) vs Selisih(3) Selisih(1) 25 87,2 21,3 4,3 Selisih(3) 25 79,2 24,2 4,8 Difference = mu (Selisih(1)) - mu (Selisih(3)) Estimate for difference: 7,96000 95% CI for difference: (-5,00300; 20,92300) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,24 P-Value = 0,223 DF = 47 c. Uji selisih rataan kadar ureum darah menggunakan DPU5 (Selisih2) dengan DPU10 (Selisih3). Gambar 3. Boxplot Selisih2 dan Selisih3 Gambar 1. Boxplot Selisih1dan Selisih2 Tabel 4. Two-Sample T-Test and CI: Selisih(1); Selisih(2) Two-sample T for Selisih(1) vs Selisih(2) Selisih(1) 25 87,2 21,3 4,3 Selisih(2) 25 85,5 19,8 4,0 Difference = mu (Selisih(1)) - mu (Selisih(2)) Estimate for difference: 1,68000 95% CI for difference: (-10,01060; 13,37060) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,29 P-Value = 0,774 DF = 48 Both use Pooled StDev = 20,5570 Tabel 6. Two-Sample T-Test and CI: Selisih (2); Selisih(3) Two-sample T for Selisih (2) vs Selisih (3) Selisih(2) 25 85,5 19,8 4,0 Selisih(3) 25 79,2 24,2 4,8 Difference = mu (Selisih(2)) - mu (Selisih(3)) Estimate for difference: 6,28000 95% CI for difference: (-6,31650; 18,87650) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,00 P- Value = 0,321 DF = 46 d. Uji selisih rataan kadar ureum darah menggunakan DPU1(Selisih1), DPU5 (Selisih2) dengan DPU10 (Selisih3). b. Uji selisih rataan kadar ureum darah menggunakan DPU1 (Selisih1) dengan DPU10 (Selisih3). Gambar 2. Boxplot Selisih1 dan Selisih3 Gambar 4. Boxplot Selisih1, Selisih2 dan Selisih3 Keluaran program yang memberikan selang kepercayaan 95% untuk rataan (Individual 95% CIs For Mean, CI= Confidence Interval). Dari keluaran ini terlihat Jurnal Ilmiah WIDYA 51 Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014

bahwa semua rataan selisih kadar ureum darah berada pada interval 75,43 sampai 92,54. Dengan perkataan lain, perbedaan rataan selisih kadar ureum darah tidak signifikan sebagai berikut: Tabel 7. Individual 95% CIs For Mean Based OnPooled StDev Level N Mean StDev -----+-----+-----+-----+ Selisih(1) 25 87,20 21,26 (------------*-----------) Selisih(2) 25 85,52 19,83 (-----------*------------) Selisih(3) 25 79,24 24,21 (-----------*------------) 77,0 84,0 91,0 98,0 Keluaran program ini memperlihatkan adanya perbedaan rataan selisih kadar ureum darah, namun perbedaan tidak nyata, yang terlihat dari terlihat bahwa semua rataan selisih kadar ureum darah berada pada interval 75,43 sampai 92,54, dengan nilai p = 0,402. Tabel 8. One-way ANOVA: Selisih(1); Selisih(2); Selisih(3) Source DF SS MS F P Factor 2 880 440 0,92 0,402 Error 72 34347 477 Total 74 3522 PENUTUP Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan kadar ureum darah sebelum dan sesudah melakukan HD pada penggunaan ketiga dialiser, DPU1, DPU5, dan DPU10. 2. Terdapat perbedaan selisih (penurunan) kadar ureum darah pada penggunaan ketiga dialiser. 3. Berdasarkan selang kepercayaan 95% dan uji hipotesis dengan α = 0,05 terhadap rataan selisih kadar ureum darah, diperoleh bahwa perbedaan ini tidak nyata (tidak terlalu berarti). 4. Penggunaan DPU dalam hemodialisis terhadap ke 25 sampel pasien, memberikan rataan selisih kadar ureum darah yang tidak terlalu siginfikan pada DPU1 dan DPU5, yaitu 1,68. Namun perbedaan penggunaan dari DPU5 ke DPU10 adalah 6,28. Saran-saran 1. Telah banyak kemajuan yang dicapai dengan pemakaian DPU dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penggunaan DPU yang aman adalah sampai 5 atau 6 kali. 2. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa memang rataan selisih kadar ureum darah sebelum dan sesudah HD dengan menggunakan DPU10 adalah paling rendah sehingga sebaiknya tidak menggunakan DPU sampai 10 kali. DAFTAR PUSTAKA Cheung, Alfred K. et.al, Effect of Dialysis Membranes and Middle Molecule Removal on Chronic Hemodialysis Patient Survival. American Journey of Kidney Diseases, Volume 33,1999. Gibbons, Jean Dickinson and Chakraborti, Subhabrata, Nonparametric Statistical Inference.4th Ed. CRC ISBN 0-8247-4052-1,2005. Levin, Nathan W. et.al., Effect of Dyalisis Dose and Membrane Flux in Maintenance Hemodyalisis. The New England Journal of MedicineVol.347,No.25 Dec 19,2002. Levin, Sanda Kaufman. Mediation in Environmental Disputes. Conflict Revolution. Volume II, 2001. Pereira, Brian J.G. et.al, Does Predialysis Nephrology Care Influence Patient Survival After Initiation of Dialysis?, Official Journal of The International Society of Nephrology 67, 2005. Siegel, Sidney & John Castellan JR. Nonparametric Statistics for the Behavioral Sciences, Second Edition. McGraw-Hill International Editions,1988. Situmorang, Tunggul. Indonesia Jauh Tertinggal. Dialife. Edisi Desember.Buletin Informasi Kesehatan Ginjal. 2009. Supriyadi, Wagiyo, Sekar Ratih Widowati. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat (KEMAS) Volume 6 No.2.Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Univ.Negeri Semarang,2011. Wasserman, Larry, All of Nonparametric Statistics. Springer. ISBN: 0387251456, 2007. http: //www.ikc.or.id/2012/06/11/mengenal-cuci-darah-hemodialisis Jurnal Ilmiah WIDYA 52 Volume 2 Nomor 1 Maret-April 2014