POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Oleh : Tyas Putri Maharani ( ABSTRACT

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN POTENSI AKUIFER AIR TANAH: STUDI KASUS DI KECAMATAN MASARAN, KEDAWUNG DAN SIDOHARJO, KABUPATEN SRAGEN

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

PENGUKURAN GEOLISTRIK PADA DAERAH RAWAN GERAKAN TANAH DI KOTA SEMARANG UNTUK IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

DETEKSI KEBERADAAN AKUIFER AIR TANAH MENGGUNAKAN SOFTWARE IP2Win DAN ROCKWORK 2015

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

Cara arus mengalir di bumi Elektronik (Ohmik) Arus mengalir lewat media padat (logam, batuan, dll.)

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

GEOLOGI KAMPUS TEMBALANG. Wahju Krisna H, Fahrudin *)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

Identifikasi Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam dengan Metode Geolistrik (Kasus: Di Kecamatan Masaran)

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

MENENTUKAN AKUIFER LAPISAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN GRIYO PUSPITO DAN BUMI TAMPAN LESTARI

PENYELIDIKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK UNTUK PENELITIAN AIR TANAH, DI ASRAMA RINDAM - SENTANI, KABUPATEN 7AYAPURA, PROPINSI PAPUA

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Modul Pelatihan Geolistrik 2013 Aryadi Nurfalaq, S.Si., MT

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENYELIDIKI INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN PANTAI KOTA SEMARANG (KALIGAWE)

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS UNTUK MENENTUKAN ZONA INTRUSI AIR LAUT DI KECAMATAN GENUK SEMARANG

BAB 2 DASAR TEORI. Gambar 2.1 Interaksi antara air tanah dengan struktur geologi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

PENDUGAAN KETERDAPATAN AKIFER AIRTANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK DI KECAMATAN SUKATANI - KABUPATEN PURWAKARTA

BAB III METODA PENELITIAN. mendapatkan hasil yang maksimal. Adapun tahapan yang dilakukan teruraikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

APLIKASI METODE GEOLISTRIK DALAM SURVEY POTENSI HIDROTHERMAL (STUDI KASUS: SEKITAR SUMBER AIR PANAS KASINAN PESANGGRAHAN BATU)

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

PROSPEK DAN POTENSI AIR TANAH DI DAERAH LAPANGAN GOLF BADDOKA KOTA MAKASSAR BERDASARKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PENYEBARAN AKUIFER DI FORMASI NANGGULAN PADA SISI TIMUR DOME KULON PROGO BERDASARKAN DATA SOUNDING RESISTIVITY

PENGARUH JENIS BATUAN TERHADAP AIR LARIAN (RUN OFF) BERDASARKAN UJI LAJU INFILTRASI DI KOTA SEMARANG BAGIAN SELATAN, JAWA TENGAH

Pemetaan Akuifer Air Tanah Di Sekitar Candi Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Dengan Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan Jenis

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

IDENTIFIKASI INTRUSI AIR LAUT KE DALAM AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI PANTAI BAJULMATI MALANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

PEMETAAN AIR TANAH MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS WENNER SOUNDING (Studi Kasus Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)

BAB III METODA PENELITIAN. Bab ini akan menjelaskan bebarapa tahapan yang dilakukan untuk

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

ANALISIS INTRUSI AIR LAUT MEGGUNAKAN DATA RESISTIVITAS DAN GEOKIMIA AIRTANAH DI DATARAN ALUVIAL KOTA SEMARANG

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

APLIKASI METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI AIRTANAH ASIN DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN REMBANG, KABUPATEN REMBANG

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

Pemetaan Penyebaran Pola Akuifer dengan Metode Resistivitas Sounding Konfigurasi Schlumberger di Daerah Dayu Gondangrejo Karanganyar

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 1-5 PENDUGAAN POLA SEBARAN LIMBAH TPA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

METODE EKSPERIMEN Tujuan

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

POTENSI AIR TANAH DI DAERAH CIKARANG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BEKASI BERDASARKAN ANALISIS PENGUKURAN GEOLISTRIK

PENDUGAAN AKUIFER AIRTANAH DI PESISIR PULAU SOLOR, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

Gravitasi Vol.13 No.1 ISSN:

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 2, April 2013 ISSN

POTENSI SUMBERDAYA AIR TANAH DI SURABAYA BERDASARKAN SURVEI GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

ANALISA KONDUKTIVITAS HIDROLIKA PADA SISTIM AKUIFER

BAB III METODE PENELITIAN

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

Transkripsi:

POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**) Abstract Provision of clean water in an area need both now and future dating. Provision of clean water can be done by utilizing the potential of existing surface water and ground water. Geoelectric method is widely use for groundwater investigation. Geoelectric observations at 10 observation points can generate Aquifer Zone Map of Tembalang and surroinding areas. Key words: surface water, ground water, geoelectric method Pendahuluan Air merupakan bagian penting dari kehidupan mahluk hidup. Penggunaanya semakin hari semakin meningkat, sejalan dengan perkembangan wilayah kota. Penyelidikan airtanah dengan studi zona akuifer merupakan solusi baik di masa depan untuk mengetahui sebaran airtanah. Penyelidikan airtanah ini dilakukan dengan metode geolistrik, yaitu dengan cara mengetahui resistivitas dari batuan. Dari data ini nantinya akan dapat diketahui persebaran dari batuan akuifer. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan pengembangan wilayah kota, khususnya sekitar Universitas Diponegoro Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui zona akuifer sesuai dengan kondisi geologi berdasarkan data survei geolistrik pada lokasi penelitian. Sedangkan tujuan penelitian adalah: 1. Menentukan letak zona akuifer pada lokasi penelitian berdasarkan data geolistrik 2. Menentukan kedalaman zona akuifer 3. Menentukan jenis akuifer 4. Menentukan sebaran airtanah di lokasi penelitian Stratigrafi Regional Geologi Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut: 1. Aluvium (Qa) Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau. 2. Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg) Batuannya berupa lava andesit, berwarna abu-abu kehitaman, berbutir halus, holokristalin, komposisi terdiri dari felspar, hornblende dan augit, bersifat keras dan kompak. 3. Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk) Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras. ------------------------------------------------------------- *) Staf Pengajar Jurusan teknik Geologi FT Undip **) Mahasiswa Jurusan teknik Geologi FT Undip 4. Formasi Jongkong (Qpj) Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. 5. Formasi Damar (QTd) Batuannya terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. 6. Formasi Kaligetas (Qpkg) Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. 7. Formasi Kalibeng (Tmkl) Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. 8. Formasi Kerek (Tmk) Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Prinsip Kerja Geolistrik Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah 'Elektroda Arus' A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah 'Elektroda Tegangan' M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar. Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. TEKNIK Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 95

Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Metoda geolistrik adalah salah satu metoda geofisika yg didasarkan pada penerapan konsep kelistrikan pada masalah kebumian. Tujuannya adalah untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi batuan bawah-permukaan terutama kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik (konduktivitas atau resistivitas). Aliran listrik pada suatu formasi batuan terjadi terutama karena adanya fluida elektrolit pada pori-pori atau rekahan batuan. Oleh karena itu resistivitas suatu formasi batuan bergantung pada porositas batuan serta jenis fluida pengisi pori-pori batuan tsb. Batuan porous yg berisi air atau air asin tentu lebih konduktif (resistivitas-nya rendah) dibanding batuan yg sama yg pori-porinya hanya berisi udara (kosong). Temperatur tinggi akan lebih menurunkan resitivitas batuan secara keseluruhan karena meningkatnya mobilitas ion-ion penghantar muatan listrik pada fluida yg bersifat elektrolit. Konfigurasi Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah. 1. Konfigurasi Dipole Konfigurasi Dipole pada prinsipnya menggunakan 4 buah elektroda yaitu pasangan elektroda arus (AB) yang disebut 'Current Dipole' dan pasangan elektroda potensial (MN) yang disebut 'Potential Dipole'. Pada konfigurasi Dipole elektroda arus dan elektroda potensial bisa terletak tidak segaris dan tidak simetri. Gambar 1. Macam konfigurasi dipole 2. Konfigurasi Wenner Konfigurasi Wenner dikembangkan oleh Wenner di Amerika yang ke-empat buah elektrodanya terletak dalam satu garis dan simetris terhadap titik tengah. Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB. Gambar.2. Konfigurasi Wenner Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat. Parameter yang diukur: jarak elektroda (a) beda potensial (v) kuat arus (i) Parameter yang dihitung: faktor geometri (k) hambatan jenis (R) tahanan jenis semu (ρa) Faktor geometri untuk metode Wenner: K = 2πa ρa = K.R = 2πaR ρa merupakan ρ (semu) karena bumi tidak homogen TEKNIK Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 96

ρ (sebenarnya) tergantung pada: ketebalan lapisan harga ρ lapisan di atasnya 3. Konfigurasi Schlumberger Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB. Gambar 3 Konfigurasi Schlumberger Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik 'high impedance' dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi. Keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya kurang dari 1.0 millivolt. Faktor geometrik (K) dapat dicari dari formula : K = K = 2π 1 1 1 + 1 C1P1 C 2P1 C1P2 C 2P2 2π 1 1 1 1 + b a b+ a b+ a b a 2 2 2 2 b2 a K = π [ ] a 4 ρ a = K. R Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dilakukan adalah pengambilan data geolistrik di area Universitas Diponegoro. Pengukuran geolistrik untuk mengetahui akuifer digunakan metode schlumberger. Tahapan Pengumpulan Data Tahapan ini merupakan tahapan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Data lapangan geolistrik konfigurasi schlumberger. Data lapangan yang dikumpulkan yaitu: a. Jarak antar stasiun dengan elektroda-elektrodanya (AB/2 dan MN/2) b. Arus (I) c. Beda potensial ( V) 2. Peta Geologi lembar Magelang dan Semarang skala 1 : 100.000. 3. Peta Kontur Airtanah Dalam CAT Semarang Demak. Tahapan Pengolahan Data Tahapan ini merupakan tahapan perhitungan dan analisis. 1. Tahap Perhitungan Pada tahap ini data lapangan geolistrik metode Schlumberger diolah dan didapatkan nilai R, K (faktor geometrik) dan ρa (tahanan jenis semu) dengan rumus sebagai berikut : a. Menghitung hambatan jenis (R) b. Menghitung faktor geometrik (K) b = AB/2 a = MN/2 x 2 c. Menghitung tahanan jenis semu (ρa) 2. Tahap Analisis Tahap analisis dilakukan dengan menggunakan software IP2Win, tahanan semu akan diolah dan dikorelasikan antar titik sehingga akan terlihat kondisi bawah permukaannya. Gambar 4. Skema perjalanan arus pada Metode Schlumberger Hasil Penyelidikan Geolistrik TEKNIK Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 97

Pada penentuan zona akuifer dengan metode resitivitas dilakukan penyelidikan geolistrik sebanyak 10 titik pada area kampus Universitas Diponegoro. Lokasi penelitian ini berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Semarang berada pada Formasi Kaligetas (Qpkg) yang tersusun oleh breksi volkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufan, dan batulempung. Setelah dilakukan pengolahan data penyelidikan geolitrik dapat diketahui kondisi geologi bawah permukaan dari penampang geolistrik yang dibuat. (penampang terlampir) a) Cross section A B Penampang A B memiliki arah utara selatan. Pada sayatan ini menggambarkan adanya litologi batulempung (berwarna biru) dengan nilai resistivitas 1,2 11 Ωm, kemudian diatasnya berupa batupasir tufan (berwarna hijau hingga kuning) dengan nilai resistivitas 10 35 Ωm, dan lapukan breksi volkanik pada permukaan (berwarna merah) dengan nilai resistivitas 35 60 Ωm. Yang berpotensi sebagai akuifer pada daerah ini adalah batupasir tufan terlerletak pada kedalaman 30 80 m dari permukaan. b) Cross section A D Penampang A D memiliki arah barat timur. Pada sayatan ini menggambarkan adanya litologi batulempung (berwarna biru) dengan nilai resistivitas 1,5 15 Ωm, kemudian diatasnya berupa batupasir tufan (berwarna hijau hingga kuning) dengan nilai resistivitas 10 40 Ωm, dan lapukan breksi volkanik pada permukaan (berwarna merah) dengan nilai resistivitas 35 80 Ωm. Yang berpotensi sebagai akuifer pada daerah ini adalah batupasir tufan terlerletak pada kedalaman 30 50 m dari permukaan. c) Cross section B C Penampang B C memiliki arah barat laut - tenggara. Pada sayatan ini menggambarkan adanya litologi batulempung (berwarna biru) dengan nilai resistivitas 1,7 20 Ωm, kemudian diatasnya berupa batupasir tufan (berwarna hijau hingga kuning) dengan nilai resistivitas 10 45 Ωm, dan lapukan breksi volkanik pada permukaan (berwarna merah) dengan nilai resistivitas 35 80 Ωm. Yang berpotensi sebagai akuifer pada daerah ini adalah batupasir tufan terlerletak pada kedalaman 50 80 m dari permukaan. d) Cross section F G Penampang F G memiliki arah barat daya timur laut. Pada sayatan ini menggambarkan adanya litologi batulempung (berwarna biru) dengan nilai resistivitas 1,5 15 Ωm, kemudian batupasir tufan (berwarna hijau hingga kuning) dengan nilai resistivitas 10 30 Ωm, dan lapukan breksi volkanik pada permukaan (berwarna merah) dengan nilai resistivitas 30 40 Ωm. Yang berpotensi sebagai akuifer pada daerah ini adalah batupasir tufan terlerletak pada kedalaman 37 55 m dari permukaan. e) Cross section E H Penampang E H memiliki arah barat utara selatan. Pada sayatan ini menggambarkan adanya litologi batulempung (berwarna biru) dengan nilai resistivitas 1,5 15 Ωm, kemudian batupasir tufan (berwarna hijau hingga kuning) dengan nilai resistivitas 10 30 Ωm, dan lapukan breksi volkanik pada permukaan (berwarna merah) dengan nilai resistivitas 30 50 Ωm. Yang berpotensi sebagai akuifer pada daerah ini adalah batupasir tufan terlerletak pada kedalaman 40 60 m dari permukaan. Dari 5 cross section yang telah dibuat memberikan gambaran bahwa terdapat 3 jenis litologi yaitu batulempung, batupasir tufan, dan breksi volkanik. Dan aquifer yang bagus ada pada batupasir tufan. Walaupun, batupasir memiliki porositas yang besar namun karena mengandung tufaan sehingga permeabilitasnya tidak sebesar batupasir biasa. Daerah Penyebaran Airtanah Berdasarkan analisis data geolistrik, diperoleh bahwa akuifer yang terisi air di daerah penelitian tereletak pada kedalaman lebih dari 60 meter dibawah muka tanah setempat. Litologi akuifer tersebut termasuk dalam batuan vulkanik yang terdiri dari batupasir tufan dan breksi volkanik. Airtanah mengisi pori pori dari batuan. Airtanah bersumber dari Gunung Ungaran, oleh karena itu arah aliran yang dihasilkan berarah barat daya timur laut. Pada peta digambarkan elevasi dari akuifer dan dibagi menjadi 3 zona akuifer. Yaitu : a. Zona Akuifer I Pada wilayah ini akuifer memiliki elevasi lebih dari 172 mdpl atau pada kedalaman 30 80 m dari permukaan. Akuifer berupa batupasir tufan dengan nilai tahanan jenis 10 35 Ωm. b. Zona Akuifer II Pada wilayah ini akuifer memiliki elevasi 150 mdpl 171 mdpl dan pada kedalaman 50-80 m dari permukaan. Akuifer berupa batupasir tufan dengan nilai tahanan jenis 10 45 Ωm. c. Zona Akuifer III Pada wilayah ini akuifer memiliki elevasi lebih dari 125-149 mdpl atau pada kedalaman 40-60 m dari permukaan. Akuifer berupa batupasir tufan dengan nilai tahanan jenis 10 30 Ωm. Gambar 5. Peta Zona Akuifer TEKNIK Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 98

Section A B Section A D Section B - C Section F - G Section E -H Gambar 7. Penampang Geolistrik Kesimpulan 1. Hasil analisa dan interpretasi data geolistrik dan mempertimbangkan kondisi hidrogeologi serta memperhatikan referensi kisaran tahanan jenis batuan terhadap air, maka dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok batuan berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya. 2. Tabel 5.1 Sebaran litologi Tahanan Jenis Lapisan/litologi -15 Lempung 10 35 Batupasir tufan 35 60 Lapukan Breksi Volkanik >100 Breksi Volkanik Daftar Pustaka 1...., 2008. Hidrologi dan Hidrogeologi. 2. Broto, S dan Afifah, R.S. 2008. Pengolahan Data Geolistrik dengan Metode Schlumberger. 3. http://www.geolistrik/equipment.php.htm 4. http://www.geolistrik/geoelectric.php.htm 5. Krisna H, Wahju dan Fahrudin. 2008. Geologi Kampus Tembalang, Majalah Teknik Vol. 29 No 2 Tahun 2008 Universitas Diponegoro 6. Suharyadi. 1984. Geohidrologi (Ilmu Air Tanah). Yogyakarta : Teknik Geologi Universitas Gajah Mada. 7. http://kamusplanologi-a.blogspot.com/ (Semarang 30 Januari 2011) 3. Airtanah mengisi pori pori batuan seperti batupasir tufan dan breksi volkanik. 4. Tipe akuifer pada daerah kampus Universitas Diponegoro adalah akuifer tidak tertekan, dengan arah aliran barat daya timur laut. 5. Kedalaman akuifer pada daerah kampus Universitas Diponegoro berkisar antara 40 80 meter dari permukaan. Rekomendasi Apabila pada daerah ini akan dimanfaatkan airtanahnya dapat memanfaatkan pada wilayah zona akuifer I, karena elevasi dari akuifer diatas 172 mdpl dengan kedalaman 30 80 m dari permukaan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air dalam jumlah yang banyak. TEKNIK Vol. 33 No.2 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 99