1/3/2014 I. PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU

03/01/2014. UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU

OVERVIEW IMPLEMENTASI DAN EVALUASI RBA BLU. Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Urgensi Aspek Pengawasan Implementasi Pola Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

Oleh: Prof Dr H Jamal Wiwoho, SH,MHum PR II UNS

Instrumen Pengawasan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

1 of 6 18/12/ :41

NASKAH PERJANJIAN. Pelaksanaan KSO atau KSM dituangkan dalam naskah perjanjian. Paling kurang memuat:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

Dipisahkan PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM IMPLEMENTASI TIDAK DIPISAHKAN DIPISAHKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 92/PMK.05/2011 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 66/PMK.02/2006 TENTANG

TENTARA NASIONAL INDONESIA PERATURAN PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK.05/2007 TENTANG DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

BAB IV PEMBAHASAN. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK.05/2007 TENTANG DEWAN PENGAWAS BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II DASAR TEORI. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan akan. kerja dalam periode tertentu. Irham Fahmi (2011)

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

MEMAHAMI LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

Pengelolaan Keuangan BLU. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 09/PMK.02/2006 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PENGAWAS PADA BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG

POLA PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

TITIK KRITIS PENGAWASAN DEWAS PTN BLU DEWAS BLU UNS

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

SATUAN PEMERIKSA INTERNAL UIN ALAUDDIN MAKASSAR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG - RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR.24 TAHUN 2014 TENTANG. PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ASET PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- BERIKUT PENJELASANNYA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU Yogyakarta 22 s.d. 24 Juni 2012

03/01/2014 DEWAS. BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kewenangan Kanwil DJPb Dalam Revisi Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 35 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SELAYANG PANDANG PENGELOLAAN KEUANGAN MODEL BADAN LAYANAN UMUM* Oleh: Sutrisna Wibawa (PRII UNY)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN PEMERINTAH PUSAT. Created By: Ilma Rafika Andhianty Nur Pratiwi

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYUSUNAN RBA BLU. Direktorat Pembinaan PK BLU Bimtek Penyusunan RBA BLU Jakarta, 29 Maret 2012

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.74, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pengelolaan. Pinjaman. Badan Layanan Umum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

PERAN DEWAS PENGAWAS PTN BLU ; KONFLIK DAN PERMASALAHAN

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 2 1

PENGERTIAN BLU Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. pasal 1 PP no. 23/2005 3 TUJUAN BLU Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui: Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi, efisien, efektif dan produktivitas. Penerapan praktek bisnis yang sehat. Pengamanan aset negara yg dikelola BLU. Pasal 2 PP No. 23/2005 4 2

MANFAAT BLU Memberikan pelayan yang prima dengan berorientasi pada kepuasan konsumen. Mengoptimalkan PNBP dan mengefisienkan belanja BLU. Mereformasi birokrasi BLU dan mewujudkan good governance dengan melaksanakan prinsip efisien, efektif, ekonomis, produktif, transparan dan akuntabel. Melakukan pengelolaan keuangan yang mandiri dan otonom. 5 KARAKTERISTIK BLU Berstatus hukum tetap sebagai instansi vertikal K/L. Menghasilkan semi barang/jasa (quasi public goods) yg dijual kepada masyarakat. Tidak mengutamakan mencari keuntungan (laba). Dikelola dengan melaksanakan prinsip good governance (ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel) dan produktivitas serta ala korporasi. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada kementerian/lembaga induknya. Memiliki fleksibilitas dlm pengelolaan keuangan. 6 3

FLEKSIBILITAS BLU (1) Pendapatan dapat digunakan langsung dan SPJ pengesahannya dgn SP3B BLU yang diajukan ke KPPN paling lambat triwulanan. Pengelolaan belanja PNBP dpt dilakukan melebihi pagu sepanjang masih dalam ambang batas (flexible budget). Pengelolaan kas dgn investasi jangka pendek (dalam bentuk deposito). Pengelolaan piutang dengan memberikan piutang, dan menghapus piutang bersyarat. 7 FLEKSIBILITAS BLU (2) Pengelolaan utang jangka pendek dan jangka panjang. Pengelolaan Barang yang meliputi penghapusan barang inventaris dgn alasan efisiensi dan efektivitas, dan melakukan kerja sama aset tetap dalam rangka TUSI BLU (termasuk ATM/ kantor kas bank, kantin dan cafe, parkir, sewa aula/training center, sewa sarana olah raga, dan sewa wisma/guest house). Pengelolaan surplus sebagai saldo kas, dapat digunakan untuk biaya operasional (Bel barang maupun Modal) pada tahun anggaran berikutnya. 8 4

KEWAJIBAN BLU (1) Menyusun Rencana Strategis Bisnis Menyusun Rencana Kerja/Anggaran Satker Menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Membuka Rekening BLU dgn izin Menkeu Pengajuan SP3B utk pertanggung jawaban Menyusun Laporan Keuangan ( SAK dan SAP ) 9 KEWAJIBAN BLU (2) Membuat Sistem Akuntansi Keuangan yg ditetapkan oleh menteri teknis bersangkutan Mengusulkan tarif perjenis layanan kpd Menkeu melalui Menteri/Pimpinan Lembaga Membentuk Satuan Pemeriksaan Intern Membuka rekening BLU atas izin Menkeu Membuat SOP pengelolaan keuangan Membentuk Dewas bagi yang telah memenuhi persyaratan. 10 5

II. TUGAS DAN PERAN DEWAS 11 PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BLU (1) Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh Menteri K/L. Pembinaan keuangan BLU dilakukan oleh Menteri Keuangan. Untuk pelaksanaan pembinaan tersebut dibentuk Dewan Pengawas. Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Menteri K/L atas persetujuan Menteri Keuangan. Pasal 34 PP no. 23/2005 12 6

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN BLU (2) Dewan Pengawas (Dewas) BLU adalah organ BLU yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BLU. Dewan Pengawas melakukan pengawasan pengelolaan BLU yang dilakukan oleh pejabat pengelola BLU terhadap pelaksanaan Rencana Strategis Bisnis (RSB), Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), RKA K/L, DIPA dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. PMK 109/PMK.05/2007 13 TUJUAN PEMBENTUKAN DEWAS Untuk menjamin agar kegiatan pemberian layanan umum satker BLU bersangkutan dapat dilaksanakan sesuai tujuan pembentukan BLU. Untuk menjamin agar fleksibilitas pengelolaan keuangan BLU dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menjamin agar semua kewajiban satker BLU dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. 14 7

PEMBENTUKAN DEWAS (1) Dewas dibentuk dalam rangka pelaksanaan pengawasan BLU. Dewas dibentuk dengan Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan atas persetujuan Menteri Keuangan. Dewas terdiri atas unsur-unsur pejabat dari Kementerian Negara/Lembaga/Dewan Kawasan dan Kementerian Keuangan, serta tenaga ahli sesuai dengan kegiatan BLU. Masa jabatan anggota Dewas 5 tahun, dan dapat diangkat kembali untuk 1 kali masa jabatan. 15 PEMBENTUKAN DEWAS (2) Persyaratan Pembentukan Dewas: Realisasi omzet tahunan menurut LRA tahun terakhir, minimum sebesar Rp15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah), dan/atau Nilai aset menurut neraca, minimum sebesar Rp 75.000.000.000,- (tujuh puluh lima miliar rupiah). 16 8

PEMBENTUKAN DEWAS (3) Persyaratan Keanggotaan Dewas: Memiliki integritas, dedikasi, itikad baik, dan rasa tanggung jawab. Memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan BLU. Berpendidikan serendah-rendahnya S-1 atau yang sederajat. Dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas. Bukan merupakan pegawai BLU. Tidak pernah menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewas yang dinyatakan bersalah dan menyebabkan suatu badan usaha pailit, atau tidak pernah dihukum. Tidak sebagai Kepala Pemerintahan Daerah, anggota legislatif, penasehat menteri, dan staf khusus menteri. Penilaian calon anggota Dewas dilakukan melalui fit and proper test. 17 PEMBENTUKAN DEWAS (4) Jumlah Keanggotaan Dewas Nilai Omzet Tahunan (sesuai LRA) Persyaratan Nilai Aset (sesuai Neraca) Jumlah Anggota Rp15-30 milyar Rp75-200 milyar 3 orang: 1 dari kementerian teknis 1 dari kementerian keuangan 1 dari tenaga ahli/profesional >Rp 30 milyar > 200 milyar 3 orang tsb di atas, atau 5 orang: 2 dari kementerian teknis 2 dari kementerian keuangan 1 dari tenaga ahli/profesional 18 9

PEMBENTUKAN DEWAS (5) Sekretaris Dewas Organ Dewas yang membantu pelaksanaan tugas, kewajiban dan hak Dewas di bidang kesekretariatan. Sekretaris Dewas diangkat oleh Pemimpin BLU, atas persetujuan Dewas. Persyaratan Sekretaris Dewas dengan kriteria: memiliki integritas, dedikasi, itikad baik, dan rasa tanggung jawab. dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara. Mempunyai kemampuan di bidang IT dan memiliki pengetahuan di bidang layanan satker BLU bersangkutan dan keuangan. 19 PEMBENTUKAN DEWAS (6) Usulan pengangkatan Anggota Dewas disertai dengan informasi kompetensi paling sedikit terdiri atas: Daftar Riwayat Hidup. Salinan/fotocopy ijazah terakhir yang disahkan oleh pejabat berwenang. Salinan/fotocopy surat keputusan pengangkatan dalam jabatan struktural/fungsional pada K/L 20 10

KEWAJIBAN DEWAS (1) Menelaah RKA K/L dan RBA serta kebenaran pencantuman saldo awal dan saldo akhir pada RBA dan DIPA. Menadatangani RBA selaku pihak yang mengetahui RBA. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri/ Pimpinan Lembaga dan Menteri Keuangan mengenai RSB dan RBA. Melaporkan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga dan Menteri Keuangan jika terjadi gejala penurunan kinerja BLU. Mengikuti perkembangan kegiatan BLU, memberikan pendapat dan saran kepada Menteri/Pimpinan Lembaga dan Menteri Keuangan. 21 KEWAJIBAN DEWAS (2) Memberikan masukan, saran, atau tanggapan atas laporan keuangan dan laporan kinerja BLU kepada pejabat pengelola BLU. Memberikan masukan, saran, atau tanggapan atas kelayakan, kualitas, jumlah dan harga barang yang dibeli. Mengawasidan memberikan nasehat pelaksanaanpengelolaankeuanganbludan kepatuhan terhadap peraturan. PMK 109/PMK.05/2007 22 11

KEWAJIBAN DEWAS (3) Memberikan persetujuan penghapusan secara bersyarat terhadap piutang BLU dengan jumlah lebih dari Rp.200 juta s.d. Rp.500 juta per penanggung utang. PMK 230/PMK.05/2009 Memberikan persetujuan atas pinjaman jangka pendek untuk peminjaman yang bernilai di atas 10% s.d. 15% dari jumlah pendapatan BLU TA sebelumnya yang tidak bersumber dari APBN dan hibah terikat. PMK 77/PMK.05/2007 23 KEWAJIBAN SEKRETARIS DEWAS Menyiapkan penyelenggaraan rapat Dewas, termasuk menyiapkan undangan dan bahan-bahan rapat Dewas. Menghadiri rapat Dewas dan rapat gabungan Dewas dengan Pejabat Pengelola BLU. Mengelola, memutakhirkan dan menyimpan dokumen dan informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugas Dewas. Menyusun notulen rapat. Mengumpulkan data atau informasi yang relevan dengan pelaksanaan tugas Dewas. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Dewas secara berkala. Membantu Dewas dalam menyusun program kerja, laporan, pendapat, kajian dan saran Dewas. Melaksanakan kegiatan lain yang mendukung pelaksanaan tugas, kewajiban dan hak Dewas. 24 12

PENGGANTIAN DEWAS (1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan berwenang memberhentikan dan mengganti Anggota Dewas dari unsur pejabat Kementerian Negara/Lembaga/Dewan Kawasan dan unsur tenaga ahli. Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dapat mengusulkan pemberhentian dan penggantian anggota Dewas dari unsur pejabat Kementerian Keuangan. Menteri Keuangan berwenang memberhentikan dan mengganti Anggota Dewas dari unsur pejabat Kementerian Keuangan. Pemberhentian dan penggantian Dewas dapat berupa: Pemberhentian dan Penggantian Antar Waktu. Pemberhentian karena berakhir masa jabatan. Pemberhentian karena penerapan pengelolaan keuangan BLU berakhir. 25 PENGGANTIAN DEWAS (2) Pemberhentian dan Penggantian Antar Waktu dapat dilakukan apabila Anggota Dewas tidak dapat meneruskan masa jabatannya karena: tidak melaksanakan tugas dengan baik; tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan; terlibat dalam tindakan yang merugikan BLU; dipidana penjara; berhalangan tetap; mengundurkan diri; atau menduduki jabatan lain yang berakibat terjadi benturan kepentingan dalam pengawasan BLU atau munculnya halangan yang menganggu kemampuan untuk bertindak secara bebas dalam pengawasan BLU. Masa Jabatan Anggota Dewas Pengganti Antar Waktu ditetapkan selama sisa masa jabatan Anggota Dewas yang diganti. 26 13

EVALUASI LAPORAN DEWAS Dewas harus melaporkan tugasnya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga dan Menteri Keuangan paling sedikit satu kali dalam satu semester. (Psl 5 ayat 4 PMK : 109/PMK.05/2007) Pedoman Penyusunan Laporan Dewas Satker BLU merupakan acuan dalam penyusunan laporan (Perdirjen 08/PB/2008) 27 HASIL EVALUASI LAPORAN DEWAS Ruang Lingkup Evaluasi : Ketepatan Waktu Semester pertama paling lambat 30 hari setelah semester berakhir Semester kedua paling lambat 40 hari setelah tahun anggaran berakhir Keakuratan Penilaian terhadap Renstra, RBA dan pelaksanaannya Penilaian terhadap kinerja pelayanan, keuangan dan lainnya Penilaian ketaatan terhadap peraturan perundangundangan Penilaian permasalahan pengelolaan BLU dan solusinya Penilaian Saran dan rekomendasi Penyajian Kesesuaian format Perdirjen-08/PB/2008 28 14

KETEPATAN WAKTU REKAPITULASI KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN DEWAN PENGAWAS BLU DATA PER 30 OKTOBER 2012 No. Uraian Tahun Anggaran 2011 Tahun Anggaran 2012 Semester II Semester I 1 Satker BLU yang harus menyampaikan Laporan Dewas 37 42 2 Satker BLU yang tepat waktu menyampaikan laporan 5 6 3 Satker BLU yang terlambat menyampaikan laporan: a. Keterlambatan < 1 (satu) bulan 7 4 b. Keterlambatan > 1 (satu) bulan 19 11 4 Satker BLU yang belum/tidak menyampaikan laporan 6 21 Total laporan yang seharusnya masuk 37 42 Keterangan : - Periode laporan Semester I (Januari-Juni) disampaikan paling lambat 10 Agustus - Periode laporan semester II (Juli-Desember) disampaikan paling lambat 10 Februari 29 KEAKURATAN LAPORAN Angka yang ada di laporan dewas berbeda dengan Laporan Keuangan Satker BLU Data realisasi keuangan yang disampaikan tidak mencakup satu periode, misalnya laporan Dewas Semester II tapi data realisasi keuangan hanya sampai dengan bulan Nopember. Memperbandingkan data antara periode yang tidak setara, misalnya Juni-Juni, Desember-Desember. 30 15

PENYAJIAN LAPORAN Format laporan pada umumnya sudah mengacu ke Perdirjen 08/PB/2008, tetapi masih terdapat materi yang belum diungkapkan terutama tindak lanjut atas laporan dewas periode sebelumnya. Realisasi Pencapaian belum di bandingkan dengan target pada RBA Pada umumnya RBA disebutkan sudah sesuai dengan ketentuan, tetapi tidak diungkapkan secara jelas kesesuaiannya dengan Rencana Strategi Bisnis maupun dengan Visi dan Misi yang akan dicapai Data SDM, Sarana /Prasara sudah ada,tetapi tidak diungkapkan kesenjangannya dengan yang seharusnya dibutuhkan oleh satker BLU. 31 PERMASALAHAN UTAMA SATKER BLU Masih terdapat satker BLU yang belum tertib dalam mengajukan pertanggungjawaban berupa SP3B BLU. Sebagian besar satker BLU terlambat menyampaikan Laporan Keuangan (SAK dan SAP). Sebagian besar BLU belum mempunyai Sistem Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri K/L 32 16

PERMASALAHAN UTAMA SATKER BLU Masih banyak satker BLU yg mempunyai tarif per jenis layanannya tapi belum ditetapkan oleh Menkeu. Masih terdapat satker BLU yang belum menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern melalui SPI dengan efektif. Masih banyak pengukuran kinerja keuangan dan layanan belum dilakukan dengan konsisten dan memadai. Masih banyak pemanfaatan BMN yang dimiliki belum memiliki dasar hukum yang kuat. 33 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH DEWAS (1) 1. Rencana Strategis Bisnis (RSB) a) Dewas harus memastikan RSB yang ada masih berlaku/tidak daluwarsa. b) Dewas harus memastikan bahwa Standar Pelayanan Minimal (SPM) sudah diadopsi ke dalam RSB. c) Dewas harus memastikan bahwa RSB sesuai dengan Renstra K/L dan realistis untuk diwujudkan dalam jangka 5 tahun. d) Perubahan dalam RSB harus disetujui terlebih dahulu oleh Dewas, sebelum disampaikan kepada Menteri teknis dan Menteri Keuangan. e) Dewas harus mengevaluasi target kinerja yang terdapat di dalam RSB dibandingkan dengan capaian pada tahun berjalan. 34 17

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH DEWAS (2) 2. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) a) Dewas harus memastikan RBA berdasarkan pagu indikatif/sementara dan pagu definitif telah dievaluasi dan disahkan olehnya sebelum dikirim kepada Menteri teknis. b) Dewas mengevaluasi kesesuaian program/kegiatan dalam RBA yang akan dilakukan dengan RSB dan peraturan yang berlaku. c) Dewas mengevaluasi penggunaan standar biaya, kesesuaian belanja antara RBA dan RKA satker, kelayakan belanja, dan hal-hal lain untuk memastikan efisiensi belanja telah dilakukan. d) Dewas mengevaluasi target pendapatan yang akan dicapai dengan melihat progress PNBP yang telah dicapai oleh satker BLU dalam beberapa tahun terakhir. 35 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN OLEH DEWAS (3) e) Dewas memberikan masukan/saran kepada pemimpin BLU apabila terdapat ketidakpatuhan terhadap alokasi belanja satker BLU. f) Dewas membuat kertas kerja penelaahan RBA/Revisi RBA dan dapat memberitahukannya kepada Menteri teknis apabila terdapat indikasi pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. g) Dewas memonitor ketepatan waktu penyampaian RBA Definitif (7 hari kerja setelah tahun anggaran berjalan) kepada Kementerian Keuangan. h) Dewas mengevaluasi efektivitas pelaksanaan RBA tahun sebelumnya dan dituangkan ke dalam laporan Dewas. 36 18

FUNGSI RBA Dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran satker PK BLU Pedoman pelaksanaan kegiatan satker PK BLU Dokumen yang menggambarkan pencapaian kinerja satker PK BLU Dokumen yang menggambarkan proyeksi keuangan satker PK BLU RBA adalah untuk kepentingan satker PK BLU 37 KEMAMPUAN PENDAPATAN BLU A. Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat B. Hibah tidak terikat dan/ atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain, C. Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/ atau hasil usaha lainnya, D. Penerimaan lainnya yang sah dan/ atau E. Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN Pendapatan Jasa Lemb Keu Hasil penjualan Aset Tetap Pendapatan Sewa PMK 92/PMK.05/2011 Ps. 2 ay 4,7,8 38 19

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (1) 1. Tarif Layanan a. Dewas harus memastikan akuntabilitas seluruh pungutan kepada masyarakat harus telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan. Sebagai catatan, saat ini baru Universitas Hasanuddin yang memiliki PMK tarif layanan. b. Dewas mengevaluasi tarif layanan yang dikenakan agar memenuhi aspek kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan, dan kompetisi yang sehat. Tarif layanan yang ditetapkan tidak boleh terlalu mahal yang mengakibatkan tidak terjangkau oleh masyarakat, namun juga harus mempertimbangkan kelangsungan BLU untuk melayani masyarakat dan berinvestasi. c. Dewas dapat mengevaluasi besaran tarif layanan yang dikenakan kepada masyarakat, dan menyarankan kepada pemimpin BLU untuk mengajukan perubahan tarif layanan kepada Menteri Keuangan. 39 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (2) 2. Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU a. Dewas harus memastikan bahwa BLU minimal sekali dalam setiap triwulannya telah mengajukan Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP3B) BLU kepada KPPN. Saat ini masih terdapat satker BLU yang belum menyampaikan SP3B BLU sesuai ketentuan. b. Dewas harus menyampaikan bahwa ketepatan waktu penyampaian SP3B BLU merupakan salah satu indikator kinerja keuangan satker BLU. c. Dewas dapat mengevaluasi efektivitas pelaksanaan SOP pengelolaan keuangan intern satker BLU dengan memperhatikan waktu penyampaian SP3B BLU. d. Dewas dapat menilai kinerja satker berdasarkan pada penyerapan dana BLU dan pendapatan BLU yang diterima sesuai SP3B BLU. e. Untuk belanja yang bersumber dari RM APBN, pertanggungjawabannya dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 40 20

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (3) 3. Pengelolaan Kas a. Dewas harus memastikan satker BLU telah memiliki SOP Pengelolaan Pendapatan dan Belanja BLU atas dana yang berasal dari PNBP. b. Dewas harus memastikan bahwa satker BLU telah memiliki ijin pembukaan rekening dari Menteri Keuangan (cq Kuasa BUN Pusat) atas Rekening Operasional BLU, Rekening Dana Kelolaan BLU, dan Rekening Pengelolaan Kas BLU yang dimiliki. c. Dewas memberikan nasehat kepada satker BLU dalam hal uang yang mengendap dalam deposito (idle money) melebihi kebutuhan operasional dalam 6 bulan ke depan agar dapat digunakan untuk kepentingan belanja investasi atau hal lainnya yang berdaya guna. d. Dewas mengingatkan kepada BLU bahwa dana idle hanya boleh diinvestasikan untuk jangka pendek (tidak lebih dari 12 bulan) pada instrumen yang aman dan tidak boleh digunakan untuk investasi jangka panjang tanpa seijin Menteri Keuangan. 41 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (4) 4. Pengelolaan BMN a. Dewas harus memastikan bahwa pengadaan barang/jasa yang dilakukan telah memenuhi ketentuan Perpres 54/2010 jo. Perpres 70/2012 agar akuntabilitasnya dapat terjaga. b. Dewas memberikan nasehat bahwa pemanfaatan BMN dapat dilakukan oleh BLU hanya dalam rangka tupoksi/menunjang tupoksi dan hasilnya merupakan PNBP BLU. c. Dewas harus memastikan bahwa tarif layanan pemanfaatan BMN untuk menunjang tupoksi telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dalam PMK tarif layanan. d. Dewas memberikan nasehat dalam rangka penghapusan barang inventaris yang dimiliki oleh BLU. e. Dewas menjelaskan bahwa pemanfaatan BMN di luar tupoksi harus mendapatkan ijin dari Pengelola BMN. 42 21

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (5) 5. Pengelolaan Utang a. Dewas harus memastikan bahwa satker BLU memiliki SOP Pengelolaan Utang yang baik. b. Dewas menyampaikan kepada BLU bahwa utang yang diperbolehkan hanyalah utang jangka pendek (utang dagang) untuk kepentingan operasional satker BLU. Utang berupa pinjaman uang tidak diperkenankan. c. Dewas menyampaikan bahwa utang jangka panjang tidak diperkenankan berasal dari bank umum, kecuali yang berasal dari BUN. d. Dewas memberikan pertimbangan kepada BLU sebelum melakukan utang/pinjaman kepada pihak lain. 43 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (6) 6. Pengelolaan Piutang a. Dewas harus memastikan bahwa satker BLU memiliki SOP Pengelolaan Piutang yang berisi mekanisme penentuan kualitas piutang. b. Dewas harus memberikan persetujuan atas penghapusan piutang bersyarat BLU untuk nilai piutang Rp 200 s.d. 500 juta per individu. c. Dewas harus menjelaskan bahwa penghapusan piutang bersyarat hanya menghapusbukukan piutang BLU, bukan menghapuskan hak tagih sehingga BLU tetap harus mengelola piutang dimaksud. d. Dewas menyampaikan bahwa piutang yang diberikan dalam bentuk piutang dagang, bukan uang. 44 22

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (7) 7. Penilaian Kinerja a. Dewas harus mengawasi dan memberikan nasehat kepada satker mengenai kinerja keuangan dan kinerja teknis/layanan BLU. b. Kinerja keuangan BLU terdiri dari aspek keuangan (rasio kas, rasio lancar, periode penagihan piutang, perputaran aset tetap, return of asset, return of equity, dan rasio belanja operasional terhadap pendapatan operasional) dan aspek kepatuhan (RBA definitif, laporan keuangan SAK, SP3B BLU, tarif layanan, sistem akuntansi, persetujuan rekening dan SOP). c. Sementara kinerja layanan terdiri dari biaya pelayanan (cost of service), penggunaan (utilization), kualitas dan standar pelayanan (quality and standards), cakupan pelayanan (coverage), kepuasan (satisfaction). 45 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN (8) 8. Akuntansi dan Pelaporan Keuangan a. Satker BLU harus memiliki sistem akuntansi BLU yang ditetapkan oleh Menteri teknis. b. Dewas menjelaskan kepada satker BLU untuk menyampaikan LK berdasarkan SAK dan SAP. LK SAK dihasilkan dari sistem akuntansi keuangan BLU, sementara LK SAP sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai SAP. c. Dewas dapat melakukan penilaian kinerja keuangan berdasarkan LK SAK dan memberikan nasehat bagi perbaikannya ke depan. 46 23

47 24