Perubahan Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan oleh Auraylius Christian

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dala

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/PMK.08/2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

Bidang Promosi Penanaman Modal

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

Perubahan Ketentuan Mengenai Izin Lokasi David Wijaya

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Nega

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANYA JAWAB PELAKSANAAN TAX AMNESTY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

TATA CARA PERIZINAN USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2014 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI INFRASTRUKTUR BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pedoman Kontrak Pengelolaan Reksa Dana Berbentuk Perseroan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

- 1 - PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 199/PMK.010/2008 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.05/2015 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.219, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Program Tabungan Hari Tua. Kesehatan Keuangan.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN KONTRAK PENYIMPANAN KEKAYAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2017 TENTANG LAPORAN BANK UMUM SEBAGAI KUSTODIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Yth. Pengurus Dana Pensiun di tempat.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

TANYA JAWAB. Pelaksanaan Tax Amnesty

BAB I. KETENTUAN UMUM

SANKSI ADMINISTRATIF BAGI PENGUSAHA TERKAIT PENGUPAHAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. bahwa untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaan iuran program t

Yth. Pengurus Dana Pensiun di Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN REKSA DANA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 72 /POJK.04/2017 TENTANG POKOK KETENTUAN PERJANJIAN PINJAMAN SUBORDINASI PERUSAHAAN EFEK

Mekanisme Investasi Modal Asing Dalam Pertambangan Nasional

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.04/2017 TENTANG PEMELIHARAAN DOKUMEN OLEH WALI AMANAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /SEOJK.04/2016 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN KSEI NOMOR VI-B TENTANG BIAYA LAYANAN JASA SISTEM PENGELOLAAN INVESTASI TERPADU DI KSEI

NOMOR: KEP-283/BL/2012 TENTANG LAPORAN KEGIATAN BULANAN MANAJER INVESTASI KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 76 /POJK.04/2017 TENTANG PENAWARAN UMUM OLEH PEMEGANG SAHAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

M E M U T U S K A N :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 4/POJK.04/2014 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN SANKSI ADMINISTRATIF BERUPA DENDA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.04/2017 TENTANG DANA INVESTASI MULTI ASET BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

Transkripsi:

Perubahan Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada tanggal 4 Mei 2016 telah menerbitkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2016 ( Permen ESDM No. 12/2016 ) tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan. Permen ESDM No. 12/2016 diterbitkan dalam rangka meningkatkan pelayanan penyambungan tenaga listrik kepada konsumen dan mencukupi pekerjaan pembangunan dan pemasangan instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah oleh badan usaha di Indonesia. Salah satu ketentuan tambahan yang diatur dalam Permen ESDM No. 12/2016 ini adalah mengenai usaha jasa penunjang tenaga listrik. Pada Pasal 34 dijelaskan bahwa usaha jasa penunjang tenaga listrik meliputi: konsultansi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik; pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik; pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik; pengoperasian instalasi tenaga listrik; pemeliharaan instalasi tenaga listrik; penelitian dan pengembangan; penelitian dan pelatihan; laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik; sertifikasi peralatan dan pemanfaatan tenaga listrik; sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau sertifikasi badan usaha jasa penunjang tenaga listrik. Usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dilaksanakan oleh badan usaha yang meliputi: (a) Badan Usaha Milik Negara; (b) Badan Msaha Milik Daerah; (c) Badan usaha swasta; dan (d) Koperasi; yang berbadan hukum Indonesia dan berusaha di bidang usaha jasa penunjang tenaga listrik. Selain itu, Permen ESDM No. 12/2016 juga menambahkan pada Pasal 34 mengenai usaha jasa penunjang tenaga listrik berupa pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik untuk bidang instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah, selain dilaksanakan oleh badan usaha berbadan hukum, dapat dilaksanakan oleh badan usaha bukan berbadan hukum, dengan ketentuan untuk kapasitas daya tersambung sampai dengan 900 VA, yang menggunakan gambar instalasi standar dan wilayah kerjanya di kabupaten/kota dalam daerah hukum tempat kedudukan badan usaha tersebut terdaftar. Dalam kaitannya dengan pemberian izin usaha jasa penunjang tenaga listrik, pada peraturan yang lama disebutkan bahwa izin usaha diberikan sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi dan/atau sertifikat yang dimiliki badan usaha, di mana izin usaha ini berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia. Sementara itu, di dalam Permen ESDM 12/2016 menyatakan bahwa apabila izin usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilaksanakan oleh badan usaha bukan berbadan hukum sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 34, maka izin usaha tersebut hanya berlaku untuk wilayah kerja di kabupaten/kota dalam daerah hukum tempat kedudukan badan usaha tersebut terdaftar. Satu Pasal lainnya yang ditambahkan dalam Permen 12/2016 adalah berkaitan dengan permohonan izin usaha. Pada peraturan yang lama dijelaskan bahwa permohonan izin usaha diajukan oleh badan usaha dan harus dilengkapi dengan persyaratan administratif serta persyaratan teknis. Persyaratan administratif terdiri dari: (a) identitas pemohon; akta pendirian badan usaha; profil badan usaha; nomor pokok wajib pajak; dan surat keterangan domisili dari instansi yang berwenang. Sedangkan persyaratan teknis terdiri atas: serlifikat badan usaha, kecuali untuk usaha jasa pemeriksaan dan pengujian di bidang instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah dan Lembaga Sertifikasi Badan Usaha; (b) rencana pengembangan kantor wilayah untuk lembaga sertifikasi badan usaha, dan usaha jasa pemeriksaan dan pengujian instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan rendah; (c) surat penetapan penanggung jawab teknik; (d) sertifikat kompetensi tenaga teknik; dan (e) dokumen sistem manajemen mutu sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Pada Pasal 37 Permen No. 12/2016, diatur bahwa persyaratan teknis sebagaimana dimaksud untuk usaha jasa penunjang tenaga listrik yang dilaksanakan oleh badan usaha bukan berbadan hukum, dokumen sistem manajemen mutunya tidak harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Permohonan Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 ini diajukan secara tertulis oleh badan usaha kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktur Jenderal yang bertugas di bidang ketenagalistrikan dengan menggunakan format surat permohonan dan formulir isian permohonan sebagaimana tercantum pada Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Permen No. 12/2016 ini. Halaman 1

Perubahan Pedoman dan Tata Cara Permohonan Izin Prinsip Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) pada tanggal 8 Juni 2016 telah menerbitkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2016 ( Perka BKPM No. 6/2016 ) tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal. Perka BKPM No. 6/2016 ini diterbitkan dalam rangka penyederhanaan perizinan penanaman modal, meningkatkan pelayanan perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal dan memberikan kemudahan bagi perusahaan yang berlokasi di kawasan ekonomi khusus. Izin prinsip sebagaimana diatur dalam Perka BKPM No. 6/2016 terdiri atas: izin prinsip; izin prinsip perluasan; izin prinsip perubahan; dan izin prinsip penggabungan perusahaan ( Izin Prinsip ). Izin-izin tersebut merupakan rujukan bagi perizinan dan non perizinan pelaksanaan penanaman modal baik yang menjadi kewenangan pemerintah maupun kewenangan daerah. Perizinan dan non perizinan pelaksanaan penanaman modal tersebut terdiri dari: pertimbangan teknis pertanahan; izin lokasi; izin mendirikan bangunan; pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing; izin lingkungan; surat keputusan fasilitas; rekomendasi teknis; sertifikat layak operasi; atau izin operasional. Izin prinsip dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat diberikan kepada Perseroan Terbatas; CV; BUMN; dan BUMD, sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA) diberikan dalam rangka pembentukan perusahaan di Indonesia atau sudah berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Indonesia. Perka BKPM No. 6/2016 memungkinkan perusahaan yang telah mendapatkan izin prinsip dan terletak di kawasan ekonomi khusus, untuk dapat mulai melakukan pembangunan sebelum perusahaan tersebut mempunyai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan perizinan di bidang lingkungan hidup yang relevan, seperti misalnya UKL-UPL. Izin-izin tersebut dapat diurus secara pararel bersamaan dengan pelaksanaan konstruksi tetapi wajib dimiliki oleh perusahaan sebelum perusahaan berproduksi secara komersial. Hal penting lainnya yang diatur dalam Perka BKPM No. 6/2016 adalah mengenai percepatan penerbitan izin investasi. Izin investasi pada dasarnya merupakan izin prinsip yang dapat diterbitkan dalam waktu 3 (tiga) jam setelah pendaftaran. Hal ini diberikan pada perusahaan atas proyek-proyek yang memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) nilai investasinya bernilai minimal Rp100.000.000.000,- (seratus miliar Rupiah); (b) penyerapan tenaga kerja Indonesia minimal 1000 (seribu) orang; (c) industri tertentu, kawasan atau tempat tertentu yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri (Inland Free Trade Arrangement), sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dengan tetap memperhatikan ketentuan pada huruf a dan/atau b; (d) perusahaan di bidang usaha industri tertentu yang menjadi bagian dari mata rantai produksi (supply chain), dengan persyaratan menyampaikan surat pernyataan atau nota kesepahaman sebagai pemasok dari perusahaan penggguna produk yang akan dihasilkan; (e) perusahaan yang berlokasi di kawasan ekonomi khusus; dan/atau (f) perusahaan yang menjalankan proyek infrastruktur di bidang energi dan sumber daya mineral; komunikasi dan informatika; perhubungan; pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Terhadap izin prinsip yang telah diterbitkan sebelum berlakunya Perka BKPM No. 6/2016 ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku izin prinsip atas jangka waktu penyelesaian proyek sebagaimana yang tercantum dalam izin prinsip tersebut. Halaman 2

Instrumen Investasi Dalam Rangka Pelaksanaan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) oleh Ricky Hasiholan Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak ( UU Pengampunan Pajak ), wajib pajak yang melakukan pengalihan aset ke dalam wilayah Republik Indonesia, harus menginvestasikannya di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun terhitung sejak dialihkan. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan pelaksanaan sehubungan dengan pelaksanaan investasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah: 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.08/2016 tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak Ke Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik indonesia dan Penempatan Pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak ( PMK 119/PMK.08/2016 ) berikut Perubahannya, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 123/P- MK.08/2016 tentang Perubahan Atas PMK 119/PMK.08/2016 ( PMK 123/P- MK.08/2016 ); dan 2. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 26/POJK.04/2016 tentang Produk Investasi Di Bidang Pasar Modal Dalam Rangka Mendukung Undang- Undang tentang Pengampunan Pajak ( POJK 26/POJK.04/2016 ). Investasi yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam rangka pengampunan pajak diatur dalam Pasal 6 PMK 123/PMK. 08/2016, adalah investasi dalam bentuk sebagai berikut: a. SBN Republik Indonesia; b. obligasi Badan Usaha Milik Negara; c. obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh pemerintah; d. investasi keuangan pada Bank Persepsi; e. obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ); f. investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha; g. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah; dan/ atau h. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. lnvestasi sebagaimana dimaksud huruf a, b, c, d, e dan h di atas, dapat ditempatkan pada instrumen investasi sebagai berikut: a. efek bersifat utang, termasuk Medium Term Notes; b. sukuk; c. saham; d. unit penyertaan reksa dana; e. efek beragun aset; f. unit penyertaan dana investasi real estate; g. deposito; h. tabungan; i. giro; j. kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka di Indonesia; dan/atau k. instrumen investasi pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, atau modal ventura, yang mendapatkan persetujuan OJK. Penempatan aset investasi ke dalam instrumen investasi sebagaimana tersebut sebelumnya, dilakukan melalui pengelola harta wajib yang berperan sebagai pintu masuk ( Gateway ), yaitu bank, manajer investasi dan/atau perantara pedagang efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai Gateway. OJK dalam POJK 26/POJK.04/2016 mengatur bahwa pembukaan rekening efek sebagaimana disebutkan di atas, pemodal, dalam hal ini wajib pajak, wajib menyampaikan dokumen paling sedikit berupa Surat Keputusan Pengampunan Pajak kepada penyedia jasa keuangan. Lebih khusus mengenai reksa dana penyertaan terbatas, Pasal 5 POJK 26/POJK.04/ 2016 menyatakan bahwa reksa dana penyertaan terbatas berbentuk kontrak investasi kolektif ( RDPT ) dapat belum memiliki perusahaan sasaran. Investasi pada perusahaan sasaran wajib dilakukan RDPT paling lambat 1 (satu) tahun sejak RDPT tersebut dicatatkan. Sementara untuk RDPT yang belum melakukan investasi, maka dana yang ada dapat ditempatkan pada deposito dengan batas waktu maksimal selama 1 (satu) tahun. Penempatan dana pada deposito dapat dilakukan RDPT dengan jumlah maksimal 10% (sepuluh persen) jika ditempatkan pada bank umum, dan dapat lebih dari 10% (sepuluh persen), jika ditempatkan pada bank persepsi yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sementara untuk pengelolaan portofolio efek untuk kepentingan nasabah secara individual atau kontrak pengelolaan dana, POJK 26/POJK.04/2016 menurunkan batas minimal dana kelolaan awal untuk setiap pemodal menjadi Rp5.000.000.000,- (lima miliar Rupiah). Investasi pengelolaan portofolio efek untuk kepentingan nasabah secara individual pada sertifikat deposito bank persepsi yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dapat lebih dari 25% (dua puluh lima persen). Halaman 3

Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Bagi Pengusaha Terkait Pengupahan Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 20 Tahun 2016 ( Permenaker No. 20/2016 ) Tentang Tata Cara Pemberian Sanksi Administratif Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan ( PP Pengupahan ) pada tanggal 6 Juni 2016. Dalam Permenaker No. 20/ 2016 diatur mengenai jenis-jenis sanksi administratif yang dapat dijatuhkan kepada pelaku usaha ( Pengusaha ) yang melanggar PP Pengupahan. Sanksi administratif berdasarkan Pasal 2 Permenaker No. 20/2016 dapat berupa: 1) teguran tertulis; 2) pembatasan kegiatan usaha; 3) penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan 4) pembekuan kegiatan usaha. Pada Pasal 3 Permenaker No. 20/2016 dijelaskan, sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 2 diatas diberikan kepada Pengusaha atas perbuatan-perbuatan sebagai berikut: (a) Tidak membayar THR Keagamaan kepada pekerja/buruh. Pengusaha yang tidak membayar THR Keagamaan dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis dikenakan untuk 1 (satu) kali dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kalender terhitung sejak teguran tertulis diterima. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai diatas dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha. Sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha berlaku sampai dengan dipenuhinya kewajiban Pengusaha membayar THR Keagamaan; (b) Tidak membagikan Uang Service kepada Pekerja/Buruh. Pengusaha yang tidak membagikan Uang Service dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tidak dipenuhinya kewajiban Pengusaha untuk membagikan Uang Service kepada Pekerja/Buruh. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha sampai dengan dipenuhinya kewajiban Pengusaha membagikan Uang Service kepada Pekerja/ Buruh; (c) Tidak menyusun struktur dan skala upah serta tidak memberitahukan kepada seluruh Pekerja/Buruh. Struktur dan skala upah wajib disusun oleh Pengusaha dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi. Pengusaha yang tidak menyusun dan tidak memberitahukan struktur dan skala upah kepada pekerja/buruh dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis yang dikenakan kepada Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali masingmasing untuk jangka waktu 15 (lima tidak dipenuhinya kewajiban tersebut. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan berakhirnya jangka waktu diatas dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha; (d) Tidak membayar upah sampai melewati jangka waktu. Pengusaha yang tidak membayar upah sampai Halaman 4

melewati jangka waktu dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis dikenakan kepada Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tidak dipenuhinya kewajiban di atas. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajibannya sampai dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha. Pengusaha yang tidak melaksanakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha sampai dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi. Pengenaan sanksi ini berlaku sampai dengan jangka waktu 14 (empat diterimanya surat keputusan penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan berakhirnya jangka waktu di atas dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan usaha. Pengenaan sanksi ini berlaku sampai dengan dipenuhinya kewajiban Pengusaha untuk membayar Upah Pekerja/Buruh. Pengenaan sanksi ini tidak menghilangkan kewajiban Pengusaha atas denda keterlambatan membayar Upah dan bunga sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan; (e) Tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda. Pengusaha yang melanggar ketentuan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama karena kesengajaan atau kelalaiannya dikenakan sanksi denda apabila diatur secara tegas dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pengusaha yang tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar denda dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis yang berlaku sampai dengan dipenuhinya kewajiban Pengusaha membayar denda; (f) Melakukan pemotongan Upah lebih dari 50% (lima puluh persen) dari setiap pembayaran Upah yang diterima Pekerja/Buruh, untuk jumlah keseluruhan pemotongan Upah oleh Pengusaha paling banyak 50% (lima puluh persen) dari setiap pembayaran yang diterima Pekerja/Buruh. Bagi pengusaha yang melakukan pemotongan Upah lebih dari 50% (lima puluh persen) dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis yang dikenakan kepada Pengusaha sebanyak 2 (dua) kali masing-masing untuk jangka waktu 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak tidak dipenuhinya kewajiban Pengusaha. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan berakhirnya jangka waktu dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha yang berlaku sampai dengan jangka waktu 14 (empat diterimanya surat keputusan pembatasan kegiatan usaha. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajibannya sampai dengan berakhirnya jangka waktu pembatasan kegiatan usaha dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi. Pengenaan sanksi ini berlaku sampai dengan jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya surat keputusan penghentian sementara sebagian atau seluruh alat pro- duksi. Pengusaha yang tidak melaksanakan kewajiban sampai dengan jangka waktu berakhirnya jangka waktu penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi dapat direkomendasikan untuk dikenakan sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan usaha yang berlaku sampai dengan dipenuhinya kewajiban Pengusaha. Wisma Slipi, 15 th Floor, Suite 1503 Jl. Letjen S. Parman Kav.12 Jakarta 11480, Indonesia t : +6221-5356982 f : +6221-5357159 info@vsll.co.id Website: vsll.co.id Ini adalah publikasi digital yang disiapkan oleh kantor konsultan hukum Indonesia, VSL LEGAL. Publikasi ini ditujukan hanya untuk memberikan informasi secara umum mengenai topik yang diuraikan dan tidak dapat diperlakukan sebagai nasihat hukum atau dijadikan acuan resmi dalam membuat keputusan investasi atau bisnis. Apabila Anda memiliki pertanyaan atas hal-hal yang terdapat dalam publikasi ini, atau komentar umum lainnya, silakan hubungi kami melalui kontak VSL LEGAL yang biasa Anda hubungi atau melalui email berikut: info@vsll.co.id. Halaman 5