MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
MENYOAL KECOCOKTIDAKAN GAYA PEMBELAJARAN DESAIN

Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran

DEFINISI PENDEKATAN, METODE, STRATEGI, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

Sutriari Astati. Widyaiswara LPMP. D.I. Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP GILANG KENCANA GARUT TAHUN PELAJARAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI Oleh Drs. Putu Agustana, M.Si. 16

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung

Pengertian Pendekatan

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

Metode Metode Instruksional Dina Amelia/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.

BERPIKIR LATERAL DALAM PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa bersosialisasi dengan. menghargai perbedaan (pendapat, sikap, dan kemampuan prestasi) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

TINJAUAN MATA KULIAH...

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam menyiapkan kehidupan

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB I LATAR BELAKANG. masa dewasa, dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

SILABUS MATA KULIAH. Program Studi : Teknologi Pembelajaran (S2) Mata Kuliah : Teori Pembelajaran Jumlah SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan


PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Depok: Intuisi Press,1998) Cet 2, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. PEMAHAMAN INDIVIDU TEKNIK TES

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan oleh sel-sel saraf yang milyaran jumlahnya. Dalam pendekatan

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

MATEMATIKOMIK SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan sumber daya manusia guna menyiapkannya untuk. perkembangan zaman yang terus berubah. Perubahan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 METODE DISKUSI KELOMPOK BERBASIS INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. nama lembaganya, yakni taman bukan sekolah. Sebutan Taman pada Taman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

Transkripsi:

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbedabeda. Variasi gaya pengajaran sebanyak gaya belajar. Gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar bisa cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar pebelajar. Dalam pendidikan desain konvensional, belajar dan pembelajaran dapat sangat terganggu bila gaya belajar pebelajar tidak cocok dengan gaya pengajaran pembelajar atau program pembelajaran yang memiliki gaya yang berbeda. Kata kunci : gaya belajar, gaya pengajaran, strategi pengajaran. A. PENDAHULUAN Desain komunikasi visual adalah teori dan praktik perancangan, pengembangan, pemanfaatan, dan evaluasi proses dan media serta untuk pemecahan masalah komunikasi visual. Dari definisi ini tampak bahwa desain sebagai proses berupa aktivitas-aktivitas kompleks yang melibatkan aspekaspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam upaya untuk pemerolehan pemecahan masalah yang efektif. Menurut kajian Jones (1980) aktivitas pendesainan yang demikian adalah juga merupakan proses belajar. Sesungguhnya, desainer sedang belajar pada saat dia mendesain. Pada pendesainan yang terdiri atas aktivitas aktivitas identifikasi, analisis-sintesis, eksplorasi-eksperimentasi, riset dan pengembangan serta untuk pemecahan masalah seiring dengan itu sesungguhnya desainer sedang belajar dan belajar lebih lagi mengenai pemecahan masalah desain, hambatan-hambatannya, serta pilihan solusi potensialnya. Beberapa peneliti telah menemukan, kecocokan atau ketidakcocokan antara strategi pengajaran dengan gaya belajar secara signifikan mempengaruhi keberhasilan pebelajar (lihat Dunn dkk., 1989). 1

B. PENGERTIAN ISTILAH 1. Gaya Belajar Sebelum membahas tentang gaya belajara maka kita akan mengulang sedikit tentang pengertian belajar. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. (Lihat Slavin, 2000). Sedangkan gaya belajar merupakan cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut atau cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Tetapi ada juga hal-hal yang dapat dilatihkan dan disesuaikan dengan lingkungan yang terkadang justru tidak dapat diubah. Mengenali gaya belajar sendiri, belum tentu membuat Anda menjadi lebih pandai. Tapi dengan mengenali gaya belajar, Anda akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif. Anda tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar Anda dapat optimal. 2. Gaya Mengajar Yang dimaksudkan dengan gaya pengajaran ialah pola perilaku pengkondisian/pengaturan informasi dan lingkungan yang dilakukan 2

oleh pembelajar untuk membelajarkan pebelajar. Dalam batasan tersebut istilah pengaturan menunjuk pada muatan strategi-strategi tertentu yang dilakukan oleh pembelajar sehingga memunculkan suatu bentuk pembelajaran tertentu pula. Pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran dengan menggunakan langkahlangkah berurutan yang logis dan setia pada langkah-langkah yang telah ditetapkan secara hirarkis merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran serialis. Sebaliknya, pembelajar yang menggunakan strategi pengajaran yang fleksibel dan kontekstual, tidak terikat oleh langkah-langkah hirarkis pentahapan pembelajaran merupakan pembelajar yang memiliki gaya pengajaran holistik. Selanjutnya, pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil pembelajaran linear yang berbasiskan pada pemerolehan jawaban tunggal merupakan gaya pengajaran konvergen; sebaliknya yang berorientasi pada kemampuan pebelajar untuk menghasilkan jawaban-jawaban alternatif merupakan gaya pengajaran divergen. Pada dasarnya, jenisjenis gaya pengajaran memiliki pola gaya yang sama dengan jenisjenis gaya belajar. 3. Strategi Pembelajaran Menurut Kemp (dalam Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, (dalam Wina Senjaya, 2008) menyebutkan bahwa dalam 3

strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) expositiondiscovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. C. MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Tidak ada dua individu yang memiliki inteligensi yang sama. Sebagian orang belajar lebih baik dengan suatu cara, sebagian yang lain dengan cara yang lain pula. Setiap orang memiliki gaya belajar yang unik. Tidak ada suatu gaya belajar 4

yang lebih baik atau lebih buruk daripada gaya belajar yang lain. Tidak ada individu yang berbakat atau tidak berbakat. Setiap individu secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujud dengan cara yang berbeda-beda. Ada individu yang cerdas secara logika-matematika, namun ada juga individu yang cerdas di bidang kesenian. Pandangan-pandangan baru yang bertolak dari teori Howard Gardner mengenai inteligensi ini telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran, antara lain dalam hal melayani keberbedaan gaya belajar pebelajar. Konfigurasi dan hubungan antar inteligensi tersebut juga bisa berubah sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang digumuli oleh individu yang bersangkutan. Dalam konteks pembelajaran, konsep inteligensi majemuk Gardner ini menyediakan peluang, kesempatan, dan pelayanan yang spesifik terhadap (perbedaan karakteristik) pebelajar. Tidak semua pebelajar belajar dengan cara yang sama; tidak semua pebelajar memiliki gaya belajar yang sama. Untuk itu, pembelajar sebaiknya mendesain konten dan strategi pembelajaran sedemikian rupa sehingga mudah diakses oleh setiap pebelajar. Dalam peristiwa pembelajaran terdapat siswa yang belajar (pebelajar) dan guru yang mengajar (pembelajar). Peristiwa pembelajaran ini ada yang berorientasi kepada pebelajar, ada juga yang berpusat pada pembelajar. Aktivitas belajar pebelajar dan aktivitas mengajar pembelajar merupakan perilaku individual yang spesifik, masing-masing disebut gaya belajar dan gaya pengajaran, yang merupakan derivat gaya-gaya kepribadian individu yang bersangkutan. Gaya belajar menunjuk pada keadaan psikologi yang menentukan bagaimana seseorang menerima informasi, berinteraksi, serta merespon pada lingkungan belajarnya. Gaya belajar memiliki beberapa variable antara lain faktor persepsi dan pemrosesan informasi, faktor motivasi, dan faktor psikologi. 5

Setiap pebelajar memiliki gaya belajar yang unik, demikian pula gaya pengajaran pembelajar. Sebagian orang lebih menyukai belajar atau mengajar secara visual, sebagian lagi secara auditorial atau haptik; sebagian orang berorientasi pada teks tercetak, sebagian lainnya berorientasi pada interaksi kelompok. Seperti halnya gaya-gaya belajar, pola-pola pembelajaran yang dilakukan oleh pembelajar juga terdiri atas berbagai jenis gaya pengajaran. Beberapa temuan penelitian melaporkan bahwa kecocokan atau ketidakcocokan antara gaya belajar dengan gaya pengajaran yang distrukturkan bagi pebelajar berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar. Kajian yang dilakukan oleh Pask (1972) menemukan bahwa jika gaya belajar pebelajar cocok dengan gaya pengajaran yang distrukturkan bagi mereka, misalnya gaya belajar serealis dengan gaya pengajaran serealis, gaya belajar holis dengan gaya pengajaran holis, maka pebelajar berpenampilan jauh lebih baik dalam ujian dibandingkan dengan pebelajar lain yang gaya belajarnya tidak cocok dengan gaya pengajaran yang distrukturkan guru baginya. Pask juga menemukan bahwa pebelajar cocok yang paling tidak berhasil cenderung berpenampilan lebih baik daripada pebelajar tidak cocok yang paling berhasil sekali pun. Kecuali itu, pebelajar-pebelajar yang cocok menunjukkan kemampuan yang lebih besar secara signifikan untuk menggeneralisasikan pengetahuan yang diperolehnya. Temuan Pask tersebut di atas tidak berbeda dengan temuan Hudson (1996). Hudson yang meneliti gaya kognitif para pebelajar di London menemukan bahwa 30% subjek penelitian memiliki gaya konvergen, 30% memiliki gaya divergen, dan 40% memiliki gaya campuran divergen-konvergen. Hudson juga menemukan bahwa para pebelajar dari domain seni, termasuk desain, cenderung bergaya divergen, sementara itu para pebelajar dari domain sains cenderung bergaya konvergen. Ia menunjukkan bahwa para pebelajar dari 6

domain seni cenderung lebih bebas menggunakan imajinasi mereka mengenai kegunaan-kegunaan berbeda dari suatu objek tertentu karena mereka merasa tidak terikat untuk bersikap praktis. Sebaliknya, para pebelajar domain sains lebih cenderung memikirkan kegunaan yang benar dari suatu objek serta terhambat untuk melakukan saran yang tidak praktis. Seperti halnya gaya serealis dan holis, gaya konvergen dan divergen juga dapat cocok atau tidak cocok dengan gaya pengajaran. Gaya-gaya pengajaran dalam domain sains yang dikarakteri oleh presentasi logis, terstruktur, mengarah pada satu jawaban yang tepat akan mendorong munculnya gaya konvergen dan menghambat pemikiran divergen pebelajar. Sebaliknya banyak aplikasi gaya pengajaran dalam seni dan desain, yang menyediakan area lapang bagi para pebelajar untuk menghasilkan projek yang membutuhkan pemecahan masalah secara kreatif, mendorong munculnya pemikiran divergen. Seperi halnya Pask, Hudson juga menginvestigasi efek-efek dari gaya pengajaran yang cocok dan tidak cocok dengan gaya belajar. Ia menemukan bahwa para pebelajar yang memilki gaya konvergen paling baik belajar di bawah bimbingan pembelajar yang bergaya konvergen, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, kecocoktidakan gaya pembelajaran desain merupakan salah satu isu penting dalam pendidikan desain. D. PENUTUP Bertolak dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika proses desain adalah juga proses belajar, dan seperti telah diketahui bahwa setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, mestinya mereka memiliki gaya pendesainan yang berbeda pula. Tambahan lagi, jika kecocoktidakan gaya belajar dengan gaya pengajaran yang distrukturkan kepada pebelajar menghadirkan perbedaan yang nyata antara keberhasilan dan kegagalan 7

DAFTAR PUSTAKA Carbo, M, R. Dunn, dan K. Dunn, 1991, Teaching Studens to Learn Through Their Individual Styles. Bosto: allyn & Bacon. Dunn, R, J. Beaudry, dan A. Klavas, Survey of Research on Learning Styles, 46 (6) 1989: 53-58, Educational Leadership Gardner, H.,, 1999, Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for The 21th. New York: Basic Book. Hudson, L., 1996, Contrary Imagination. London: Penguin Jones, J. C., 1980, Design Methods: Seeds of Human Futures. New York: John Willey & Sons. Nini Subini, 2011, Rahasia Belajar Orang Besar, Jakarta : Javalitera. Pask, G. dan B, Scott, Learning Strategies and Individual Competence. Int. F. Man- Mach. Stnd., 4 (31972) : 217-253. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-teknik-dan-model-pembelajaran/) Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategimetode-teknik-dan-model-pembelajaran/) 8

9