BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati kedudukan yang sangat penting. Guru sebagai subjek pendidik. sangat menentukan keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. e) Hipotesis Penelitian; f) Kegunaan Penelitian; g) Penegasan Istilah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara. Maju mundurnya suatu bangsa yang ditentukan oleh maju mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Metode Sosiodrama. 1. Pengertian Metode Sosiodrama. Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Kepribadian Muslim Siswa MAN 2 Tulungagung. siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. juga sangat pesat. Belum lagi pada tahun 2010 kita dihadapkan pada pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2009, Hlm. 1 2 Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2015, hlm.339

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran akidah yaitu pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dipasaran, tetapi bukan berarti masalah ini telah usai karena masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2000, hlm Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Nusa Media :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu aspek dalam pembelajaran agama Islam di Madrasah Aliyah. Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah merupakan peningkatan dari Aqidah Akhlak yang telah dipelajari oleh peserta didik di Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari rukun iman mulai dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-nya, kitab-kitab-nya, rasul-rasul- Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta pemahaman dan penghayatan terhadap al-asm al-husna dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang dalam realitas kehidupan individu dan sosial serta pengamalan akhlak terpuji dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-akhlak alkarimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan dibiasakan oleh peserta didik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. Mata pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan 1 untuk menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Selain itu untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilainilai aqidah Islam. 1 Permenag RI Nomor 2 Tahun 2008, Bab VIII, Pasal B, Ayat 2. 1

2 Guna mencapai tujuan pembelajaran aqidah akhlah tersebut, perlu dirancang desain pembelajaran yang sesuai. Metode pengajaran yang masih konvensional terkadang membuat para siswa merasa tidak nyaman di kelas. Rasa jenuh dan bosan pada saat pembelajaran agama merupakan tantangan yang berat bagi seorang guru. Intensitas perhatian terhadap mata pelajaran agama kini sudah mulai surut. Prioritas utama siswa adalah mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Terkadang pihak sekolah pun juga menomordua-kan mata pelajaran agama, seperti aqidah akhlak. Padahal, pelajaran agama merupakan filter utama atas hegemoni budaya yang negatif. Seperti yang kita tahu dalam teori belajar, bahwa belajar itu dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern dari siswa. Faktor intern misalnya, minat belajar, motivasi individu untuk belajar dan sebagainya. Faktor ektern misalnya guru (menyangkut penampilan guru, kedisiplinan guru, kemampuan atau pengetahuan guru, kecakapan guru dalam mengajar, dll), sarana dan prasarana sekolah, kondisi tempat belajar, dan lain-lain. Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi keberhasilan pembelajarn adalah minat. Porsi pembelajaran agama di Madrasah Aliyah memang lebih banyak jika dibandingkan dengan di sekolah menengah atas, sudah sepantasnya jika siswa madrasah aliyah lebih memahami berbagai permasalahan agama dibandingkan dengan siswa SMA. Akan tetapi, banyaknya jam pelajaran belum menjadi jaminan tingginya pemahaman parea siswa. Hal ini disinyalir karena masih minimnya minat dan perhatian siswa pada mata pelajaran agama. Minat berangkat karena adanya motivasi, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Sehingga minat menjadi sumber motivasi yang pokok. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang antar lain : jenis kelamin, intellegensi yang mengarah pada minat pendidikan 2, lingkungan, 2 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta : Bulan Bintang, t. t,) hlm.64

3 kesempatan untuk mengembangkan minat 3, minat pada agama, minat pribadi, perasaan senang, perasaan tertarik, motivasi, dan perhatian. Minat belajar para siswa, salah satunya dibangun oleh profil guru saat mengajar dari sudut pandang siswa. Sebagai contoh di lapangan, seorang siswa akan malas mengerjakan pekerjaan rumah apabila Sang guru tidak pernah menanyakan kembali tugas tersebut. Fakta lain, siswa tidak merasa perlu datang lebih awal dalam pembelajaran karena Sang guru tidak datang tepat waktu. Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar adalah kecakapan guru. Interkasi edukatif antara siswa dan guru pun harus terbina dengan harmonis, agar timbul proses belajar mengajar yang penuh dengan kasih sayang dan menyenangkan. Jika profil seorang guru kurang baik di depan siswa, itu akan sangat mempengaruhi minat dan motivasi belajar para peserta didik. Tinggi rendah penilaian siswa terhadap guru sangat berpengaruh pada proses belajar mengajar, khususnya minat belajar siswa. Apabila guru tersebut memiliki nilai yang cukup baik di mata siswa, maka para siswa pun akan menghormati dan menghargai kehadiran guru di kelas. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, guru harus selalu menjaga dan mempertimbangkan segala sikap dan perilakunya, baik itu di lingkungna sekolah maupun di luar waktu pembelajaran. Contoh kecil adalah dengan mengutamakan kedisiplinan guru dalam pembelajaran serta terus mengasah dan meningkatkan pengetahuan guru tersebut. Di sisi lain, perhatian dan kepedulian guru terhadap pembentukan moral peserta didiknya, kini memang sudah terkikis. Para guru sudah terpengaruh oleh paham Presentism 4 yaitu sibuk mengurusi tugas hari ini yang sifatnya jangka pendek, hasil bisa langsung dilihat dan dirasakan, misalnya 3 Abu Ahmadi & A. Rohani HM, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), hlm. 126-131 4 Doni Koesoema A dan A. AriobimoNusantara, Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidikan,(Jakarta : Grasindo, 2009), hlm. 139

4 bekerja sekedar memenuhi tuntutan agar siswanya lulus ujian. Persoalan pendidikan budi pekerti pun terabaikan. Beberapa argumen di atas lah yang melatarbelakangi niat penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Persepsi Siswa atas Kedisiplinan Guru Mata Pelajaran Akidah Akhlak terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X MAN Bawu Jepara Tahun Ajaran 2009-2010. B. Penegasan Istilah Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang timbul dari seseorang atau benda yang akan membentuk watak dan kepercayaan atau perbuatan seseorang. 5 Yang dimaksud dalam skripsi ini adalah daya yang ditimbulkan oleh profesionalisme guru sehingga dapat memotivasi belajar siswa 2. Persepsi Siswa Persepsi adalah proses menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. 6 Persepsi menyebabkan dua orang yang melihat atau mengalami hal yang sama memberikan interpretrasi yang berbeda tentang apa yang dilihat atau dialaminya. 7 Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 8 3. Kedisiplinan Guru Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata 5 Tim Penyusun Kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993), hlm. 664. 6 Abdurrahman Saleh dan Muhib Abdul Wahib, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta : Prenada Media, 2004), Cet.I, hlm.88. 7 Prof., Dr. Sondang P. Siagian, M. PA, Teori MOtivasi dan aplikasinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), Cet.3, hlm.98-99. 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.

5 disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Di antaranya, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. 9 Sedangkan pengertian guru adalah pendidik yang melakukan rekayasa pembelajaran. 10 Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. 11 Dalam informasi tentang wawasan wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan taggung jawab. 12 Kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. 13 Kedisiplianan guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan luar guru tersebut. 14 4. Minat Belajar H. G. Tarigan berpendapat, bahwa minat merupakan kecenderungan watak seseorang untuk berusaha terus menerus dalam mencapai suatu tujuan. 15 Sedangakn dalam buku pengantar filsafat pendidikan, Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa ke arah sesuatu, karena sesuatu itu mempunyai arti dan dapat memenuhi kebutuhan kita. 16 9 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 10 Dimyati dan Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm. 3. hlm. 5. 11 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), 12 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 13 http://starawaji.wordpress.com/2009/04/19/pengertian-kedisiplinan/ Diambil pada 14 Februari 2010 Pukul 11.24 WIB 14 D. Soemarmo, Pedoman pelaksanaan Disiplin Nasional dalam Tata Tertib Sekolah,i(Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 1998), hlm.32 15 Hadi Guntur Tarigan, Membaca dalam Kehidupan, (Bandung: Angkasa, tanpa tahun), hlm. 104. 16 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma arif, 1989), hlm.88

6 Minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar adalah suatu perasaan atau rasa ketertarikan pada mata pelajaran atau proses belajar mengajar yang memunculkan perhatian pada diri siswa untuk mempelajarinya. Dalam penelitian ini menggunakan aspek-aspek minat sebagai indikator minat belajar Aqidah Akhlak. Indikator tersebut, antara lain, keinginan untuk berpartisipasi dalam belajar Aqidah Akhlak, dan keyakinan untuk mempelajarinya. Minat peserta didik juga dapat ditandakan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 5. Siswa Siswa yaitu murid, terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah, atau pelajar, yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. 17 Sedangkan siswa yang menjadi objek openelitian penulis adalah siwa kelas X-1 sampai X-3 MAN Bawu Jepara Semester II Tahun Ajaran 209-2010. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Persepsi Siswa Kelas X atas kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010? 2. Bagaimana minat belajar siswa kelas X MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010 pada mata pelajaran Aqidah Akhlak? 3. Adakah pengaruh persepsi siswa atas kedisiplinan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak terhadap minat belajar siswa kelas X di MAN Bawu Jepara tahun ajaran 2009-2010? D. Manfaat Penelitian Manfaat yang hendak peneliti capai dalam skripsi ini adalah : 1. Bagi Madrasah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran di MAN Bawu Jepara. 17 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, op.cit., hlm. 951.

7 2. Bagi pendidik dapat menjadi informasi persepsi siswa tentang tingkat kedisiplinan guru yang diharapkan untuk lebih meningkatkan kedisiplinan guru. 3. Bagi siswa dapat membantu menumbuhkan dan meningkatkan pelaksanaan minat belajar siswa MAN Bawu Jepara.