BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN JURUSAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY SAW (Studi Kasus SMKN 4 Bandar lampung)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JENIS RAMBUT MANUSIA DENGAN MENERAPKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PASKIBRAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Desi Reskika Sari ( )

BAB II LANDASAN TEORI

MADM-TOOL : APLIKASI UJI SENSITIVITAS UNTUK MODEL MADM MENGGUNAKAN METODE SAW DAN TOPSIS.

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENILAIAN DOSEN TELADAN MENGGUNAKAN METODE SAW ( SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) DI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR DETERMINING SCHOLARSHIP RECIPIENTS USING TOPSIS FMADM METHOD

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN: Yogyakarta, 20 Juni 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA MENGGUNAKAN METODE FMADM (STUDI KASUS: MAHASISWA FKIP UMN AL-WASHLIYAH MEDAN) ABSTRACT

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 GISTING DENGAN METODE SAW (Simple Additive Weighting)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELULUSAN UJIAN SARINGAN MASUK JALUR PMDK BERDASARKAN NILAI RATA-RATA MATEMATIKA DAN BAHASA INGGRIS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PEMBELIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN METODE SAW

Multi-Attribute Decision Making

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA JAMKESMAS MENGGUNKANA METODE FMADM SAW

Penerapan Metode Simple Additive Weighting Pada Aplikasi Penilaian Kinerja Dosen Fakultas Ilmu Komputer Unversitas Muslim Indonesia

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA DI SMA NEGERI 6 PANDEGLANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Fuzzy MADM, SAW, kriteria, beasiswa.

IMPLEMENTASI SISTEM REKOMENDASIAN PENERIMAAN BEASISWA DENGAN MENGGUNAKAN FMADM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X 0. O = Observasi

KORELASI NORMATIF PEMILIHAN JURUSAN DI SMK BERBASIS WEB

SISTEM PENILAIAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA DEALER MOTOR

Rudi Hartoyo ( )

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PERANGKAT KANTOR DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DI BAPENDA PROVINSI JAWA BARAT

Kata kunci: Sistem Pendukung Keputusan, Penilaian Kinerja, Simple Additive Weighting (SAW). *) = pembimbing

PENENTUAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA PT. PATRA NUR ALASKA

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Gudang di Perusahaan dengan Metode Weighted Product

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN PENERIMA BEASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING (FMADM) DENGAN METODE SAW

Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Usaha Menggunakan Fuzzy Multiple Attribute Decision Making (FMADM) Pada Bank BPD Sulteng

OPTIMASI PENJADWALAN PENGAMBILAN HASIL PRODUKSI SUSU MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA KOPERASI SUMBER MAKMUR NGANTANG

SISTEM INFORMASI PEMILIHAN JURUSAN PADA SMK N 1 KENDAL BERBASIS DECISION SUPPORT SYSTEM MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN BURUNG PUYUH DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KOMODITI UNGGULAN PADA DAERAH PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) STUDI KASUS PT. PERTAMINA RU II DUMAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MAHASISWA BERPRESTASI DI STIKES MUHAMMADIYAH PRINGSEWU DENGAN METODE SAW

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADICTIVE WEIGHTING (SAW) STUDI KASUS PADA SMKN 1 RAWAJITU TIMUR

PEMILIHAN PEGAWAI BERPRESTASI BERDASAR EVALUASI KINERJA PEGAWAI DENGAN METODE SAW

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT PADA PD BPR BKK BOJA DENGAN METODE SAW. Riris Niken Pratiwi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN SISWA BARU PADA SMA THERESIANA WELERI KENDAL MENGGUNAKAN METODE SAW

BAB 2 LANDASAN TEORI

Volume : II, Nomor : 1, Pebruari 2014 Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI) ISSN : X

SISTEM PEMBERIAN BEASISWA DENGAN MENERAPKAN FMADM (FUZZY MULTIPLE ATTRIBUTE DECISION MAKING) DAN SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING) Delpiah Wahyuningsih

Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)

Daniel Oktodeli Sihombing Program Studi Manajemen Informatika, AMIK BSI, Pontianak

PENENTUAN SISWA BERPRESTASI PADA SMK WIDYA YAHYA GADINGREJO DENGAN METODE SAW

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision support system atau sistem penunjang keputusan disingkat menjadi DSS, secara umum

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Beasiswa Pendidikan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI USAHA BARU DENGAN METODE SIMPLE ADDTIVE WEIGTHING(SAW) Studi Kasus : TUPANG ENTERTAIMENT

BAB II LANDASAN TEORI

FUZZY MADM DALAM EVALUASI PROGRAM STUDI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIF WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SMARTPHONE ANDROID MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

PEMILIHAN SANTRI TERBAIK MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING STUDI KASUS PT.SURYA ENERGI INDOTAMA (SEI)

FAKULTAS TEKNIK (FT) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UN PGRI KEDIRI 2016

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU SMK MA ARIF 01 KALIREJO LAM-TENG MENGGUNAKAN METODE SAW (SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN GURU TELADAN DI SMP N 24 SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA DIi SMK N 1 SUKOHARJO DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

RANCANGAN SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PILIHAN PRODUK LAPTOP MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHT (SAW)

PENERAPAN METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WAIGHTING (FSAW) DALAM PENENTUAN PERANKINGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI KABUPATEN PRINGSEWU

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGAJUAN KREDIT DENGAN METODE SAW PADA KJKS AR RAHMAH. Ervin Fightorini 1, Bowo Nurhadiono 2

Sistem Pendukung Keputusan Pembagian Raskin dengan Metode Simple Additive Weighting (SAW)

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA TELADAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (STUDI KASUS : DI SMP NEGERI 3 TASIKMALAYA)

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan usaha yang semakin ketat sehingga kita harus pintar-pintar

Multi-Attribute Decision Making

LAPORAN TUGAS AKHIR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI DI KANTOR POS BLORA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN JURUSAN MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (STUDI KASUS SMA NEGERI 1 LOCERET) SKRIPSI

Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Penilaian Kelayakan Usaha...

IMPLEMENTASI ALGORITMA SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) UNTUK PENILAIAN KINERJA PEGAWAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE SAW PADA KOPERASI RS. MUHAMMADIYAH BANDUNG

9/22/2011. Bahan Kuliah : Topik Khusus

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STAF PENGAJAR MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

METODE FUZZY SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN KUALITAS KULIT ULAR UNTUK KERAJINAN TANGAN (STUDI KASUS : CV. ASIA EXOTICA MEDAN)

LAPORAN SISTEM PENUJANG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PENERIMAAN BEASIWA BAGI MAHASISWA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support System (DSS)

ARTIKEL APLIKASI PEMILIHAN TEMPAT WISATA KABUPATEN TULUNGAGUNG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBAIKAN INFRASTRUKTUR TI OLEH DIVISI PUSLIA DI BAPENDA PROVINSI JAWA BARAT DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW)

Prosiding Seminar Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Vol. 1, No. 1, September 2016 ISSN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DI SMA NEGERI 2 PEMALANG DENGAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi (SNASTIKOM 2013) ISBN

Jurnal Ilmiah ILKOM Volume 8 Nomor 3 (Desember 2016) Copyright Jurnal Ilmiah ILKOM -- All rights reserved.

Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Dosen Pembimbing Skripsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan sistem, yaitu menekankan pada prosedur dan komponen atau elemen. (Jogiyanto, HM. 2008) 1. Pendekatan sistem yang menekankan pada prosedur Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu. 2. Pendekatan sistem yang menekankan pada komponen atau elemen Suatu sistem adalah kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Dari dua pendekatan diatas, penulis merumuskan bahwa sistem merupakan komponen-komponen yang memiliki prosedur dan saling terintegrasi antara satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan untuk menyelesaikan suatu sasaran guna mencapai suatu tujuan tertentu. 2.2 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mobil Baru Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang dibangun untuk membantu perorangan atau kelompok didalam sebuah organisasi maupun perusahaan untuk mengambil sebuah keputusan yang bersifat multi-kriteria maupun multi-alternatif, dimana pada penelitian ini, sistem dibangun untuk mendukung keputusan pada pemilihan mobil baru. 2.2.1 Definisi Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan pada penelitian ini adalah sebuah sistem yang terdiri dari beberapa kriteria untuk menentukan ranking tertinggi dari alternatif yang dipilih sehingga hasil keluaran sistem dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan bagi calon konsumen mobil.

Ada beberapa teori yang menjelaskan definisi dari sistem pendukung keputusan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Menurut Burch dan Strater (Daihani, 2001), sistem pendukung keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur. 2. Menurut Turban et al.(2005) sistem pendukung keputusan berarti sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. sistem pendukung keputusan dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. 2.2.2 Model Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Pada penelitian ini, model pembuatan sistem menggunakan linear sequential model atau yang sering disebut dengan waterfall model. Cakupan proses model waterfall harus menyelesaikan suatu tahap sampai selesai sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya. Kerangka kerja model waterfall dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2.1 Tahapan Waterfall (Roger S. Pressman, 2010) Keterangan : 1. Communication Merupakan tahap dimulainya suatu project untuk mencari kebutuhan terhadap sistem secara keseluruhan, yakni berkomunikasi dengan pengguna sistem (decision making) untuk memahami tujuan dari sistem, mengumpulkan kebutuhan data yang membantu mendefinisikan fitur dan fungsi dari sistem. II-2

2. Planning Merupakan tahap dari proses membuat rencana kerja dan tugas-tugas yang akan dilakukan pada pembuatan sistem dan juga untuk mendefinisikan sumber daya yang dibutuhkan, jadwal pengerjaan sistem, maupun resiko yang mugkin terjadi. 3. Modeling Pada tahap ini dilakukan proses analisa dan perancangan terhadap sistem sebelum proses coding dimulai pada tahap implementasi. Analisa dan perancangan harus dapat mengimplementasikan kebutuhan terhadap sistem secara keseluruhan. 4. Construction Tahap ini merupakan implementasi dari proses analisa dan perancangan melalui proses coding. Dimana secara teknis implementasi dikerjakan oleh programmer. Selanjutnya setelah tahap coding selesai, maka dilakukan ujicoba terhadap sistem sampai sistem telah benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan dan terbebas dari error. 5. Deployment Tahapan terakhir dalam pengembangan sistem atau software. Sistem yang telah dibuat akhirnya dapat digunakan oleh pelanggan. Pada tahap ini juga dilakukan pemeliharaan sistem secara berkala. 2.2.3 Proses Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan dari beberapa alternatif, dimana proses tersebut menurut Simon meliputi tiga fase utama yaitu pemahaman, perancangan, dan pemilihan yang kemudian ia menambahkan satu fase lagi, yakni fase keempat adalah fase implementasi (Turban, 2005). II-3

Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Berikut ini adalah penjelasan dari gambar proses pengambilan keputusan diatas : 1. Tahap Pemahaman (Intelegensi Phase) Tahap ini dimulai dengan melakukan pendeteksian dan penelusuran masalah dari ruang lingkup masalah yang ada, kemudian masalah tersebut diproses dan diuji untuk diidentifikasi. 2. Tahap Perancangan (Design Phase) Tahap Perancangan meliputi proses menemukan, mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Fase ini merupakan suatu pemahaman terhadap masalah dan menguji kelayakan solusi. 3. Tahap Pemilihan (Choice Phase) Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan. II-4

4. Tahap Implementasi (Implementation Phase) Implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja untuk mangatasi masalah. 2.2.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban (2005), komponen sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga subsistem yaitu subsistem manajemen data, subsistem manajemen model dan subsistem manajemen dialog, berikut ini pemodelan dari komponenkomponen sistem pendukung keputusan yang akan digunakan untuk membangun sistem : Subsistem Manajemen Data Basis Data Data Kasus Data Kriteria Data Alternatif Data optimasi Subsistem Manajemen Model Basis Model Model Matematis Model Informasi Subsistem Manajemen Dialog Basis Data Dialog Tanya Jawab Dialog Perintah Dialog Menu Dialog Masukan/Keluaran Pengguna (User) Gambar 2.3 Komponen-komponen SPK (Turban, 2005) II-5

Dari gambar Komponen-komponen SPK diatas dapat di jelaskan bahwa : 1. Subsistem manajemen data Subsistem manajemen data ini berguna sebagai penyedia data yang terorganisir dengan baik didalam basis data pada sistem. Tujuan dari subsistem manajemen data ini agar sistem dapat mengkombinasikan sumber sumber data yang relevan dimana data berasal dari dalam lingkungan maupun luar sesuai dengan permasalahannya melalui proses ekstraksi data, selain itu juga agar sistem dapat mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas sehingga sistem dapat menambah, ubah dan hapus dengan cepat. 2. Subsistem Manajemen Model Subsistem manajemen model pada penelitian ini dengan model matematika dari metode Simple Additive Weighting (SAW), dimana model tersebut akan mempresentasikan sistem secara simbolik dengan menjabarkan operasi matriks dan algorima iterative atau langkah-langkah maupun rumus-rumus pada metode SAW, selanjutnya akan dijabarkan dalam operasi matriks, algoritma iterative dan model-model keputusan matematika lainnya. Subsistem manajemen model juga akan merepresentasikan informasi, dengan menunjukkan urutan tugas atau proses yang dilakukan objek (peta proses operasi atau diagram alur). 3. Subsistem manajemen dialog. Subsistem manajemen dialog akan memberikan sarana antarmuka untuk berkomunikasi antara pengguna sistem dengan sistem itu sendiri sebagai peragkat lunak. Cakupan dari antarmuka tidak hanya perangkat lunak dan perangkat keras, tapi juga faktor-faktor yang berkaitan dengan kemudahan pengguna, kemampuan untuk dapat diakses, dan interaksi antara manusia dan mesin.. Melalui subsistem dialog, sistem diimplementasikan sehingga pengguna dapat berkomunikasi dengan sistem yang dibuat. Terdapat beberapa gaya dialog yang digunakan didalam sistem, yaitu : Dialog tanya jawab: sistem bertanya pemakai menjawab, seterusnya hingga sistem menghasilkan jawaban yang diperlukan. Dialog perintah: adalah perintah untuk menjalankan fungsi-fungsi SPK. II-6

Dialog menu: pemakai memilih salah satu dari beberapa menu yang disediakan. Dialog form masukan/keluaran: sistem menyediakan form input untuk pemakai memasukkan data atau perintah dan form output sebagai bentuk tanggapan dari sistem. 2.3 Metode Simple Additive Weighting (SAW) Metode SAW merupakan bagian dari Multiple Attribute Decision Making (MADM) yang bertujuan untuk mencari suatu alternatif terbaik dengan nilai tertinggi atau terbesar. Metode SAW disebut dengan suatu metode penjumlahan terbobot (Fishburn, 1967), konsep dasarnya adalah menentukan bobot setiap kriteria sehingga dapat dilakukan penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot untuk setiap alternatif. Langkah langkah yang dilakukan dalam metode SAW : 1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Ci. Kriteria yang dimasukkan pada laporan penelitian ini ada 8 kriteria, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1 Kriteria KRITERIA KETERANGAN C1 Kriteria 1 C2 Kriteria 2 C3 Kriteria 3 C4 Kriteria 4 C5 Kriteria 5 C6 Kriteria 6 C7 Kriteria 7 C8 Kriteria 8 II-7

2. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. Yaitu setelah menentukan kriteria-kriteria yang di jadikan sebagai acuan diberi bobot (weight), dan menentukan beberapa alternatif yang akan diproses dimana setiap alternatif memiliki nilai yang sesuai dengan kriteriakriterianya. Berikut ini tabel rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria : Tabel 2.2 Rating Kecocokan Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8 A1 X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 X 16 X 17 X 18 A2 X 21 X 22 X 23 X 24 X 25 X 26 X 27 X 28 A3 X 31 X 32 X 33 X 34 X 35 X 36 X 37 X 38 Bobot (W) W 1 W 2 W 3 W 4 W 5 W 6 W 7 W 8 Selanjutnya membuat matrik keputusan dari tabel rating kecocokan : X 11 X 12 X 13 X 14 X 15 X 16 X 17 X 18 X = X 21 X 22 X 23 X 24 X 25 X 26 X 27 X 28 X 31 X 32 X 33 X 34 X 35 X 36 X 37 X 38 W 1 W 2 W 3 W 4 W 5 W 6 W 7 W 8 3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ci), kemudian melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun atribut biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R. Formula untuk melakukan normalisasi tersebut adalah sebagai berikut: II-8

r ij x ij Max x i Min x i x ij ij ij jika jika j adalah j adalah atribut atribut keuntungan biaya (cost) (benefit) (2.1) dengan r ij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A i pada atribut C j ; i=1,2,...,m dan j=1,2,...,n. sehingga didapat R adalah sebagai berikut : R 11 R 12 R 13 R 14 R 15 R 16 R 17 R 18 R = R 21 R 22 R 23 R 24 R 25 R 26 R 27 R 28 R 31 R 32 R 33 R 34 R 35 R 36 R 37 R 38 4. Hasil akhir diperoleh dari proses perankingan yaitu penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vektor bobot sehingga diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (Ai) sebagai solusi. (Kusumadewi, 2006). Nilai preferensi untuk setiap alternative (Vi)diberikan sebagai: V i n j 1 w r j ij (2.2) Nilai Vi yang terbesar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. 2.4 Mobil Kata Mobil merupakan kependekan dari otomobil yang berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan bahasa Latin movere yang berarti bergerak. Mobil adalah kendaraan beroda empat atau lebih yang membawa komponen permesinan sendiri. Jenis-jenis terdiri atas sedan, bis, van, dan truk. Cara mengoperasikan mobil disebut menyetir. II-9

2.4.1 Sejarah Perkembangan Mobil Kendaraan tenaga uap yang pertama dibuat pada akhir Abad 18. Nicolas- Joseph Cugnot dengan sukses mendemonstrasikan kendaraan tersebut pada tahun 1769. Kendaraan pertama yang menggunakan tenaga mesin uap dikembangkan di Birmingham, Inggris oleh Lunar Society. Kemudian, masih di Birmingham pada tahun 1869 mobil tenaga bensin pertama kali dibuat oleh Frederick William Lanchester yang juga mematenkan rem cakram. Perkembangan dari hasil penemuan Cugnot setelah satu dekade kedepan berturut-turut mengalami perkembangan pada perangkat-perangkat pendukung otomotif seperti rem tangan, transmisi multi kecepatan, peningkatan kecepatan, dan setir. Teknologi perangkat otomotif tersebut secara simultan terus menerus mengalami perkembangan. 2.4.2 Jenis-Jenis Mobil Pengklasifikasian jenis-jenis kendaraan mobil pada umumnya ditinjau dari segi ukuran dan fungsinya. Beberapa jenis mobil yang umum diketahui adalah sebagai berikut. 1. Sedan Sedan adalah jenis kendaraan mobil yang dapat dibedakan dengan melihat kapasitas penumpang yang cukup minim, biasanya berkisar antara 4 sampai 6 orang. Pada umumnya sedan banyak dipergunakan sebagai mobil dalam kota (City car) dan sering disebut sebagai mobil eksekutif. Selain itu, sedan juga dipakai sebagai sarana angkutan umum eksklusif yang sering disebut dengan Taksi. Kendaraan angkutan umum ini hanya menampung sedikit penumpang dan penumpang tersebut biasanya berada dalam satu kelompok. 2. Jeep Jeep adalah jenis kendaraan atau mobil yang dapat dioperasikan pada medan yang berat seperti dirawa-rawa, hutan, sungai dangkal, jalan yang licin, dan becek serta medan-medan yang menanjak dan berbatu-batu. Ketangguhan jeep dalam mengarungi medan yang sulit, menjadikanya banyak banyak digunakan sebagai kendaraan lapangan dan ekspedisi II-10

3. Bus Bus atau bis adalah kendaraan beroda empat atau lebih yang berukuran besar. Bus pada umumnya diperuntukkan untuk membawa penumpang secara komersial dalam jumlah besar. Istilah bis berasal dari bahasa Inggris Omnibus yang berarti yang berarti untuk semua orang. Bis terdiri atas berbagai jenis, yaitu coach atau motorcoach. Keduanya adalah kendaraan yang dirancang untuk menempuh jarak yang lebih jauh dari bis biasa. Coach dilengkapi dengan sarana yang mendukung, seperti kursi yang sangat nyaman dan ergonomis, sebuah ruangan untuk tempat bagasi, toilet yang higienis, air conditioner, sistem audio/video dan menggunakan mesin yang lebih besar untuk mendukung daya geraknya. Jenis bus lainnya adalah bus tingkat, yaitu kendaraan besar yang dirancang dengan dua lantai agar dapat memuat lebih banyak penumpang. Bus ini dikenal sebagai bagian dari transportasi publik di Jakarta dan juga di beberapa kota besar lain seperti London, Bombay, Hong Kong, Singapore, Dublin, Berlin, Davis, California, dan Victoria, British Columbia. 4. Van Van adalah jenis mobil yang dapat menampung penumpang dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan sedan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan kapasitas bus, sekitar 8 sampai 12 orang. Pada umunya, van dipergunakan sebagai mobil keluarga atau untuk angkutan dalam kota. Di Indonesia, jenis van dikenal dengan istilah mini bus yang dibuat oleh berbagai perusahaan otomotif dalam berbagai seri dan merek. 5. Truk Secara spesifik mobil truk dipergunakan sebagai sarana untuk mengangkut barang. Truk terdiri dari kepala truk yang besarnya sama dengan kepala bis, tetapi badan truk pada umumnya dijadikan tempat untuk menyimpan barang dalam kapasitas tertentu. Badan truk dapat berupa container yang terbuat dari kayu, plat besi, aluminium, dan sebagainya. II-11

2.5 Pengujian User Acceptance Test Pengujian User Acceptance test (UAT) merupakan pengujian tahap akhir yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebelum sistem yang telah dibangun nanti dapat dikatakan telah memenuhi persyaratan untuk pemilihan mobil baru atau sistem telah layak digunakan. Pengujian ini dilakukan dimana pengguna akhir menggunakan sistem secara langsung dan memberikan penilaian dengan menjawab kuesioner yang diberikan. 2.5.1 Pengertian Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data secara langsung kepada responden yang berupa pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur sikap dari responden terhadap sistem pendukung keputusan yang dibangun apakah sistem untuk pemilihan mobil baru menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) sudah layak digunakan atau belum. Kuesioner atau angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau halhal yang ia ketahui (Arikunto, 2006), Sedangkan menurut Sugiyono (2008), angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Menurut Arikunto (2006), kuesioner dapat dibeda -bedakan atas beberapa jenis, yaitu : 1. Dilihat dari cara menjawab. a. Koesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri b. Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 2. Dilihat dari jawaban yang diberikan a. Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya b. Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang orang lain. II-12

3. Dilihat dari bentuknya a. Koesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan koesioner tertutup b. Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka c. Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda check pada kolom yang sesuai d. Rating-scale (skala bertingkah), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. 2.5.2 Skala Likert Skala Likert menurut Djaali (2008 ) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Terdapat dua bentuk model pertanyaan dalam skala likert, yaitu bentuk pertanyaan positif, yang digunakan untuk mengukur sikap positif dan pertanyaan negatif yang digunakan untuk mengukur sikap negatif. Langkah-langkah pada skala likert yang digunakan untuk menentukan sikap responden secara keseluruhan terhadap sistem pendukung keputusan pemilihan mobil baru adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Bentuk Skala Likert Jika ingin mengukur sikap positif, maka pilihan jawaban A, B, dan C diberi skor 3,2, dan 1. Sedangkan untuk mengukur sikap negatif, maka pilihan jawaban A, B, dan C diberi skor 1,2, dan 3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.3 Pernyataan Positif Pilihan Skala Jawaban Nilai 1 Jawaban A 3 2 Jawaban B 2 3 Jawaban C 1 II-13

Tabel 2.4 Pernyataan Negatif Pilihan Skala Jawaban Nilai 1 Jawaban A 1 2 Jawaban B 2 3 Jawaban C 3 2. Menentukan Skor Pada Kriteria Objektif Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan nilai kriterium dari kuisioner yang akan dijadikan batasan untuk menentukan sikap responden. a. Menentukan Skor Maksimal X 100% (2.3) (Skor Tertinggi X Jumlah Pertanyaan X Jumlah Responden) X 100% b. Menentukan Skor Minimal X 100% (2.4) c. Menentukan Range Skor Maksimal Skor Minimal (2.5) d. Menentukan Kategori (K) Menentukan banyaknya kriteria yang disusun pada kriteria objektif suatu variable yaitu kriteria Layak dan Tidak Layak. e. Menentukan Interval (I) Range / Kriteria (2.6) f. Menentukan Kriteria Penilaian Skor Maksimal Interval (2.7) g. Menentukan Kriteria Objektif Layak jika skor >= Kriteria Penilaian Tidak Layak jika skor < Kriteria Penilaian 3. Menentukan Hasil Skor Kuisioner Pada langkah ini menentukan skor total yang diperoleh dari jawaban kuisioner yang dibagikan kepada seluruh responden. Hasil skor tersebut dihitung dalam bentuk tabel seperti tabel dibawah ini : II-14

Tabel 2.5 Hasil Skor Kuisioner Nomor Responden Jawaban Respinden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah 1 X X X X X X X X X X Y 2 X X X X X X X X X X Y 3 X X X X X X X X X X Y 4 X X X X X X X X X X Y 5 X X X X X X X X X X Y Keterangan : X = skor jawaban responden Y = total skor jawaban setiap responden Z = total skor seluruh jawaban kuisioner 4. Mengisi Skor Jawaban Responden Total Skor Kuisioner Dari contoh tabel 2.5 hasil skor kuisioner diatas terdapat 10 pertanyaan yang dibagikan kepada 5 responden dengan masing-masing pertanyaan memiliki 3 jawaban, yaitu jawaban A, jawaban B dan jawaban C. Jika kuisioner yang dibagikan untuk mengukur sikap positif, maka X dari tabel diatas diisi dengan nilai dari setiap jawaban kuisioner. Misal untuk responden pertama dari pertanyaan nomor 1 menjawab A, maka X sama dengan 3, jika jawabannya C maka nilai X sama dengan 1. Jika kuisioner yang dilakukan untuk mengukur sikap negatif, maka nilai X adalah kebalikannya. Hal ini disesuaikan dengan bentuk skala yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. 5. Menghitung Total Skor Setiap Responden Selanjutnya setelah didapat nilai X dari langkah sebelumnya, maka dilakukan penjumlahan dari seluruh jawaban untuk setiap responden sehingga didapat nilai Y. 6. Menghitung Total Skor Kuisioner Setelah Menghitung total skor setiap responden, maka tahap selanjutnya mencari nilai Z dengan cara menjumlahkan seluruh nilai Y. Hasilnya merupakan skor akhir dari kuisioner yang akan digunakan untuk menghitung intervalnya. Z II-15

7. Interpretasi Total Skor Kuisioner Pada tahap ini dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai interval sehingga hasilnya dapat ditentukan layak atau tidak layaknya sebuah sistem yang akan dibangun untuk mendukung keputusan pada pemilihan mobil menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Untuk mendapatkan hasil tersebut dilakukan perhitungan, yaitu : X 100% (2.8) Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan diatas, maka dapat di interpretasikan dalam bentuk interval seperti pada gambar dibawah ini : Gambar 2.3 Interpretasi Total Skor Kuisioner Dari gambar tersebut, pengukuran sikap yang dilakukan dengan membagikan kuisioner terhadap responden dikatakan layak jika hasil kuisioner berada pada interval >= 66,7% dan dikatakan tidak layak jika hasilnya berada pada interval < 66,7%. II-16