Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk modernitas bagi sebagian remaja. Pengaruh informasi global (paparan media

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergaulan bebas dikalangan remaja dijelaskan oleh Rini Fauziah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

IDHA WAHYUNINGSIH NIM F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. tentang kesehatan reproduksi ini penting untuk. diberikan kepada remaja, melihat semakin meningkatnya kasus-kasus remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik pembangunan ekonomi, sosial, politik dan budaya saja, tetapi juga aspek mental. Perkembangan mental yang baik akan menghasilkan SDM unggul yang mampu mengelola potensi dam yang dimiliki, menciptakan inovasi dan mampu berkompetisi. Tantangan untuk menciptakan SDM unggul saat ini semakin besar, mengingat kondisi ekonomi yang sulit dan permasalahan sosial yang semakin kompleks, serta tuntutan globalisasi yang mendesak. Remaja adalah aset bangsa yang kelak akan meneruskan perjuangan bangsa dan membangun negara. Remaja yang sehat fisik dan mental akan menjadi modal utama dalam pembangunan. Masa remaja adalah masa transisi yang di dalam perkembangannya banyak mengalami perubahan-perubahan, baik secara biologis, psikologis maupun sosiologis. Permasalahan atau penyakit sosial pada usia remaja juga semakin banyak, misal kenakalan remaja, penggunaan obat-obat narkotika, dan termasuk perilaku seksual pra nikah. Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih telah memudahkan orang untuk memperoleh informasi terbaru dan terakhir. Berbagai macam informasi yang berkaitan dengan teknologi, ilmu pengetahuan, berita-berita mancanegara, hiburan dan mode, termasuk informasi tentang masalah seksual, fotofoto dan gambar-gambar erotis dapat diperoleh dengan mudah oleh khalayak umum. Berbagai jenis media seperti media cetak, media audio, audio-visual sampai

2 perangkat multi media sekarang ini sudah banyak dijumpai di Indonesia, sehingga orang yang mempunyai kemampuan untuk mengakses media seperti internet dan multimedia dapat memperoleh lebih banyak informasi daripada orang yang tidak punya kemampuan mengakses. Kemudahan memperoleh informasi tersebut memberi dampak pada pergeseran dan perubahan nilai, norma dan gaya hidup suatu masyarakat yang telah ada sebelumnya. Informasi memang dapat memberikan kontribusi yang tidak sedikit pada ruang kognitif, afektif serta psikomotorik seseorang. Dalam hal ini, informasi sering dijadikan bahan pertimbangan ketika menyikapi suatu hal, terutama dalam mengambil keputusan. Hal yang serupa juga terjadi dengan informasi seks. Dengan kata lain, globalisasi informasi menjadi suatu hal yang tidak dapat dihindari dan keberlangsungannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Untuk itu, perlu disadari bahwa informasi seks sekarang ini belum memperoleh perhatian yang cukup besar dan serius. Hal ini disebabkan masih adanya pandangan, khususnya para orang tua yang beranggapan bahwa pembicaraan tentang seks merupakan ha1 yang tabu. Padahal, di sisi lain ada media yang telah menyajikan informasi seks bebas dan disukai oleh remaja, rnisalnya film Dawson Creek yang diperpanjang pemutarannya di suatu stasiun televisi swasta (TPI), film Melrose Place (SCTV), Beverly Hills (RCTI) dan berbagai serial telenovela, sinetron dan lain-lain yang menyajikan cerita hidup bersama tanpa menikah, pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah, melahirkan anak dari hubungan yang tidak sah, perselingkuhan dan lain-lain. Selain itu, dapat dikatakan bahwa kaum remaja adalah kelompok masyarakat yang paling gandrung akan tontonan atau bacaan cabul, seperti yang banyak di jual di bursa buku

3 bekas yang terletak di Proyek Senen (Lesmana, 1995). Belum lagi media internet yang terbuka dan bebas dalam memvisualisasikan masalah seksual. Fenomena hubungan seksual sebelum menikah di kalangan remaja sekarang ini menjadi permasalahan serius, karena hal ini berkaitan dengan kualitas kehidupan dan moral generasi selanjutnya. Menurut Khofifah, mantan Menteri Urusan Pemberdayaan Perempuan, pada tahun 1999 remaja yang hamil di luar nikah sebanyak satu juta orang. Jumlah tersebut adalah yang terdaftar, kemungkinan banyak lagi yang belum terdaftar atau melakukan praktek aborsi. Sementara itu, dari hasil pemantauan Boyke (1996) diperkirakan 6-20% siswa SMA dan mahasiswa di Jakarta melakukan hubungan seksual pra nikah. Lebih mengejutkan lagi, 35% mahasiswa dari satu Fakultas Kedokteran swasta menyetujui hubungan seksual pra nikah (Permata, 1996). Selain itu hasil penelitian mahasiswa FISIP Universitas Indonesia menunjukkan jumlah mahasiswa yang melakukan kegiatan petting dan hubungan seks bersama pacarnya sekitar 17,5%, sementara dengan sahabatnya sendiri dilakukan oleh 8 % (Yahya, 1988). Hasil survey Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu, dari 117 responden remaja (13-20 tahun), 42% menyatakan pernah melakukan hubungan seksual, 52% di antaranya masih aktif (Kompas, 1999). Hal serupa juga ditemukan Psikolog Anak dan Perkembangan, Prof. Dr. Fauziah Aswin Hadis (1999), selama periode Mei- Desember, dari 114 surat yang dijawab, 43% menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan masalah seks, mulai dari menonton film porno, khayalan tentang seks, memegang alat kelamin (petting), homoseksualitas, masalah hubungan seks, kehamilan sampai dengan pengguguran kandungan. Dari 43% tersebut, 29% berupa

pengakuan telah melakukan hubungan seks dan hanya satu orang yang berani menolak ajakan melakukan hubungan bersebadan. Dari fenomena dan berbagai hasil penelitian tersebut, tak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi pergeseran nilai dan norma yang besar tentang seks dan perilaku seksual pra nikah. Pada zaman dahulu, seks begitu tabu untuk dibicarakan, sekarang menjadi begitu bebas diperoleh dan dibahas oleh masyarakat, terutama oleh para remaja. Dahulu orang merasa malu bila bergandengan tangan, berpelukan dan berciuman di tempat umum, sekarang hal tersebut sudah terlihat wajar. Menurut Fauziah, perubahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari derasnya informasi seks yang diterima (Republika, 2000). Informasi seks yang ada sebenarnya merupakan bagian dari pengetahuan dan pengalaman remaja. Pengetahuan dan pengalaman ini sangat penting dalam sosialisasi, perkembangan dan menjadi kerangka acuan (norma) dalam menjalani kehidupan remaja yang semakin kompleks dan sulit. Selanjutnya, dengan informasi seks yang diperoleh, remaja mampu menafsirkan beberapa aspek tentang seks dan perilaku seksual pra nikah, yaitu melalui proses persepsi. Fenomena lain yang muncul sebagai dampak informasi seks adalah menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar, kecemasan, keinginan mencoba karena dorongan seksual yang tidak bisa dikendalikan oleh para remaja (Kompas, 1997). Dalam ha1 ini, persepsi menjadi dasar atau motif pembentukan perilaku seseorang (Tubbs and Moss, 1996). Selain itu, dengan melakukan persepsi dapat mengurangi keragu-raguan. ( Heider dalam Littlejohn, 1992).

5 Dari uraian di atas, dapat diduga ada keterkaitan antara jenis informasi seks yang diterima remaja dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsinya tentang perilaku seksual pra nikah. Dalam konteks ini, SMU yang menjadi lokasi penelitian adalah salah satu lembaga pendidikan yang cukup terkenal, menempati peringkat keempat dalam memperoleh NEM yang paling tinggi di kota Bogor dan dengan status sosial ekonomi siswa-siswinya yang cukup beragam. Berdasarkan pengamatan sementara, sejak kelas I para siswanya sudah biasa membentuk kelompok/grup. Biasanya grup ini terbentuk berdasarkan kecocokan hobi, asal SMP dan teman jalan. Dengan melihat kecenderungan tersebut, diduga peer group secara potensial dapat menjadi sumber informasi, termasuk informasi seks. Disamping itu, narnpaknya sebagian darinya mereka mulai mempunyai teman dekat (pacar). Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana jenis informasi seks yang diperoleh remaja? 2. Bagaimana persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks yang diperoleh remaja dari berbagai saluran komunikasi? 4. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang diperoleh rernaja dari berbagai saluran komunikasi? 5. Bagaimana hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah? 6. Bagaimana hubungan antara jenis inforrnasi seks dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah?

1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui jenis informasi seks yang diperoleh remaja. 2. Mengetahui persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah. 3. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan jenis informasi seks yang diperoleh dari berbagai saluran komunikasi.. 4. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan informasi seks yang diperoleh dari berbagai saluran komunikasi. 5. Mengetahui hubungan antara karakteristik remaja dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah? 6. Mengetahui hubungan antara jenis informasi seks dari berbagai saluran komunikasi dengan persepsi remaja tentang perilaku seksual pra nikah.