PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. atau pre-experiment. Rancangan yang digunakan adalah One. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. semu (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah One Group. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen quasi). Rancangan yang digunakan adalah Pre Test Post Test. Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT KELAMIN PADA SAAT MENSTRUASI MELALUI PENYULUHAN DI KELURAHAN WONOLOPO KECAMATAN MIJEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWI SD TENTANG MENSTRUASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN DI SDN SAMPANGAN 01 SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Program Studi DIII Kebidanan, Fikkes, Universitas Muhammadiyah Semarang

: THERESYA GATRA STERI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dan berada di jl Purwodadi-Semarang KM 32 desa Pilang Wetan

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA DI SMK PIRI 3 YOGYAKARTA 2012

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi-experiment) pelatihan-pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2005).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian Quasi experiment. Quasi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG TUGAS KADER POSYANDU

JURNAL KEBIDANAN DAN KESEHATAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

Rina Indah Agustina ABSTRAK

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berdiri di Gorontalo. Terletak persis di tengah-tengah Kota Gorontalo atau

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan one group pretest-postest. Kota Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2014.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA DI SMK ISLAM WIJAYA KUSUMA JAKARTA SELATAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 2016 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Metode eksperimen semu (quasy-experiment design) dengan pendekatan

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 3 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. adalah ruang kelas sejumlah 15 ruangan, laboratorium bahasa, laboratorium IPA,

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKS PRANIKAH SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN PADA SISWA KELAS XI DI SMA N 2 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA 2014

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

: Pengetahuan, Sikap, Kehamilan Remaja Diluar Nikah

PENGARUH PENYULUHAN MENARCHE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE SISWI KELAS V DAN VI DI SD NEGERI BERBAH 1 SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

Fitriani Nur Damayanti 1), Lia Mulyanti 2), Novita Nining Anggraini 3)

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

Novita Nining Anggraini 1), Ratih Sari Wardani 2), Wahyu Umiyati 3) 1)2)3)

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian preeksperimental dan pendekatan one group pre test

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011 Syam Surya Dwi Setiyo Rini & Nuke Devi Indrawati FIKKES UNIMUS Semarang ABSTRAK Masa remaja merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini sering terjadi masalah yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi pada remaja, seperti bertambahnya kasus HIV/AIDS, kematian ibu muda makin tinggi dan merebaknya praktik aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 yang dilakukan kepada remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun putri menunjukkan bahwa tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Jenis penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan One Group Design Pretest-Postest. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified random sampling dan instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan, remaja yang berpengetahuan kurang sebanyak 40 siswa (51,3%). Sedangkan pengetahuan remaja setelah dilakukan penyuluhan berubah menjadi baik sebanyak 78 siswa (100%). Berdasarkan hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan (Mean Rank 39,50 dan p-value 0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya perbedaan yang bermakna pada pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan (p-value 0,000). Kata kunci : adolescen, pengetahuan, kesehatan reproduksi. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini adalah perpaduan antara perkembangan usia psikologis dan usia biologis sehingga sangat dipengaruhi multi faktor yang terjadi di berbagai bidang dalam masyarakat, baik karena faktor ekonomi, politik, budaya dan terlebih lagi faktor perubahan sosial yang sangat mempengaruhi perilaku remaja. Masalah yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti bertambahnya kasus penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS, kematian ibu muda yang masih sangat tinggi, merebaknya praktik aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan dan kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan hubungan seksual sebelum nikah (Arma, 2007, p.189). Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo mencetuskan mengenai sebuah pandangan holistik terhadap kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual dengan meletakkan agenda baru yang tercakup dalam Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 26

tiga tema yakni hak asasi manusia, pemberdayaan perempuan dan kesehatan reproduksi (Hidayana, 2004, p.1). Sejak saat itu Departemen Kesehatan Republik Indonesia membentuk Komisi Kesehatan Reproduksi Nasional, yang di dalamnya terdapat Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja.Kelompok kerja itu terdiri atas beberapa program dan sektor terkait serta organisasi profesi.tujuan Kelompok Kerja Kesehatan Reproduksi Remaja adalah untuk mengantisipasi masalah Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Indonesia.Hal itu dilakukan karena tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 yang dilakukan oleh remaja usia 15-19 tahun baik putra maupun putri menunjukkan bahwa tidak sedikit yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Dari data terhadap 10.833 remaja putra dan 9.344 remaja putri berusia 15-19 tahun didapatkan bahwa remaja putra yang sudah berpacaran sebanyak 72%, pernah berciuman sebanyak 92%, pernah meraba-raba pasangan sebanyak 62% dan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 10,2%. Sedangkan remaja putri yang sudah berpacaran sebanyak 77%, pernah berciuman sebanyak 92%, pernah meraba-raba pasangan sebanyak 62% dan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 6,3%. Data BKKBN Jawa Tengah menyebutkan pada tahun 2009 sudah 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno dan sebanyak 62,7% remaja SMP tidak perawan serta 21,2% mengaku pernah aborsi. Pada tahun 2009, kasus HIV/AIDS di Kabupaten Semarang meningkat 7 kasus menjadi 144 kasus dari 137 kasus di tahun 2008. Hal ini disebabkan karena fasilitas yang menampung informasi mengenai HIV/AIDS tidak dimanfaatkan secara maksimal.serta klinik yang menangani HIV/AIDS di Kabupaten Semarang saat ini hanya terdapat tiga klinik, yakni di Ungaran, Ambarawa dan Bergas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di SMA Negeri 2 Ungaran, pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja belum sepenuhnya diberikan kepada siswa-siswi di SMA Negeri 2 Ungaran.Pendidikan kesehatan reproduksi diberikan melalui mata pelajaran Biologi yang hanya membahas mengenai hewan, tumbuh-tumbuhan dan susunan anatomi organ reproduksi manusia serta fungsinya.tetapi, dalam mata pelajaran tersebut tidak membahas tentang remaja dan permasalahan kesehatan reproduksi. Selain itu, jumlah kasus siswa yang drop out dikarenakan unwantedpregnancy pada tahun 2010 ada 2 siswa. Sehingga yang perlu diteliti adalah efektifitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design Pretest-Postest.Pengetahuan diukur sebelum dan sesudah penyuluhan.penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Maret Agustus 2011. Populasi dalam penelitian ini siswa kelas XI dan XIISMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang yangberjumlah 595 siswa, terdiri dari kelas XI sebanyak 315 siswa dan kelas XII sebanyak 280 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah 78siswa SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang, terdiri dari kelas XI sebanyak 40 siswa dan kelas XII 38 siswa.. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan stratified random sampling. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabellain, yang sering disebut independent variabel. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 27

Variabel terikat adalah variabel akibat yang sering disebut sebagai variabel dependent. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi. Dalam penelitian ini pengumpulan data primer diambil dari data pengetahuan remaja yang dikumpulkan dengan mengadakan pretest dan posttesttentang kesehatan reproduksidengan mennggunakankuesioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data jumlah siswa yang diperoleh dari buku register siswa SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang. Alat yang diperlukan berupa kuesioner, sebagai alat pengukur tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner pretest dan postest diberikan kepada siswa kelas XI dan XIISMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang yang menjadi sampel penelitian dengan rekan pendamping sebanyak 5 orang. Analisis univariat bertujuan untuk melakukan analisa pada tiap variabel dari hasil penelitian untuk menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang diteliti menggunakan minimal dan maximal rata-rata simpangan baku dan distribusi frekuensi. (Notoadmodjo, 2010, p.182) Setelah data diperoleh sebelum dianalisis uji statistik maka data-data tersebut diuji normalitas datanya dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorof-Smirnov. Dari hasil uji kenormalan didapatkan p- value kurang dari 0,05 (0,000 <0,05) maka data berdistribusi tidak normal. Sehingga uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat adalah uji Wilcoxon. HASIL PENELITIAN SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang berdiri pada tanggal 18 Mei 1984 dan terletak di Jalan Diponegoro Nomor 227 Ungaran Kabupaten Semarang. SMA Negeri 2 Ungaran diampu oleh 50 staf pengajar dan 14 staf Tata Usaha (TU). Di SMA ini terdapat 3 tingkatan kelas yaitu kelas X, kelas XI dan kelas XII, yang masingmasing tingkatan terdiri dari 9 kelas. Rata-rata umur siswa SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang antara 15-18 tahun. SMA Negeri 2 Ungaran memberikan mata pelajaran Biologi kepada para siswa, tetapi hanya membahas tentang anatomi hewan, tumbuhan dan susunan anatomi organ reproduksi manusia beserta fungsinya. Selain itu, mata pelajaran Biologi hanya disampaikan kepada seluruh siswa di kelas X. Sedangkan di kelas XI dan kelas XII, mata pelajaran Biologi hanya diberikan di kelas IPA. Penelitian tentang kesehatan reproduksi dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2011 di SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 78 siswa dari undangan 86 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 jam dari pukul 07.00-09.00 WIB. 1. Analisis Univariat Metode yang digunakan adalah ceramah dengan materi mengenai pengertian remaja dan kesehatan reproduksi, ciri dan perkembangan remaja, anatomi organ reproduksi dan kehamilan yang tidak diinginkan, yang dijelaskan dengan slide power point dan leaflet. Kuesioner dibedakan menjadi 2, yaitu kuesioner A untuk dikerjakan segera setelah dibagikan dan kuesioner B untuk dikerjakan sesudah diberi penyuluhan. Pembagian leaflet dilakukan setelah kuesioner A terkumpul untuk kemudian diberikan penyuluhan. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 28

Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sebelum Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Pengetahuan Kategori Frekuensi Presentase (%) Baik 4 5,1 Sebelum Cukup 34 43,6 Kurang 40 51,3 Jumlah 78 100 Min = 7 Max = 17 Mean = 10,71 SD = 2,407 Berdasarkan tabel 1, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum penyuluhan menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan responden termasuk dalam kategori kurang sebanyak 40 responden (51,3%) dan hanya 4 responden (5,1%) yang mempunyai pengetahuan baik. Berdasarkan pada jawaban responden atas pertanyaan pengetahuan diketahui sebagai berikut: a. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 2. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sebelum Salah 62 79.5 Benar 16 20.5 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan anatomi organ reproduksi sebanyak 62 responden (79,5%). b. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 3. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sebelum Salah 59 75.6 Benar 19 24.4 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan anatomi organ reproduksi sebanyak 59 responden (75,6%). c. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 4. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sebelum Salah 51 65.4 Benar 27 34.6 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan pengertian remaja dan kesehatan reproduksi sebanyak 51 responden (65,4%). d. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 5. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sebelum Salah 50 64.1 Benar 28 35.9 Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan anatomi organ reproduksi sebanyak 50 siswa (64,1%). Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 29

e. Kehamilan yang Tidak Diinginkan Tabel 6. Frekuensi Butir Pertanyaan Kehamilan yang Tidak Diinginkan Sebelum Kehamilan yang Tidak Diinginkan Frequency Percent (%) Salah 48 61.5 Benar 30 38.5 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 48 siswa (61,5%). f. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 7. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sebelum Salah 45 57.7 Benar 33 42.3 Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan pengertian remaja dan kesehatan reproduksi sebanyak 45 siswa (57,7%). g. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 8. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sebelum Salah 40 51.3 Benar 38 48.7 Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab salah pada butir pertanyaan pengertian remaja dan kesehatan reproduksi sebanyak 40 siswa (51,3%). Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Sesudah Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sesudah Pengetahuan Kategori Frekuensi Presentase (%) Sesudah Baik 78 100 Jumlah 78 100 Min = 15 Max = 20 Mean = 19,23 SD = 1,127 Berdasarkan tabel 9, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sesudah penyuluhan menunjukkan bahwa pengetahuan seluruh responden termasuk dalam kategori baik sebanyak 78 responden (100%). Dengan demikian, pengetahuan responden setelah diberi penyuluhan mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan beberapa butir pertanyaan yang mengalami peningkatan, antara lain : a. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 10. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sesudah Benar 78 100.0 Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 79,5% menjadi 0%. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 30

b. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 11. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sesudah Benar 78 100.0 Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 75,6% menjadi 0%. c. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 12. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sesudah Salah 3 3.8 Benar 75 96.2 Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 65,4% menjadi 3,8%. d. Anatomi Organ Reproduksi Tabel 13. Frekuensi Butir Pertanyaan Anatomi Organ Reproduksi Sesudah Salah 4 5.1 Benar 74 94.9 Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 64,1% menjadi 5,1%. e. Kehamilan yang Tidak Diinginkan Tabel 14. Frekuensi Butir Pertanyaan Kehamilan yang Tidak Diinginkan Sesudah Kehamilan yang Tidak Diinginkan Frequency Percent (%) Benar 78 100.0 Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 61,5% menjadi 0%. f. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 15. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sesudah Salah 8 10.3 Benar 70 89.7 Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 57,7% menjadi 10,3%. g. Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Tabel 16. Frekuensi Butir Pertanyaan Pengertian Remaja dan Kesehatan Reproduksi Sesudah Salah 5 6.4 Benar 73 93.6 Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 31

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa setelah diberi penyuluhan, menjawab salah sebanyak 51,3% menjadi 6,4%. 2. Analisis Bivariat Tabel 17. Uji Kenormalan Pengetahuan Pengetahuan p-value Distribusi Pretest 0,155 Normal Posttest 0.000 Tidak Normal α = 0,05 Berdasarkan tabel 17 menunjukkan bahwa pengetahuan pretest diperoleh nilai p-value lebih dari 0,05, yang berarti bahwa nilai tersebut berdistribusi normal. Sedangkan pengetahuan posttest diperoleh nilai p-value kurang dari 0,05, yang berarti bahwa nilai tersebut tidak berdistribusi normal. Karena salah satu hasil dari pengetahuan tersebut tidak berdistribusi normal, maka untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan digunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji Wilcoxon, diperoleh Mean Rank 39,50 dan nilai p- value 0,000 atau kurang dari 0,05. Sehingga terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Sebelum Pengetahuan responden sebelum dilakukannya penyuluhan sebagian besar masuk dalam kategori kurang yaitu sebanyak 51,3%. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan pengetahuan yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh responden. Ketidaktahuan siswa tentang kesehatan reproduksi dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh siswa. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003, p.122), apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Sarana komunikasi, seperti media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain), keluarga dan lingkungan sekitar juga mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Selain menyampaikan informasi, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Informasi mengenai sesuatu hal yang baru akan memberikan landasan kognitif baru terhadap pengetahuan tentang hal tersebut. Sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa maka akan memperoleh informasi lebih banyak dibandingkan dengan seseorang yang tidak pernah terpapar informasi melalui media massa. 2. Pengetahuan Sesudah Pengetahuan sesudah dilakukannya penyuluhan seluruh responden masuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Butir-butir pertanyaan pada pretest dijawab salah oleh responden, tetapi dijawab benar pada posttest. Meskipun masih ada beberapa responden yang menjawab salah, tetapi persentasenya tidak terlalu besar. Analisis di atas menunjukkan adanya pengaruh dari penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 32

penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003, p.121). Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo, 2003, p.122-124). Pemberian ceramah melalui penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dimaksudkan untuk mencapai tingkatan pengetahuan yang pertama, yaitu tahu. Pertanyaan yang semula dijawab salah oleh responden, setelah diberikan penyuluhan responden mampu menjawab dengan benar. Dari uraian sebelumnya, menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan terhadap responden. Setidaknya hal ini sudah mencapai pada tingkat pemahaman materi yaitu kemampuan untuk mengulang informasi yang telah diperoleh melalui penginderaan. 3. Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan tentang kesehatan reproduksi telah diuraikan dengan menggunakan uji Wolcoxon, yang diperoleh Mean Rank 39,50 dan nilai p-value 0,000 atau kurang dari 0,05. Kesimpulan dari hasil tersebut adalah ada perbedaan yang bermakna pada pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan. Berhasilnya penelitian ini dikarenakan hipotesis yang ditentukan dapat terbukti dengan adanya analisis yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna dari tiap variabel yang diuji. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya stimulus atau rangsangan berupa penyuluhan yang mendorong terjadinya perubahan atau peningkatan pengetahuan. Seperti yang dikemukan oleh Skinner (Notoatmodjo, 2010, p.43), dalam teorinya S-O-R (Stimulus Organism Respons), perubahan tergantung pada kualitas stimulus (rangsang) yang berkomunikasi dengan organism dalan hal ini adalah responden. Hal ini berarti perubahan atau peningkatan pengetahuan akan berhasil apabila penyampaian materi dalam penyuluhan dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Apabila penyampaian tidak dilakukan dengan baik dan tepat sasaran, maka perubahan atau peningkatan pengetahuan tidak akan berhasil. Sehingga seseorang dapat menerima ataupun menolak informasi tersebut. Dengan adanya perbedaan pada penelitian ini, dapat diartikan bahwa terjadi perubahan pengetahuan pada responden tentang kesehatan reproduksi karena efektifnya pemberian stimulus (rangsang) tersebut yang dapat mempengaruhi perhatian serta dapat diterima secara jelas oleh responden. Pengetahuan merupakan unsur dari perilaku sehingga peningkatan pengetahuan akan mempengaruhi perilaku seseorang, terutama dalam perilaku kesehatan. Peningkatan perilaku kesehatan menurut Leavel and Clark (Mubarak dan Chayati, 2009, p.358), dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menyampaikan informasi yang berisi pesan kesehatan kepada masyarakat (Notoatmodjo, 2010, p.26). Tujuan dari pendidikan kesehatan ini adalah dengan adanya informasi maka masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik serta dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku kesehatan dari sasaran yang nantinya akan meningkatkan atau memelihara kesehatan (Mubarak dan Chayatin, 2009, p.358). tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang diterima dan direspon dengan baik oleh responden. Hal ini ditunjukkan dengan hasil posttest yang mengalami peningkatan dari pretest. Responden terlihat antusias saat diberikan penyuluhan. Responden memperhatikan dengan baik informasi yang disampaikan oleh penyuluh. Setelah penyuluhan selesai, beberapa dari responden pun Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 33

mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kesehatan reproduksi dan sehubungan dengan kondisi pribadi responden. Penelitian tentang kesehatan reproduksi pernah dilakukan oleh Made Asri Budisuari dan Andryansyah Arifin di Surakarta dan Semarang pada tahun 2002. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi mengalami peningkatan pengetahuan setelah diberi informasi melalui penyuluhan. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sehingga dapat merubah perilaku seseorang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi sebelum penyuluhan sebagian besar masih dalam kategori kurang yaitu sebanyak 51,3%. Kedua, pengetahuan responden tentang kesehatan reproduksi sesudah penyuluhan mengalami peningkatan sebanyak 100% dan dalam kategori baik. Ketiga, terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan yang terbukti dengan jawaban responden yang mengalami peningkatan setelah diadakannya penyuluhan. Keempat, terdapat perbedaan yang bermakna pada pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah penyuluhan (Mean Rank 39,50 danp-value 0,000). Available at http://repository.usu.co.id. Diakses tanggal 29 Maret 2011, pukul 15.24 WIB. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cetakan ketigabelas. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Machfoedz, I. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran. Jogjakarta: Fitramaya. Mubarak, Wahit Iqbal. dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Kedua. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoatmjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika. Riwidikdo, Handoko. 2009. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia. Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Cetakan ke- 14. Jakarta: Rajawali Pers. Wardani, Ratih Sari. 2010. Materi Ajar Biostatistik Modul 2. Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuha Medika. DAFTAR PUSTAKA Arma, Abdul Jalil Amri. 2007. Pengaruh Perubahan Sosal Terhadap Perilaku Seks Remaja Dan Pengetahuan Kespro Sebagai Alternatif Penangkalnya. Jurnal Kebidanan, Vol. IV, No. 02, Desember 2012 34