PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI WANITA DI SMA NEGERI 1 DOBO KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah kesehatan reproduksi telah menjadi perhatian bersama

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN SUMBER INFORMASI TENTANG PERILAKU PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DI SMP ISLAM AL AZHAR 17 KOTA PONTIANAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE OF FEMALE TEENAGERSON REPRODUCTIVE HEALTH AND THE INCIDENCE OF FLUOR ALBUS AT SMPN 2 BANGLI BALI

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Putri tentang Flour Albus di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE ORGAN REPRODUKSI REMAJA PUTRI JALANAN DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015 NI MADE SETIARI

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. distribusi lemak pada daerah pinggul. Selama ini sebagian masyarakat merasa

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 11, No 1. Februari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Population and Development atau ICPD kairo, 1994). Mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH MEDIA BOOKLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DARUL HIKMAH TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis dan sosial (Rudolph, 2014). Batas usia remaja menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

Transkripsi:

PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI WANITA DI SMA NEGERI 1 DOBO KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU Female Adolescents Behavior of Reproductive Organs Treatment in SMA Negeri 1 Dobo Kepulauan Aru Maluku Regency Tresya Unwawirka, Indra Fajarwati Ibnu, Shanty Riskiyani Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (tere.lumut@yahoo.com, indra5462@gmail.com, sinciera@gmail.com, 081344094589) ABSTRAK Remaja wanita perlu memahami informasi tentang organ reproduksi wanita agar dapat mencegah masalah terkait organ reproduksi wanita seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, dan penyakit yang menyebabkan kematian seperti HIV/AIDS, IMS, kanker dan masalah organ reproduksi wanita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja putri tentang perawatan organ reproduksi wanita, meliputi organ reproduksi wanita, tindakan siswi dalam melakukan perawatan organ reproduksinya untuk mencegah masalah kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksinya dan dukungan sosial bagi siswi di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi adalah seluruh siswi kelas XI sebanyak 138 orang. Jumlah sampel dipilih menggunakan teknik exhaustive sampling sebanyak jumlah populasi. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan siswi cukup sebanyak 129 orang (93,5%) dan pengetahuan kurang pada siswi yaitu sebanyak 9 orang (6,5%). Semua siswi melakukan tindakan perawatan terhadap organ reproduksinya yaitu 138 orang dan untuk siswi yang mendapatkan dukungan sosial positif sebanyak 136 orang (98,6%) dan dukungan sosial negatif sebanyak 2 orang (1,4%). Kesimpulan dari penelitian bahwa pengetahuan siswi cukup, seluruh siswi mengetahui tindakan perawatan organ reproduksi dan dukungan sosial yang diterima positif bagi siswi kelas XI SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru. Kata Kunci : Perawatan, organ, reproduksi, remaja, putri. ABSTRACT Female adolescents need to know information about reproductive organs so that they can prevent reproductive problems such as unwanted pregnancies, abortions, pestilent diseases like HIV/AIDS, STDs, cancers and the other female reproductive problems. This study aimed to know female adolescents behavior of female reproductive organs by their knowledge, about reproductive organs, their attitudes towards doing the treatments to prevent any reproductive problems and social supports they got. This was a descriptive quantitative study using questionnaire filling by respondents (n=138). The population was all female students grade X1. Samples were chose with exhaustive sampling much as the population. The results showed that 129 students (93,5%) knew that good enough and 9 students (6,5%) knew less. All the respondents (138 students) did the treatment of their reproductive organs. Then, for about 136 students (98,6%) got positive social support and as many 2 students (1,4%) got negative social support. This study concluded that the knowledge was good enough, all student knew the treatment and got positive social support in SMA Negeri 1 Dobo Kepulauan Aru Maluku regency. Keywords : Treatment, organs, reproductive, female, adolescents.

PENDAHULUAN Remaja sebagai generasi muda merupakan aset nasional yang sangat penting karena di pundaknya terletak tanggung jawab kelangsungan hidup bangsa. Remaja yang merupakan bagian dari penduduk Indonesia jumlahnya mencapai 37% dari total penduduk Indonesia 237,6 juta orang. 1 Pada tahun 1974, World Health Organitation (WHO) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual melalui tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 2 Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi pada anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun. Menarche haid yang pertama terjadi yang merupakan ciri khusus kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. 3 Remaja berkembang tidak dalam isolasi, tetapi dalam lingkungan yang luas yaitu keluarganya, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan tempat hidupnya. Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan serius pada negara berkembang seperti Indonesia, dimana kurang tersedianya akses untuk mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Buktinya banyak penelitian yang menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai kebersihan organ genitalia para remaja putri. 4 Menjaga kesehatan organ reproduksi pada perempuan diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan. Membersihkan vagina dengan cara membasuh secara teratur bagian vulva secara hati-hati menggunakan air bersih. yang harus diperhatikan lagi adalah membersihkan bekas keringat yang ada di sekitar bibir vagina. 5 Beberapa penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita adalah dapat berupa trikomoniasis, vaginosis bacterial, kandidiasis, vulvovaginitis, gonorea, klamidia, dan sifilis. Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita adalah terjadi keputihan. Keputihan (flour albus) adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. Untuk itu, siswi sangat perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menjaga kesehatannya terutama kesehatan reproduksi remaja. 6

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah khususnya BKKBN telah melaksanakan dan mengembangkan program konseling KRR serta empat program dengan pendekatan, institusi keluarga dalam hal ini orangtua, kelompok sebaya (peer group), institusi sekolah dan tempat kerja (perusahaan). Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. 7 Memiliki perilaku yang baik merupakan salah satu faktor yang sangat membantu bagi siswi SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku terhadap masalah organ reproduksi wanita, karena dengan adanya perilaku baik yang dimiliki oleh remaja putri, otomatis sangat membantu remaja tersebut dalam berperilaku yang baik untuk mencegah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi wanita sehingga adanya dorongan dari siswi itu sendiri untuk bertindak dalam hal ini melakukan tindakan yang diharapkan dapat mencegah munculnya kasus-kasus yang berhubungan dengan masalah organ reproduksinya. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku remaja putri tentang perawatan organ reproduksi wanita, meliputi organ reproduksi wanita, tindakan siswi dalam melakukan perawatan organ reproduksinya untuk mencegah masalah kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksinya dan dukungan sosial bagi siswi di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Provinsi Maluku mulai tanggal 8 juli hingga 24 juli 2013. Populasi penelitian adalah seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 1 Dobo berjumlah 138 orang. Sampel penelitian adalah seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 1 Dobo. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik exhaustive sampling dengan besar sampel 138 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuesioner sambil mengawasi pengisian kuesioner tersebut. Data diperoleh dengan cara mendapatkan hasil jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Analisis data dilakukan menggunakan program komputer dan penyajian data berupa tabel disertai narasi.

HASIL Responden lebih banyak pada kelompok umur 16-20 tahun yaitu 96 orang (69,6%) dan kelompok umur 11-15 tahun yaitu sebanyak 42 orang (30,4 %). Adapun berdasarkan kelas, responden lebih banyak pada kelas XI IPS 1 dengan jumlah siswi 22 orang (15,9%) disusul kelas XI IPS 2 dengan jumlah 20 orang (14,5%), XI IPS 3 dengan jumlah yang sama dengan kelas XI IPS 2 yaitu 20 orang (14,5%) disusul pula kelas XI IPB dengan jumlah 19 orang (13,8%), XI IPA 3 yaitu 19 orang (13,8%) dan yang paling sedikit berada pada kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswi yaitu 17 orang (12,3%) (Tabel 1). Pengetahuan siswi umumnya cukup yaitu sebanyak 129 orang (93,55%). Variabel pengetahuan menunjukkan bahwa pengetahuan cukup paling banyak pada pengetahuan mengenai letak organ kelamin vagina yaitu sebanyak 118 orang (85,5%). Sementara pengetahuan kurang pada pengetahuan mengenai letak indung telur dan tuba falopi sebanyak 74 orang (53,6). Siswi yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 9 orang (6,5%). (Tabel 2) Umumnya tindakan dalam perawatan organ reproduksi siswi SMA Negeri 1 Dobo positif yaitu sebanyak 138 orang atau 100% siswi yang mempunyai tindakan positif. Umumnya dukungan sosial yang didapat oleh Siswi SMA Negeri 1 Dobo positif yaitu sebanyak 136 orang (98,6%). Sedangkan untuk dukungan sosial negatif yaitu 2 orang (1,4%) (Tabel 2). Variabel tindakan menunjukkan bahwa para siswi SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru memiliki tindakan positif paling banyak pada tindakan selalu menggunakan celana dalam yang bersih, dan kering yaitu sebanyak 133 orang (96,4%). Sementara tindakan negatif pada tindakan mengenai menggunakan pembalut meskipun tidak menstruasi sebanyak 82 orang (59,4%). Variabel dukungan sosial menunjukkan bahwa dukungan sosial bagi siswi positif paling banyak pada dukungan pihak sekolah dalam hal ini memberikan mata pelajaran yang berkaitan dengan organ reproduksi wanita yaitu sebanyak 128 orang (92,8%) (Tabel 2). Sementara dukungan sosial bagi siswi negatif pada dukungan mengenai teman dalam membantu mencari informasi dari luar (seperti buku, majalah dan lain-lain) tentang cara membersihkan organ reproduksi wanita yang baik dan benar sebanyak 94 orang (68,1%) dan dukungan mengenai teman yg ikut mendampingi konsultasi ke petugas kesehatan untuk memperoleh informasi tentang organ reproduksi wanita sebanyak 94 orang (68,1%). Siswi yang mempunyai pengetahuan cukup berjumlah 129 orang 93,5% dan pengetahuan kurang berjumlah 9 orang 6,5%. Sedangkan untuk tindakan siswi yang melakukan berjumlah 116 orang 99,2% dan yang tidak melakukan berjumlah 13 orang 61,9%. Siswi kelas eksata

yang melakukan tindakan perawatan memakai pembalut saat menstruasi berjumlah 55 orang 44,35% dan yang tidak melakukan tindakan perawatan tidak memakai pembalut saat menstruasi berjumlah 2 orang 14,28%. Sedangkan untuk kelas noneksata yang melakukan tindakan perawatan memakai pembalut saat menstruasi berjumlah 69 orang 55,65% dan yang tidak melakukan tindakan perawatan tidak memakai pembalut saat menstruasi berjumlah 12 orang 85,72%. (Tabel 3) PEMBAHASAN Pengetahuan adalah apa yang mampu diketahui dan dipahami oleh manusia dari ilmu yang ada disekitarnya. Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi pola perilakunya. Pengetahuan juga merupakan hasil tahu dan ini juga terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi umumnya cukup. Siswi SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru yang mempunyai pengetahuan cukup paling banyak pada pengetahuan tentang letak organ kelamin vagina dan pembagian organ reproduksi wanita dan paling sedikit pada pengetahuan tentang letak indung telur dan tuba falopi. Banyaknya siswi yang mempunyai pengetahuan cukup didukung oleh keterangan dari guru biologi bahwa mereka telah memperoleh pelajaran mengenai sistem reproduksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia mengenai perbandingan pengetahuan remaja putri di dalam menjaga kebersihan organ reproduksi dalam mencegah keputihan di SMP Al-Ikhlas Surabaya tentang organ reproduksi wanita. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa terdapat 69,7% siswi kelas II di SMP Al-Ikhlas Surabaya yang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organ reproduksi wanita. 9 Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Salah satu keterampilan hidup adalah kemampuan merawat kesehatan dan kebersihan organ reproduksi kita dengan benar. Mencuci vagina setiap kali mandi dan menggunakan pakaian dalam yang bersih sangatlah penting bagi remaja putri dalam berperilaku terutama masalah kebersihan organ genitalia dalam mencegah timbulnya penyakit akibat tidak menjaga kebersihan organ genitalia seperti masalah keputihan (flour albus) dan efek yang lebih serius yaitu terjadinya kanker serviks.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marista tentang sikap remaja terhadap personal hygiene organ reproduksi di SMK Labor Pekanbaru didapatkan hasil mayoritas responden bersikap positif terhadap personal hygiene yaitu 53,1%. Hal ini dipengaruhi oleh adanya dorongan dari diri sendiri di mana responden merawat organ genetalianya salah satunya mencuci vagina setiap kali mandi dan menggantikan celana dalam 2 kali sehari. 10 Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua siswi melakukan tindakan dalam perawatan organ reproduksi wanita. Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amelia tentang tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan di SMA YLPI Pekanbaru hasil penelitian tentang tindakan dalam menjaga kebersihan organ genitalia dalam mencegah keputihan sebagian besar adalah buruk yaitu 117 orang (62,2%) sedangkan responden yang memiliki tindakan baik adalah 71 orang (37,8%). 11 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tindakan perawatan yang dilakukan oleh para siswi. Hasil uji statistik sebelumnya menunjukkan semua siswi telah melakukan tindakan perawatan organ reproduksi wanita. Namun secara parsial, masih ada yang tidak melakukan tindakan perawatan organ reproduksi wanita salah satunya yaitu tindakan siswi yang tidak menggunakan pembalut pada saat menstruasi. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum menerapkan tindakan perawatan secara holistik serta perilaku hygiene yang belum maksimal. Namun masyarakat setempat terkadang memang tidak menggunakan pembalut ketika mengalami menstruasi. Pembalut tidak jarang diganti dengan penggunaan saputangan ataupun kain tertentu yang dianggap dapat menggantikan fungsi pembalut. Menurut Bastman, penghayatan kebermaknaan hidup dapat disebabkan oleh adanya dimensi sosial, salah satunya dapat berasal dari dukungan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tentunya memerlukan adanya dukungan dari orang lain. 12 Dukungan akan dirasakan sangat berharga ketika seseorang berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Seseorang yang mendapat dukungan sosial akan merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai yang selanjutnya akan merasakan kepuasan dalam hidup dan dapat menghadapi tantangan dan masalah-masalahnya dengan lebih efektif. Sebaliknya, seorang yang tidak atau kurang mendapatkan dukungan sosial, apalagi dalam situasi yang banyak konflik, akan merasa diasingkan, mengalami kesunyian dan kehampaan hidup. 13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang mendapatkan dukungan sosial, mengenai perawatan organ reproduksi wanita positif yaitu sebanyak 98,6% dan siswi yang mendapatkan dukungan sosial negatif sebanyak 1,4%. Dukungan yang diperoleh berupa dukungan dari pihak sekolah dalam hal ini memberikan mata pelajaran biologi yang berkaitan

dengan organ reproduksi wanita yang diajarkan oleh guru biologi. Hasil penelitian di atas sejalan dengan pendapat Munandar yang menyatakan bahwa guru adalah orang selain orangtua yang berpengaruh besar pada remaja. Guru yang memperkenalkan kepada remaja tentang dunia ilmu pengetahuan, teori dan penerapannya. Melalui pengajaran inilah guru dapat mengarahkan dan menyalurkan kegelisahan dan tenaga lebih dari remaja pada kegiatankegiatan mental maupun fisik. 14 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengetahuan, tindakan dan dukungan sosial terhadap remaja putri tentang perawatan organ reproduksi wanita di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Pengetahuan siswi cukup yaitu sebanyak 129 orang (93,5%) dan yang kurang yaitu sebanyak 9 orang (6,5%) di kelas XI SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru. Tindakan perawatan organ reproduksi siswi dilakukan oleh semua responden yaitu 138 orang (100%) di kelas XI SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru. Dukungan sosial bagi siswi kelas XI SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru lebih banyak positif yaitu 136 orang (98,6%) dan dukungan sosial yang negatif yaitu 2 orang (1,4%). Saran kepada pihak sekolah agar perlu dilakukan pendampingan guru sebagai langkah follow-up terhadap pengetahuan siswi yang tergolong cukup serta peningkatan pengetahuan bagi yang kurang pengetahuannya. Selain itu, perlu dilakukan tindakan persuasif kepada keluarga agar memberikan dukungan kepada para siswi yang belum memperoleh dukungan sosial. DAFTAR PUSTAKA 1. Aden. Ketika remaja dan pubertas tiba. Jakarta: Hanggar Creator; 2010. 2. Afriani Farida. Hubungan beberapa faktor remaja putri terhadap kejadian keputihan di SMA Salatiga [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2005. 3. Kurniawati. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007 4. Paath. Hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta [Skripsi]. Depok: Universitas Gunadarma; 2005. 5. Nasria. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2002. 6. Tri. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktek kesehatan reproduksi remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.

7. Sarwono. Persepsi remaja terhadap organ reproduksi wanita di SLTP K Immanuel Pontianak [Skripsi]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2003. 8. Kusmiran. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika; 2011. 9. Amelia. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja dengan perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2007 10. Marista. Gambaran tingkat pengetahuan perineal hygiene pada remaja putrid di SMA 58 Jakarta [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008. 11. Amelia. Hubungan pengetahuan dan sikap remaja puteri tentang keputihan (fluor albus) dengan upaya pencegahan (studi pada siswi SMA Tunas Patria Ungaran tahun 2007) [Skripsi]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2007 12. Bastman. Hubungan perilaku hygiene pribadi dengan kejadian keputihan pada siswi SMA Negeri 1 Loceret [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2011 13. Hubungan tingkat pengetahuan dengan persepsi mahasiswi FIK Universitas Indonesia tentang kebersihan vagina [Skripsi]. Depok: Universitas Indonesia; 2007 14. Munandar. Hubungan pengetahuan, sikap, dan praktek personal hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja puteri di desa winong kecamatan penawangan kabupaten grobogan tahun 2005 [Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah; 2005.

LAMPIRAN Tabel 1. Karakteristik Responden di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Karakteristik Responden Jumlah siswi n % Kelompok Umur 11-15 16-20 Kelas XI IPB XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPS 1 XI IPS 2 XI IPS 3 Sumber: Data Primer, 2013 42 96 19 21 17 19 22 20 20 30,4 69,6 13,8 15,2 12,3 13,8 15,9 14,5 14,5 Tabel 2. Distribusi Responden menurut Pengetahuan, Tindakan, dan Dukungan Sosial di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Variabel Pengetahuan Cukup Kurang Tindakan Melakukan Tidak melakukan Dukungan Positif Negatif Sumber: Data Primer, 2013 Frekuensi n % 129 9 138 0 136 2 93,5 6,5 100 0 98,6 1,4

Tabel 3. Distribusi Responden menurut Variabel Penelitian di SMA Negeri 1 Dobo Kabupaten Kepulauan Aru Variabel Tindakan Total Melakukan Tidak melakukan Pengetahuan Cukup Kurang Kelas Eksata Noneksata n % n % n % 116 1 55 69 Sumber: Data Primer, 2013 99,2 0,8 44,35 55,65 13 8 2 12 61,9 38,1 14,28 85,72 129 9 57 81 100 100 58,63 41,37