BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha yang dilakukan agar peran pendidikan dapat tercapai, maka kita. sebagai Warga Negara Indonesia harus berusaha belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

A. Latar Belakang Masalah

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebab penduduk di Indonesia kurang memperhatikan pendidikan adalah

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sekalipun mereka berasal dari anak kembar. Tiap orang memiliki ciri-ciri pribadi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu Negara berdasarkan sosio kultural, psikologis, ekonomis, dan politis. Pendidikan tersebut ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut dengan kepribadian nasional. Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupannya, serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan, itulah yang disebut sistem pendidikan nasional (Hasbullah 2011:123). Berikut ini akan dikemukakan sejumlah pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli pendidikan: 1. Langeveld Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang berikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. 2. Jhon Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamentasl secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesama manusia. 3. Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota 1

2 masyarakat dapatlah mancapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 4. Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. 5. Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan sistem pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dacapai oleh semua satuan pendidikannya. Meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri, namun tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional (Hasbullah 2011:125). Undang - Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

3 IPS adalah bidang studi yang menelaah menganalisis gejala dan masalah sosial masyarakat dengan meninjau berbagai aspek kehidupan. Tujuan pembelajaran IPS agar membentuk warga Negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri ditengah-tengah keuatan fisik dan sosial yang pada gilirannya akan menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD yang terdiri atas dua bahan kajian pokok yakni pengetahuan sosial dan sejarah. Pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi, dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan kemampuan anak didik agar menjadi anggota masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap konsisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu juga diharapkan mereka memiliki sikap dan karakter sebagai warga negara, dan memiliki keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mata pelajaran yang dimuat dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar salah satunya adalah IPS. Kurikulum pengetahuan sosial disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan pengetahuan sosial. Saat ini kesejahteraan bangsa tidak hanya bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi juga bersumber pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan (kredibilitas). Pada hakikatnya, materi pengetahuan sosial merupakan suatu wahana pembelajaran yang diharapkan tumbuh seiring dengan perkembangan peserta didik dalam melihat diri dan lingkungannnya. Pada materi

4 pembelajaran IPS di SD kelas V yang akan diteliti oleh peneliti adalah mengenai peristiwa penting menjelang kemerdekaan yang bertujuan agar setiap peserta didik dapat mengetahui peristiwa penting menjelang kemerdekaan. Namun kenyataannya dari hasil observasi awal di lapangan yang dilakukan peneliti pada SDN Cimuncang 02 Bandung, di mana proses pembelajaran IPS di kelas V kurang menarik. Hal itu disebabkan karena model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi atau masih monoton serta guru kurang memanfaatkan media yang ada dan guru kurang mengaitkan materi dengan kehidupan seharihari. Guru juga belum pernah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini disebabkan karena faktor guru dan faktor siswa. Dalam proses kegiatan belajar-menggajar guru kurang bervariasi dalam menggunakan model pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan beracuan pada buku panduan. Guru juga jarang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dipelajari sehinga mengakibatkan siswa kurang memahami akan materi yang diterima dari guru. Terlihat di sini guru yang lebih aktif dibandingkan dengan siswanya sehingga peserta didik menjadi jenuh dan merasa bosan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam belajar IPS sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya hasil belajar siswa tidak semata-mata dari guru namun juga bersumber dari dalam diri siswa. Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar biasanya ditandai dengan keseriusannya untuk belajar sungguh-sungguh agar mendapat nilai yang baik.

5 Pada saat mengajar masih banyak guru yang ditemukan tidak menggunakan media, padahal media sangat membantu siswa untuk memahami materis yang akan disampaikan oleh guru. Terlebih untuk siswa Sekolah Dasar yang umumnya kesulitan dalam memahami konsep pembelajaran yang bersifat abstrak. Di sinilah pentingnya penggunaan model pembelajaran dan media yang digunakan guru dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan belajarnya khususnya pada pelajaran IPS. Rendahnya hasil belajar IPS bukan hanya disebabkan karena mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang menghafal, melainkan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa yang diberikan guru. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khusunya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi hasilnya. Pendapat seperti ini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menetukan prestasi belajar, karena prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab 1 Pasal 1 menyatakan bahwa: Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

6 Sebagai gambaran dari hasil observasi yang dilakukan di SDN Cimuncang 02 Bandung di kelas V pada bulan Januari 2016 pada pembelajaran IPS banyak sekali ditemukan kendala-kendala yang menyebabkan prestasi belajar peserta didik menurun, diantaranya adalah pertama, peserta didik masih kurang aktif dalam belajar IPS karena menganggap mata pelajaran IPS itu sulit. Kedua, masih rendahnya prestasi hasil belajar peserta didik mata pelajaran IPS. Ketiga, kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang menunjang untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara kepada tiga orang peserta didik yaitu Mahesa Yulia Sa'adah, Shalsabila Rizkiyani, dan Rizqita Asyifa Putri. Menurut mereka pembelajaran IPS yang dilakukan oleh gurunya membosankan. Penggunaan media pembelajaran yang jarang menyebabkan partisipasi dan interkasi pembelajaran peserta didik kurang memuaskan, sehingga kemajuan belajar, perhatian dan hasil belajar peserta didik perlu ditingkatkan. Model problem based learning adalah salah satu model yang dipandang dapat memberikan pengalaman belajar yang berkenaan dengan objek yang dipelajari. Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan adalah dengan pemanfaatan menggunakan model problem based learning. Hal ini diyakini dapat membantu proses belajar mengajar di SDN Cimuncang 02 khusunya mata pelajaran IPS. Alasan lain pengguanaan model problem based learning yang tepat dapat memotivasi belajar dalam proses dan hasil pengajaran peserta didik karena taraf

7 berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berfikir sederhana ke kelompok begitu besar manfaat model problem based learning sehingga sangat disayangkan apabila suatu lembaga pendidikan yang telah memiliki media pengajaran namun guru belum memanfaatkannya, apalagi mata pelajaran IPS banyak memerlukan metode agar mampu memberi kemudahan peseta didik mencapai tujuan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menemukan beberapa masalah diantaranya: 1. Pembelajaran yang hanya satu arah (berpusat pada guru), sehingga pembelajaran terasa monoton dan berpengaruh pada hasil belajar peserta didik. 2. Kurang minat belajar siswa di kelas. 3. Guru hanya menggunakan metode ceramah. 4. Kurangnya guru menggunakan media pembelajaran. 5. Guru kurang memberikan kesempatan siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran. 6. Pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar 7. Proses belajar yang dilakukan siswa terbatas pada penguasaan materi pembelajaran atau penambahan pengetahuan sebagai bahan ujian atau test. 8. Siswa bahakan terlihat tidak betah dikelas yang sering kali keluar masuk kelas pada saat pembelajaran berlangsung

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Materi Peristiwa Penting Menjelang Kemerdekaan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung? Lebih khusus rumusan masalah tersebut dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimana perencanan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung? b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung? c. Apakah model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung? Masalah penelitian dibatasi pada pembelajaran IPS siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung semester II tahun ajaran 2015/2016 pada materi Peristiwa Penting Menjelang Kemerdekaan. Penelitian ini difokuskan pada

9 upaya meningkatkan hasil belajar IPS pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dibatasi sebagai berikut apakah penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung?. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan secara khusus adalah : a. Ingin mengetahui RPP yang disusun dengan menggunakan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung b. Ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil

10 belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung c. Ingin mengetahui seberapa besar peningkatan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung d. Ingin mengetahui seberapa besar respon peserta didik setelah belajar dengan penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Cimuncang 02 Bandung F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai teori yang menyatakan bahwa peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acaun untuk melakukan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

11 a. Bagi Siswa 1) Siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 2) Siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 3) Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif, kreatif, dan menyenangkan. b. Bagi Guru/Peneliti 1) Dengan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas. 2) Peneliti mampu mendeteksi kemudian memperbaiki proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 3) Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru mengenai penggunaan model pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. c. Bagi Sekolah 1) Sebagai masukan bagi guru Sekolah Dasar dalam menyampaikan materi bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. 2) Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

12 3) Sebagai acuan untuk melakukan tindakan sejenis. G. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir adalah alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, peserta didik kelas V dalam pembelajaran IPS masih tergolong rendah, Hal ini disebabkan karena dalam memberikan pembelajaran IPS, dalam proses pembelajarannya guru jarang menggunakan media pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, pembelajaran hanya berdasarkan buku paket dan kurang terdapat referensi sumber belajar lain, selain itu metode yang digunakan tidak bervariatif yaitu dengan menggunakan metode ceramah mengakibatkan keadaan di kelas menjadi kurang kondusif karena perhatian siswa tidak fokus di kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka peneliti berusaha mencari model pembelajaran yang cocok yaitu dengan model problem based learning yaitu pemanfaatan media gambar yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan di kelas V SDN Cimuncang 02 Bandung. Adapun salah satu kelebihan menggunakan model problem based learning adalah peserta didik mampu memecahkan masalah dengan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan Dari permasalahan tersebut di atas peneliti membuat kerangka berpikir seperti pada bagan berikut:

13 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Keadaan sekarang 1. Pembelajaran IPS materi peritiwa penting menjelang kemerdekaan menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif dan kurang memahami materi serta perhatian kurang fokus. 2. Kurang menggunakan media atau alat pembelajaran Perlakuan 1. Merubah metode yang digunakan 2. Menggunakan media secara langsung Hasil 1. Guru menggunakan model problem based learning 2. Pembelajaran menyenangkan 3. Aktifitas belajar siswa menjadi aktif Melakukan kegiatan mengamati gambar Penggunaan model problem based learning Evaluasi awal Evaluasi akhir Gambar kerangka berpikir pada penelitian tindakan kelas Sumber Kunandar (2008:276) H. Asumsi Menurut Prof. Dr. Winanto Surakhamd M.Sc.Ed tersedia: www.abdansyakuro.com/ 2015/03/ pengertian- teori- menurut- para- ahli. html?m=1 Asumsi merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Asumsi merupakan sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk sementara sebelum ada kepastian. Peneliti berasumsi bahwa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan alasan sebagai berikut, bahwa dengan menggunakan model problem based learning

14 diharapkan peserta didik lebih fokus pada pembelajaran IPS, sehingga hasil belajar peserta didik lebih meningkat hingga membuat prestasi pembelajaran pun meningkat. I. Hipotesis Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007:137) tersedia: www.retno9293.blogspot.com/2013/04/hipotesis.html?m=1 hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lema (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori. Berdasarkan asumsi diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: Dengan penerapan model problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS di kelas V pada materi peristiwa penting menjelang kemerdekaan.

15 J. Definisi Operasional 1. Pengertian Model Problem Based Learning Model Pembelajaran Based Learning (PBL): suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya (Hamruni, 2009) 2. Pengertian Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa yang lampau (Sapriya:2008:9). Menurut Somantri (dalam Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah: Penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorgansasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. 3. Hasil belajar Menurut Sukmadinata Nana Syaodih (2009:177) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang Menurut Mulyasa Enco (2009:212) dalam bukunya Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseleruhuan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan drajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

16 Berdasarkan pengertian di atas, model problem based learning yaittu suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru unuk dapat menyelesaikannya. Sehingga dengan menggunakan model tersebut keadaan wajib menerima segala sesuatu yang telah dilakukan peserta didik dan perubahan dalam aspek kohnitif dan psikomotorik. K. Struktur Organisasi Skripsi BAB I Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi Masalah c. Rumusan Masalah d. Batasan Masalah e. Tujuan Penelitian f. Manfaat Penelitian g. Definisi Operasional h. Struktur Organisasi Skripsi BAB II Kajian Teoretis a. Kajian Teori b. Analisis dan Pengembangan Materi Pelajaran yang Diteliti BAB III Metode Penelitian a. Untuk Penelitian Tindakan Kelas (1) Setting Penelitiam (2) Subjek penelitian (3) Metode Penelitian

17 (4) Desain Penelitian (5) Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (6) Rancangan Pengumpulan Data (7) Pengembangan Instrumen Penelitian (8) Rancangan Analsis Data (9) Indikator Keberhasilan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Deskripsi Hasil dan Temuan Penelitian b. Pembahasan Penelitian BAB V Simpulan dan Saran a. Simpulan b. Saran