PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

ANALISIS FAKTOR KEKUMUHAN PEMUKIMAN DI KELURAHAN CALACA KOTA MANADO

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG KAWASAN PERMUKIMAN

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

KETERKAITAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DAN BENTUK MITIGASI BANJIR DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

PENATAAN KAWASAN KUMUH PINGGIRAN SUNGAI DI KECAMATAN SUNGAI RAYA

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Pemahaman atas pentingnya Manual Penyusunan RP4D Kabupaten menjadi pengantar dari Buku II - Manual Penyusunan RP4D, untuk memberikan pemahaman awal

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

perbaikan pola hidup diagnosa treatment

Denpasar, 20 April 2016

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

-1- PENETAPAN LOKASI PENILAIAN LOKASI. Gambar 1. Skema Penetapan Lokasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BUPATI LAMPUNG TIMUR PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1151

PERANAN RP2KPKP DALAM PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KUMUH PERKOTAAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

BUPATI WAKATOBI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS TERHADAP PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Buletin Warta Desa. Tentang Program Kotaku. Manfaat & Target Program. Tujuan. Tujuan Antara

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

Kebijakan dan Pelaksanaan Program Bidang Cipta Karya

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 4 Tahun 2017 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Halaman Pernyataan Halaman Persembahan Kata Pengantar. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kondisi Kekumuhan Kampung Nelayan Sejahtera Kota Bengkulu dalam Upaya Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2017

PROGRAM JANGKA MENENGAH. Kawasan prioritas PLUS

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dan kecenderungan perkembangan kawasan di perkotaan khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat urbanisasi. Tingkat urbanisasi yang tinggi berakibat pada ruang fisik

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

FORMAT I PROFIL SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN. I. Aspek Kebijakan Kota/Kabupaten. Berdasarkan Pola Dasar Pembangunan Kota/Kab :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Apakah yang dimaksud dengan Perumahan dan Permukiman?

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama berabad-abad

I. PENDAHULUAN. Kelurahan Purus merupakan salah satu kelurahan di kota Padang yang relatif berkembang

Transkripsi:

JurnalSangkareangMataram 9 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH Oleh: Indah Arry Pratama Dosen Fakultas Teknik Universitas Nusa Tenggara Barat Abstrak: Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Perkembangan daerah urban mengubah lahan dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang ada, sehingga sekarang banyak bermunculan kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang berkembang Kelurahan Panjisari Kabupaten Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu Identifikasi Risiko, Pembuatan Peta Risiko, Mitigasi Risiko.Berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko permukiman kumuh Kelurahan Panjisari berada pada Tingkat Kekumuhan Berat, dan pemetaaan potensi risiko diharapkan pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali atau Peremajaan. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan penangan fisik bangunan, penyediaan bak sampah, penanganan limbah dan perbaikan jalan lingkungan Kata kunci : pemetaan, risiko, kumuh PENDAHULUAN Perkembangan kota sangat dipengaruhi oleh akibat dari kondisi permukiman yang tidak sesuai tingkat pertumbuhan penduduknya. Dengan dengan standar kesehatan dan memberikan dampak semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini sosial dan ekonomi masyarakat yang buruk. maka semakin tinggi pula kebutuhan lahan Permasalahan kawasan permukiman kumuh yang diperkotaan. Oleh karena itu, tingkat kepadatan di terjadi perlu segera dilakukan penanganan sehingga kawasan perkotaan cenderung lebih tinggi dari pada tercapai suatu lingkungan permukiman yang sehat dikawasan rural karena tingkat aktivitas penduduk dan layak huni serta berkualitas. diperkotaan yang cenderung lebih tinggi. Pentingnya penanganan permasalahan Perkembangan daerah urban mengubah lahan permukiman kumuh ini, sejalan dengan apa yang dengan tutupan vegetasi menjadi permukaan yang ditegaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 tentang kedap air dengan kapasitas penyimpanan air yang Perumahan dan Permukiman bahwa penataan kecil atau tidak ada sama sekali. Aktivitas yang perumahan dan permukiman bertujuan untuk: (1) paling dominan terhadap penggunaan lahan adalah Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu aktivitas bertempat tinggal (pemukiman). Aktivitas kebutuhan dasar manusia, dalam rangka ini memakan lebih dari 50% dari total lahan yang peningkatan dan pemerataan kesejahteraan manusia; ada, sehingga sekarang banyak bermunculan (2) Mewujudkan perumahan dan permukiman yang kawasan pemukiman dengan konsep vertikal untuk layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan mengurangi permasalahan akan keterbatasan lahan teratur. Sebelum melakukan penanganan terhadap pemukiman. Sebagai Daerah yang sedang kawasan permukiman kumuh, perlu dilakukan berkembang, Kelurahan Panjisari Kabupaten telaah tentang kawasan permukiman kumuh (slum). Lombok Tengah akan menghadapi permasalahan Identifikasi ini sangat penting sebagai dasar dalam yang umum dijumpai oleh wilayah kota/perkotaan, menemukenali kawasan permukiman kumuh. Proses yaitu munculnya kawasan permukiman kumuh. ini mencakup tiga segi: 1) kondisi fisiknya; 2) Keberadaan lingkungan kawasan permukiman kondisi sosial ekonomi budaya komunitas yang kumuh membawa permasalahan baru, seperti bermukim di permukiman tersebut 3) dampak oleh perkembangan fisik kota yang tidak baik, kedua kondisi tersebut. Melalui pengidentifikasian memberikan efek visual yang jelek, tingkat ini, akan sangat mudah menentukan bentuk kesehatan masyarakat yang semakin rendah sebagai penanganan pada setiap kawasan permukiman

10 JurnalSangkareangMataram kumuh di Kelurahan Panjisari Kabupaten Lombok Tengah. METODE PENELITIAN Penelian dilakukan di Kelurahan Panjisari Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini dilakukan dalam Tiga (3) Tahap, yaitu : 1. Identifikasi Risiko Kegiatan identifikasi risiko ini dilakukan dengan melakukan survey awal kelokasi, serta melakukan wawancara dengan masyarakat dan instansi terkait di lingkungan tersebut. 2. Pembuatan Peta Risiko Berdasarkan hasil identifikasi risiko dilanjutkan dengan pembuatan peta risiko berdasarkan tipologi kawasan kumuh. 3. Mitigasi Risiko Kegiatan ini adalah tindak lanjut dari pmbuatan peta risiko kumuh, dengan memberikan solusi penanganan kawasan kumuh di Kelurahan Panjisari. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Definisi Kawasan Kumuh Kawasan pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghuninya (Budiharjo, 1997). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Pendapat lain tentang definisi permukiman kumuh dinyatakan oleh Sadyohutomo (2008), yaitu tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota dan permukiman padat tidak teratur di pinggiran kota yang penghuninya umumnya berasal dari para migran luar daerah. Sebagian dari permukiman ini merupakan permukiman yang ilegal pada tanah yang bukan miliknya, tanpa seijin pemegang hak tanah sehingga disebut sebagai permukiman liar (wild occupation atau squatter settlement). Tanahtanah yang diduduki secara liar ini adalah tanahtanah pemerintah atau negara, misalnya sempadan Volume 2, No. 2, Juni 2016 ISSNNo.2355-9292 sungai, sempadan pantai, dan tanah instansi yang tidak terawat. Sedangkan perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. b. Penyebab Pemukiman Kumuh Menurut Sadyohutomo (2008), penyebab munculnya permukiman kumuh adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan kota yang tinggi, yang tidak diimbangi oleh tingkat pendapatan yang cukup; 2. Keterlambatan pemerintah kota dalam merencanakan dan membangun prasarana (terutama jalan) pada daerah perkembangan permukiman baru. Seiring dengan kebutuhan perumahan yang meningkat maka masyarakat secara swadaya memecah bidang tanah dan membangun permukiman tanpa didasari perencanaan tapak ( site plan) yang memadai. Akibatnya bentuk dan tata letak kavling tanah menjadi tidak teratur dan tidak dilengkapi prasarana dasar permukiman. Menurut Sadyohutomo (2008) penghuni liar dan tempat tinggal kumuh terbentuk karena ketidakmampuan pemerintah kota dalam merencanakan dan penyediaan perumahan yang terjangkau bagi kalangan yang berpendapatan rendah di suatu populasi perkotaan. Oleh karena itu bangunan liar dan pemukiman kumuh adalah solusi dari perumahan bagi populasi perkotaan yang berpendapatan rendah. Pada daerah mega urban atau area metropolitan, sebagian dari masalah terkait dengan koordinasi antara kekuasaan yang berbeda dalam pengelolaan pembangunan ekonomi, perencanaan kota, dan alokasi lahan. Munculnya permukiman liar dan permukiman yang tidak layak huni sebenarnya merupakan kelemahan manajemen dalam mengelola tata ruang kota. Upaya telah dilakukan untuk mengurangi persoalan permukiman kumuh yaitu dengan perbaikan kondisi lingkungan dan membuat rumah susun yang telah melibatkan partisipasi masyarakat (Sadyohutomo (2008). Menurut Sadyohutomo (2008) rumah kumuh memberikan jawaban hidup bagi orang yang tinggal di dalamnya. Tanpa bantuan sedikitpun dari pemerintah, penduduk mampu membangun perekonomian secara mandiri, serta tidak memerlukan kredit perbankan. Penduduk mampu memanfaatkan sumber daya yang amat terbatas agar dapat bertahan hidup dan umumnya mampu mendaur ulang bahan-bahan yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang berguna. Dengan demikian secara swadaya, kebutuhan dasar perumahan dapat dipenuhi. Secara ekonomi, permukiman ini juga http://www.untb.ac.id

memasok barang dan tenaga kerja yang murah, terutama dalam sektor informal. c. Karakteristik dan Ciri-ciri Pemukiman Kumuh Menurut Avelar et al. (2008) karakteristik permukiman kumuh mempunyai kondisi perumahan dengan kepadatan tinggi dan ukuran unit perumahan relatif kecil, atap rumah di daerah kumuh biasanya terbuat dari bahan yang sama dengan dinding. Karakteristik pemukiman kumuh yang paling menonjol adalah kualitas bangunan rumahnya yang tidak permanen, dengan kerapatan bangunan yang tinggi dan tidak teratur, prasarana jalan yang sangat terbatas kalaupun ada berupa gang-gang sempit yang berliku-liku, tidak adanya saluran drainase dan tempat penampungan sampah, sehingga terlihat kotor. Menurut hasil penelitian Suparlan (2000) pemukiman kumuh memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai. 2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruang-ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin. 3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruangruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya. 4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuansatuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai: - Sebuah komunitas tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar. - Satuan komunitas tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW. - Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar. 5. Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut. 6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal. JurnalSangkareangMataram 11 d. Penetapan Lokasi Kumuh Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh didahului dengan penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganan, seperti pemugaran; peremajaan; atau pemukiman kembali. Penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan: 1. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota; 2. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan; 3. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni; 4. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan; 5. kualitas bangunan; dan 6. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat. e. Dimensi Pemukiman Kumuh Pada dasarnya suatu permukiman kumuh terdiri dari beberapa aspek penting, yaitu tanah/lahan, rumah/perumahan, komunitas, sarana dan prasarana dasar, yang terajut dalam suatu sistem sosial, sistem ekonomi dan budaya baik dalam suatu ekosistem lingkungan permukiman kumuh itu sendiri atau ekosistem kota. Oleh karena itu permukiman kumuh harus senantiasa dipandang secara utuh dan integral dalam dimensi yang lebih luas. Beberapa dimensi permukiman kumuh yang senantiasa harus mendapat perhatian serius (Suparno, 2006) adalah: 1. Permasalahan lahan di perkotaan; 2. Permasalahan prasarana dan sarana dasar; 3. Permasalahan sosial ekonomi; 4. Permasalahan sosial budaya; 5. Permasalahan tata ruang kota; dan 6. Permasalahan aksesibilitas. f. Tipologi Pemukiman Kumuh Berdasar pada kajian dan pengamatan di lapangan, secara umum lingkungan permukiman kumuh dapat diklasifikasikan menjadi 7 (tujuh) tipologi permukiman kumuh (Ditjen Perumahan dan Permukiman; 2002) yaitu: 1. Permukiman kumuh nelayan; 2. Permukiman kumuh dekat pusat kegiatan sosial ekonomi; 3. Permukiman kumuh di pusat kota; 4. Permukiman kumuh di pinggiran kota; 5. Permukiman kumuh di daerah pasang surut;

12 JurnalSangkareangMataram 6. Permukiman kumuh di daerah rawan bencana; dan 7. Permukiman kumuh di tepi sungai. g. Teori Pendekatan Pembangunan Kumuh Pendekatan yang saat ini diadopsi dalam pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh antara lain adalah locally based demand, pembangunan yang berkelanjutan dengan pendekatan TRIDAYA, kesetaraan gender, dan penataan ruang yang partisipatif. DiIndonesia, beberapa upaya perbaikan/peningkatan lingkungan permukiman kumuh telahdilaksanakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat lingkungan setempat. h. Peta Potensi Risiko Kumuh Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dengan pengamatan, wawancara, dan delianisasi kawasan, kawasan kumuh maka terbentuklah Peta Potensi Risiko Wilayah Kumuh Kecamatan Leneng Kabupaten Lombok Tengah seperti dibawah ini : 1. Karakteristik Wilayah dan Permasalahan Kawasan KARAKTERISTIK KAWASAN a. Koordinat 8 0 42 47.10 S 116 0 15 32.90 E b. Nama Lokasi Kumuh Kelurahan Panjisari c. Tipologi Kawasan Kumuh Perumahan kumuh dan pemukiman kumuh di dataran rendah d. Luas Lokasi Kumuh (ha) 5.49 e. Jumlah Penduduk di 1260 Lokasi Kumuh (Jiwa) f. Jumlah Kepala Keluarga di 315 Lokasi Kumuh (KK) g. Dusun/Lingkungan/RT/RW Gelondong h. Kelurahan/Desa Panjisari i. Kecamatan/Distrik Praya j. Kabupaten Lombok Tengah k. Provinsi Nusa Tenggara Barat PERMASALAHAN KAWASAN a. Bangunan rumah masih banyak yang non permanen berupa rumah panggung diatas air dan dibawahnya banyak sekali sampah menyebabkan tidak sehat b. Saluran drainase tidak berfungsi dengan baik, airnya mengenang dan tidak mengalir karena terdapat sedimentasi dalam saluran c. Masalah sampah dan limbah yang belum terkelola dengan baik 2. Penilaian Kekumuhan (Fisik) ISSNNo.2355-9292 3. Penilaian Pertimbangan Lain (Non Fisik) Kriteria dan Indikator Parameter Nilai Strategis Lokasi : Lokasi terletak pada fungsi strategis kawasan/wilayah Kepadatan Penduduk : Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <200 Jiwa/Ha Potensi Sosial Ekonomi Dukungan Masyarakat Komitmen Pemerintah Daerah PERTIMBANGAN LAIN 4. Penilaian Legalitas Tanah Kriteria dan Indikator : Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan : Dukungan masyarakat terhadap proses penangan an kekumuhan tinggi : Komitmen Penanganan oleh Pemda tinggi : PERTIMBANGAN LAIN SEDANG Parameter Status Tanah : Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status tanah, baik dalam hal kepemilikan maupun ijin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah (status tanah legal) Kesesuaian RTR : Keseluruhan lokasi berada pada zona pemukiman sesuai RTR Persyaratan Administrasi Bangunan : Sebagian atau keseluruhan bangunan pada lokasi belum memiliki IMB STATUS LAHAN : STATUS LAHAN LEGAL Volume 2, No. 2, Juni 2016 http://www.untb.ac.id

5. Skala Prioritas dan Rekomendasi Pola Penanganan SKALA PRIORITAS REKOMENDASI POLA PROGRAM FISIK : PRIORITAS 1-C5 : : PEMUKIMAN KEMBALI ATAU PEREMAJAAN FISIK BANGUNAN, PENYEDIAAN BAK SAMPAH, BETONISASI DRAINASE DAFTAR PUSTAKA JurnalSangkareangMataram 13 Avelar et al. (2008). Etiological treatment. Badan Pusat Statistik Lombok Tengah. 2014. Lombok Tengah dalam Angka. Lombok Tengah. Keputusan Ditjen Perumahan dan Permukiman. 2002. Konsep Panduan Identifikasi Kawasan Perumahan dan Pemukiman Kumuh. Jakarta. Sadyohutomo., Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah Realita dan Tantangan. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno., Sastra., Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta. UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pemetaan potensi risiko permukiman kumuh Kelurahan berada pada Tingkat Kekumuhan Berat 2. Pola penanganan tingkat kekumuhan dilakukan Pemukiman kembali atau Peremajaan 3. Program penanganan risiko dari tingkat kekumuhan yang ada dilakukan dengan penangan fisik bangunan, penyediaan bak sampah, dan betonisasi drainase.