LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

dokumen-dokumen yang mirip
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN BENGKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PASAR GROSIR DAN ATAU PERTOKOAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 3

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

RETRIBUSI PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 1 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI KARTU IDENTITAS TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

1 of 5 02/09/09 11:36

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 7 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 09 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 43 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBORAN AIR BAWAH TANAH DAN IZIN PEMAKAIAN AIR BAWAH TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 30 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TAKALAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2011 NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 1998 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG NOMOR 7 TAHUN 1999 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 SERI C NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGGUNAAN JALAN

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

RETRIBUSI WISMA/PESANGGRAHAN/VILLA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 548 TAHUN : 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI SERANG : a. bahwa guna memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam pemberian Ijin Mendirikan Bangunan maka perlu adanya pengaturan tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan ; b. bahwa dalam rangka pengawasan dan pengendalian IMB baik secara teknis maupun administrasi diperlukan pembiayaan yang diperoleh dari pungutan retribusi ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b di atas, perlu mengatur Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209 ) ; 2. Undang undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469 ) ; 3. Undang undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang ( Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501 ) ; 4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699 ) ; 6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821 ) ; 1 7. Undang-undang..

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 60 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839 ) ; 8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010 ) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3692) ; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah ( Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 466 ) ; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 500) ; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 17 Tahun 2001 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 521) ; 15. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 525). Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Serang. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Serang. 4. Dinas adalah Dinas Teknis yang menangani Tata Ruang dan Bangunan. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Tata Ruang dan Bangunan. 6. Pejabat 2

6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Tata Ruang dan Bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, Perseroan Komanditair, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 8. Ijin Mendirikan Bangunan yang selanjtnya disingkat IMB adalah Ijin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perorangan atau Badan untuk membangun. 9. Mendirikan Bangunan adalah setiap kegiatan membangun, memperbaharui, merubah, mengganti seluruh atau sebagian, memperluas bangunan dan bangunbangunan. 10. Merubah bangunan adalah pekerjaan merubah bentuk arsitektur bangunan, merubah material, struktur bangunan dan atau menambah bangunan yang ada. 11. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik arsitektur yang digunakan sebagai wadah kegiatan manusia. 12. Bangun-bangunan adalah perwujudan fisik arsitektur yang tidak digunakan untuk kegiatan manusia. 13. Garis Sempadan adalah Garis Batas Pengaman yang diperbolehkan untuk mendirikan bangunan, pagar dan atau sejenisnya. 14. Jarak Garis Sempadan adalah jarak minimal untuk mendirikan bangunan, pagar dan atau sejenisnya yang diukur dari as jalur jalan, rel kereta api, tepi sungai, tepi pantai, danau atau situ, saluran irigasi, lintasan kabel listrik tegangan tinggi/menengah/rendah, instalasi pipa minyak, pipa gas dan pipa air. 15. Bangunan terlanjur dibangun adalah bangunan yang sudah berdiri akan tetapi belum memiliki Ijin Mendirikan Bangunan. 16. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah Pembayaran atas pemberian Ijin Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada perorangan atau badan termasuk juga merubah bangunan. 17. Wajib retribusi adalah perorangan atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 18. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk melakukan pembayaran. 19. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang atau badan. 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang. 21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi tambahan dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda. 22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengelola data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan Peraturan Perundangundangan Retribusi Daerah. 3 23. Penyidikan

23. Penyidikan Pelanggaran Peraturan Daerah di bidang retribusi adalah Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang pelanggaran di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 24. Rumah Tinggal adalah bangunan yang terdiri atas ruangan atau gabungan ruangan yang berhubungan satu sama lain yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga. 25. Bangunan Jasa adalah bangunan yang digunakan untuk kepentingan usaha atau jual beli barang atau jasa. 26. Bangunan Industri adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan membuat atau menghasilkan suatu barang. 27. Bangunan Sosial non komersil adalah bangunan yang digunakan untuk kepentingan masyarakat dan tidak untuk mencari keuntungan. 28. Bangunan Sarana Ibadah adalah bangunan yang digunakan untuk kegiatan keagamaan. 29. Koefisien Dasar Bangunan adalah bilangan pokok atau perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas kavling tanah atau pekarangan. 30. Prosentase Guna Bangunan adalah besarnya prosentase bilangan pokok yang didasarkan pada fungsi bangunan. 31. Koefisien Lantai Bangunan adalah besarnya bilangan pokok yang didasarkan pada jumlah lantai/tingkat bangunan. 32. Koefisien Luas Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara jumlah luas lantai bangunan dengan luas kavling tanah yang ada. 33. Koefisien Ketinggian Bangunan adalah tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik teratas dari bangunan tersebut. 34. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Serang. BAB II NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Surat Ijin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran pemberian Ijin Mendirikan Bangunan Pasal 3 (1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Ijin Mendirikan Bangunan. (2) Obyek retribusi adalah Pemberian Ijin Mendirikan Bangunan. (3) Bangunan sosial non komersil dan sarana peribadatan hanya dikenakan biaya papan proyek IMB dan registrasi. (4) Tidak termasuk obyek retribusi adalah sarana peribadatan dan bangunan-bangunan tertentu yang akan ditetapkan oleh Bupati. BAB III. 4

B A B III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 4 Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perijinan Tertentu. B A B IV CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN Pasal 5 Tingkat penggunaan jasa Ijin Mendirikan Bangunan diukur berdasarkan jenis bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, Luas Bangunan, Koefisien Guna Bangunan, Standar Harga Bangunan atau Rencana Aanggaran Biaya (RAB). B A B V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 6 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan retribusi didasarkan pada pengkajian penelitian administrasi dan teknis rencana tata letak bangunan, survey lapangan, pengendalian mendirikan bangunan dan pembinaan. (2) Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi ruang dan arsitektur bangunannya,dalam hal perhitungan ketinggian bangunan apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke lantai penuh, berikutnya lebih dari 5 (lima) Meter, maka ketinggian bangunan dianggap 2 (dua) lantai kecuali bangunan pabrik, Gudang, Bengkel, Sarana Olah Raga dan bangunan sejenisnya, akan diatur oleh Bupati. B A B VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 7 (1) Biaya Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan ( IMB ) dihitung dengan rumus sebagai berikut : BRI LB SHDB KLB BRI = LB x SHDB Per M² x KLB x PGB = Biaya Retribusi Ijin = Luas Bangunan = Standard Harga Dasar Bangunan = Koefisien Lantai Bangunan PGB = Prosentase Guna Bangunan, Maksimal 2 %. (2) Dalam rangka menunjang kegiatan pelayanan pemberian Ijin Mendirikan Bangunan, perlu diberikan Biaya Operasional yang diatur dengan Keputusan Bupati. (3) Biaya pembuatan papan nama proyek dan plat nomor registrasi, dibebankan kepada pemohon Ijin Mendirikan Bangunan (IMB). 5 (4) Koefisien..

(4) Koefisien Lantai Bangunan dan Prosentase Guna Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan sebagai berikut : KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN NO. TINGKAT BANGUNAN KOEFISIEN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Lantai Basement Lantai dasar Lantai II Lantai III Lantai IV Lantai V Lantai VI Lantai VII Lantai VIII 1,20 1,00 1,090 1,120 1,135 1,162 1,197 1,236 1,265 Ket : Untuk setiap kenaikan 1 (satu) lantai koefisiennya ditambah 0,030 PROSENTASE GUNA BANGUNAN NO. GUNA BANGUNAN PROSENTASE 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Bangunan Perdagangan dan Jasa Bangunan Perindustrian Bangunan Perumahan Bangunan Rumah Tinggal Bangunan Pemerintah Bangunan Umum Bangunan Pendidikan Bangunan Sosial Bangunan Sarana Olah Raga Bangunan Campuran Bangun-bangunan Bangunan Khusus Bangunan Rekreasi Bangunan Lain lain 2,00 % 2,00 % 1,00 % 1,00 % 1,00 % 2,00 % 1,00 % 0,50 % 1,00 % 1,50 % 2,00 % 0,50 % 2,00 % 1,00 % (5) Standard Harga Dasar Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati. Pasal 8 (1) Untuk memperbaiki dan merubah bangunan (renovasi) dikenakan tarif sebesar 25 % dari nilai biaya retribusi bangunan. (2) Untuk mengganti IMB yang hilang dikenakan tarif sebesar 10 % dari nilai biaya retribusi bangunan. (3) Perpanjangan IMB dikenakan tarif sebesar 15 % dari nilai biaya retribusi bangunan. 6 (4) Untuk.

(4) Untuk Balik Nama IMB dikenakan tarif sebesar 10 % dari nilai biaya retribusi minimal Rp. 20.000,-. (5) Untuk Bangunan Terlanjur dibangun khusus Rumah Tinggal dikenakan tarif sebesar 50 % dari nilai biaya retribusi bangunan. BAB VII SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 9 Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD. BAB VIII TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 10 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD. (3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud ayat (2), ditetapkan oleh Bupati. BAB IX WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI Pasal 11 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah tempat pelayanan Ijin Mendirikan Bangunan. BAB X TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI Pasal 12 (1) Retribusi yang terutang dilunasi sekaligus. (2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XI TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 13 (1) Pengeluaran Surat Teguran dan Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak diterimanya SKRD oleh pemohon. (2) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal Surat Teguran, peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. 7 BAB XII..

BAB XII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya, atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua prosen) setiap bulannya dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. BAB XIII TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 15 (1) Kepala Daerah dapat memberikan Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan retribusi. (2) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada (1) Pasal ini, diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusuhan. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati. BAB XIV KADALUARSA PENAGIHAN RETRIBUSI Pasal 16 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. Diterbitkan Surat Teguran; atau b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 17 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang. (2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XVI P E N Y I D I K A N Pasal 18 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. 8 (2) Wewenang

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau berkenaan dengan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas ; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah. d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; i. Menghentikan penyidikan ; j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang berlaku. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Ijin Mendirikan Bangunan yang diberikan sebelumnya dinyatakan masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya ijin. (2) Apabila pemegang ijin belum melunasi retribusi, maka besarnya retribusi terutang ditagih berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor : 03 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 21 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. 9 Pasal 22

Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Serang. Disahkan di S e r a n g pada tanggal 28 Nopember 2001 BUPATI SERANG, Cap/Ttd. Diundangkan di S e r a n g pada tanggal 29 Nopember 2001 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERANG, B U N Y A M I N Cap/Ttd. AMAN SUKARSO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2001 NOMOR 548 10

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN UMUM Pemerintah Kabupaten Serang dalam rangka mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai, antara lain Peraturan-peraturan Daerah yang memuat tentang retribusi yang pada akhirnya dapat menghasilkan Pendapatan Daerah Sendiri dengan tidak melalaikan pelayanan yang prima. Bahwa selama ini pengaturan mengenai retribusi ijin mendirikan bangunan diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2000 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan, dengan Peraturan Daerah tersebut sektor ijin mendirikan bangunan telah banyak memberikan konstribusi terhadap pendapatan asli daerah, oleh karena itu untuk lebih meningkatkan sumber pendapatan daerah serta mengantisipasi perkembangan pembanguanan di Kabupaten Serang, perlu adanya penyesuaian dan pengaturan kembali dari Peraturan Daerah dimaksud. Dengan telah diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor.. Tahun 2001 tentang Ijin Mendirikan Bangunan serta telah adanya perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), dengan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048), maka perlu menyesuaikan dan mengatur kembali masalah Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan dalam Peraturan Daerah yang baru. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini. Ayat (1), (2), (3) dan (4) Ayat (1) dan (2) Pasal 7. 11

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) Ayat (1), (2), (3), (4) dan (5) Ayat (1) Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserhakan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama dengan badan-badan tertentu yang layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi secara efisien. Kegiatan yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan, penyetoran retribusi dan penagihan retribusi. Ayat (2) dan (3) Ayat (1) dan (2) Ayat (1) dan (2) Ayat (1), (2) dan (3) Ayat (1) dan (2) Ayat (1) dan (2) Pasal 18. 12

Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah yang telah diangkat berdasarkan Peraturan Perundangundangan yang berlaku. Ayat (2) dan (3) Ayat (1) dan (2) 13