Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP Di Unit ICU Rumah Sakit X Tahun 2012

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN


ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

EFFICIENCY TEST OF COLIMATOR SHUTTER AT THE X RAY TUBE IN RADIODIAGNOSTIC LABORATORY OF POLTEKKES JAKARTA 2 AND TWO CLINICAL HOSPITALS IN JAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN DI PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR TAHUN 2011

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

ANALISIS SEBARAN RADIASI HAMBUR CT SCAN 128 SLICE TERHADAP PEMERIKSAAN CT BRAIN

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

ANALISIS MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASIPADA INSTA LASI RADIOLOGI RSUD DR. H. M. RABAIN MUARA ENIM TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

ASPEK KESELAMATAN PADA PENGANGKUTAN BAHAN NUKLIR DENGAN KENDARAAN DARAT

PENERAPAN KESELAMATAN RADIASI PADA INSTALASI RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) PARU PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2013

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

UJI EFISIENSI CELAH (SHUTTER) KOLIMASI PERALATAN SINAR-X DI LABORATORIUM DAN DUA INSTALASI RADIOLOGI RS LAHAN PKL JUR TRO POLTEKKES JAKARTA II

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS WAKTU PELURUHAN TERHADAP PERSYARATAN DOSIS RADIOISOTOP UNTUK PEMERIKSAAN GONDOK

Volume 3 No. 1 April 2017 ISSN :

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03 TENTANG PEDOMAN DOSIS PASIEN RADIODIAGNOSTIK

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT TERAPI 60 Co atau 137 Cs

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

Dasar Proteksi Radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

Bab 2. Nilai Batas Dosis

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Diagnostic Reference Level (DRL) Nasional P2STPFRZR BAPETEN

KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU K3 DAN DOSIS RADIASI PEKERJA DI PUSAT TEKNOLOGI RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PTRR) BATAN SERPONG

SKRIPSI UTARA M E D A N. Oleh. Universitas Sumatera Utara

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

OPERASIONAL SISTEM PEMANTAUAN RADIASI SECARA REALTIME DI DAERAH KERJA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

UJI KELAYAKAN PESAWAT SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

GAMBARAN PENGETAHUAN RADIO GRAFER TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

Kontras. Darmini J. Dahjono Asri Indah Aryani

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Transkripsi:

Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP Di Unit ICU Rumah Sakit X Tahun 2012 Analysis of Safe Distance against Radiation Dose Scattering On Thorax AP Radiography Examination in the Unit ICU at Hospital X on 2012 Pratama Kurnia Wisnubrata Jurusan Kesehatan Masyarakat Abstrak Dalam pemanfaatan radiasi pengion khususnya di bidang medis, sinar x sangat berperan sekali dalam proses penegakan diagnosa. namun dalam penggunaanya harus dilandasi dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable), yakni bahwa suatu nilai paparan dosis radiasi yang diterima didalam pemanfaatan sinar-x adalah harus sekecil mungkin dan dapat dipertanggung jawabkan. dengan ketentuan BAPETEN Pemeriksaan radiologi seharusnya pada ruang tertutup dan telah di lengkapi oleh sistem proteksi radiasi. Pada hasil observasi di Rumah Sakit X bahwa terdapat pemeriksaan radiografi di unit Intensive Care Unit dan tidak terdapat sistem proteksi radiasi hal ini tidak sesuai dengan ketentuan BAPETEN. Maka Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang ditimbulkan pemeriksaan radiografi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pada radius jarak 100,,,, centi meter jika melakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU radiasi dinyatakan tidak aman karena melebihi Nilai Ambang Batas ( NBD) BAPETEN yaitu 0.001. Selain petugas radiographer dilarang berada di ruangan pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan radiografi Thorax AP di ICU sebaiknya menggunakan kaidah proteksi radiasi yaitu Jarak, Perisai, dan Waktu. Kata Kunci : Dosis Abstract In particular the use of ionizing radiation in the medical field, x - ray was instrumental in the process of establishing the diagnosis at all. But its use should be based on the principle of ALARA (as low as reasonably achievable), namely, that the value of exposure to the radiation dose received in the use of x-rays is to be as small as possible, and reliable. In accordance with the provisions BAPETEN radiological examination should be in a confined space and have been completed by the radiation protection system. In the observation at Hospital X that there radiographs in the Intensive Care Unit of the unit and there is no system of radiation protection it is not in accordance with the provisions BAPETEN. So the purpose of this study was to determine the safe distance of the scattered radiation dose resulting from radiographic examinations such. This study used quantitative methods with cross sectional approach. The results of this study show that the radius distance of 100,,,, at the time of Thorax AP radiographs in the ICU Unit without Radiation protection declared unsafe because it exceeds Universitas Indonesia 1

the Threshold Limit Value (TLV) BAPETEN the 0.001 msv / h. Besides radiographer officers banned from the room at the time of inspection. Thorax AP radiographs in the ICU should use the principles of radiation protection are distance, shielding, and time. Key Word : Dose of Scattered Radiation Pendahuluan Dalam dunia kesehatan khususnya Radiologi pada dewasa ini sangat perkembang pesat dan sangat membantu sekali dalam menegakkan diagnosa sehingga para dokter dapat mengambil keputusan yang tepat guna meningkatkan kualitas hidup seseorang. Namun perkembangan Ilmu radiologi ini menemui tantangan yang cukup mendasar karena sebagian besar modalitas radiologi menggunakan radiasi pengion yang kita ketahui merupakan salah satu hazard fisika yang menimbulkan efek terhadap manusia dan lingkungan sekitar sumber radiasi. Di Indonesia pemanfaatan sumber radiasi untuk keperluan medis telah diatur dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran karena pemanfaatannya selain dapat membantu dalam melakukan menegakkan diagnosa atau perkembangan teknologi keilmuan yang menggunakan tenaga nuklir disisi lain efek radiasi pemanfaatan tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan bagi manusia dan lingkungan sehingga perlu adanya regulasi bagi pemanfaatan tenaga nuklir tersebut sehingga effektif dan tepat sasaran dalam penggunaannya. Dalam perjalannya perkembangan teknologi pemanfaatan sumber radiasi pengion perubahan dan penggantian regulasi agar sesuai dengan kebutuhannya pemerintah mengengeluarkan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 7 Tentang Keselamatan Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 0 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap radiasi pengion sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 16 Undang Undang No 10 Tahun 0 tentang Ketenaganukliran, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena sifatnya sebagai pembuat kepurusan keselamatan bagi manusia. Dalam pemanfaatan radiasi pengion khususnya di bidang medis, sinar x sangat berperan sekali dalam proses penegakan diagnosa. namun dalam penggunaanya harus dilandasi dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable), yakni bahwa suatu nilai paparan dosis radiasi yang diterima didalam pemanfaatan sinar-x adalah harus sekecil mungkin dan dapat dipertanggung jawabkan. Nilai paparan dosis yang dimaksudkan didalam peraturan ini adalah berlaku untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum (pasien) yang masing-masing besarnya ditentukan di dalam keputusan kepala BAPETEN Nomor 01/Ka- BAPETEN/V-99. Pada Rumah Sakit X mempunyai peralatan radiodiagnostik yang mempunyai spesifikasi teknologi terkini dan sangat menunjang sekali dalam pemeriksaan terhadap pasien. Baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pada perjalannya ada beberapa katagori pasien yang mendapatkan perlakuan khusus misalnya pasien emergency, Intensive Care Unit dan Intensive Cardiac Care Unit di karenakan keterbatasan pasien untuk mobilisasi. jadi untuk melakukan pemeriksaan radiologi harus menggunakan X-Ray Mobile untuk menjangkau pasien dan meminimalisir pergerakan pasien. Namun jika melakukan pemeriksaan tersebut diluar unit radiologi ada beberapa kaidah yang dilanggar prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) dikarenakan radiasi tidak diproteksi dengan perisai. kegunaan perisai radiasi adalah agar pasien dan petugas kesehatan disekitar sumber tidak terpapar. namun hal tersebut dapat dikendalikan dengan jarak terhadap pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan radiologi tapi faktor desain ruangan yang tidak memungkinkan. Pada hasil pengamatan bulan November 2012 terdapat adanya ketidak kesesuaian pemeriksaan radiologi. Seharusnya pada pemeriksaan radiologi dengan menggunakan radiasi pengion harus dilaksanakan pada tempat tertutup dan telah dilengkapi sistem proteksi radiasi yang telah ditetapkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). namun Universitas Indonesia 2

terdapat permintaan ruang ICU untuk melakukan tindakan pemeriksaan radiologi dengan tidak dilengkapi sistem proteksi radiasi dikarenakan pertimbangan keselamatan pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi dan ketergantungan pada penggunaan alat penunjang yang lain seperti Ventilator. Sehingga perlu Analisis pengukuran radiasi hambur pada pemeriksaan dengan menggunakan radiasi pengion yaitu Sinar X di Uni ICU (Intensive Care Unit). b. Bed 1 dan Bed 3 c. Bed 1 dan Nurse Station 2. Sumber diletakan pada BED 2 dan titik pengukurannya : a. Bed 2dan Bed 1 b. Bed 2 dan Bed 3 c. Bed 2 dan Nurse Station 3. Sumber diletakan pada dan titik pengukurannya : a. Bed 3dan Bed 1 b. Bed 3 dan Bed 3 c. Bed 3 dan Nurse Station Metode Desain penelitian yang digunakan padapenelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara observasi lingkungan serta pengukuran radiasi hambur dengan meggunakan survey meter dan Phantom (media air ). Arah Tabung: Vertikal Faktor Eksposi : 70 Kv dan 10.5 mas Kolimasi : 43 x 30 Titik sampling pengukuran dilakukan pada jarak 1 meter,2 meter, 3 meter,4 meter dan 5 meter kearah Positif, Negatif, A dan B. (Lihat keterangan Gambar 1) Gambar 2 Desain Ruangan ICU Gambar 1 Daerah titik sampling Titik Sampling Di Ruangan Intensive Care Unit Pengukuran radiasi hambur pada ruang ICU yaitu ada 3 titik sumber radisi: 1. Sumber diletakan pada dan titik pengukurannya : a. Bed 1 dan Bed 2 Hasil Pada Pesawat Mobile X-ray (Satuan Unit mr/h) Cara penghitungannya adalah : Penghitungan pada jarak 100 meter sumber radiasi tertera pada layar survey meter sebesar : 5.0 x 10 mr/h hasil tersebut telah dikali dengan faktor kalibrasi 0.80 yaitu radiasi alam atau Background Radiation, dan di konversikan ke milisivert, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut : 50 mr/h = 0.5 100 Karena satuan umum di Indonesia yang sering digunakan adalah milisievert per hour () (SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V- 1999) Universitas Indonesia 3

Tabel 1. Hasil Pengukuran Jarak terhadap dosis radiasi hambur (mr/h) Setelah di konversi menjadi ( 1mSv= 100mR ) Jara k 100 500 Rata rata (mr/h ) 42.75 Berikut adalah hasil pengukuran pada titik dan jarak : Jarak /Titik (+) (-) A B Ratarata 100 50 40 42 39 42.75 30 28 27 15 25 9 8 5 4 6.5 1 2 2 1 1.5 500 0.08 0.05 0.02 0.02 0.0425 Ratarata () Setelah Proteksi Shieldin Apron Pb g 0.0002137 5 0.4275 0.004275 25 0.25 0.0025 0.000125 6.5 0.065 0.00065 0 1.5 0.015 0.00015 0 0.0425 0.00042 5 0 0 Tabel 2 Hasil Konversi Setalah dilakukan penghitungan rata dosis radiasi hambur secara radial pada setiap jarak yang ditentukan maka kita dapat membuat gambaran seberapa jauh jarak aman tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi dan berikut hasil gambarannya atau mapping radiasi hambur per meter. Gambar 3. Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Setalah mendapatkan hasil jarak aman terhadap dosis radiasi hambur tanpa proteksi maka kita juga dapat membuat gambaran atau mapping setelah di reduksi menggunakan shielding dan apron Pb. Gambar 4. Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Dengan Proteksi Pada pengamatan secara observasional dan dokumentasi bahawa proses pelaksanaan foto thorax AP di ruang ICU tidak memenuh isyarat karena tidak adanya shielding atau penahan radiasi dan jarak antar bed pasien hanya 2 meter. adanya sign atau tanda radiasi dan lampu indikator jika akan dilakukan pemeriksaan radiografi di ruang ICU. Pada pengamatan observasional luas ruangan ICU 20 meter X 20 Meter = m2 dan berada pada lantai 2. Dan fungsi fungsi ruangan sebagai berikut : Universitas Indonesia 4

Ruang Observasi Pada ruangan ini terdapat 1 meja Nurse station dan 3 Bed utama pasien dan pada setiap bed sering dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP dan selanjutnya kita akan menilai jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang akan kita ukur sebanyak 3 titik sumber radiasi 1. Ruang Isolasi Pada ruangan ini hanya terdapat 1 (satu) bed observasi diperuntukan untuk kasus penyakit tertentu misalnya penyakit menular. Pada ruang isolasi ini tidak ada pengukuran radiasi karena hanya 1 (satu) bed observasi dan sekitarnya telah dilapisi tembok setebal 30. 2. Ruang kerja dokter Pada ruangan terdapat dibelakang bed utama atau ruang observasi tetapi tidak dilakukan pengukuran dikarenakan sudah terhalang tembok setebal 30. (Lihat Gambar 2. Desain Ruangan ICU) Hasil Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU di dan 0.25 BED 2 dan 0.065 dan 0.015 Nurse Station Tabel 3. Hasil Pengamatan Gambar 5. Mapping di BED 2 BED 2 dan 0.25 BED 2 dan 0.25 BED 2 dan Nurse Station 0.015 Tabel 4.Hasil Pengamatan BED 2 Gambar 6. Mapping BED 2 Tanpa Proteksi Universitas Indonesia 5

Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di dan 0.065 dan 0.25 BED 2 dan Nurse Station 0.015 Tabel 4. Hasil Pengamatan Gambar 7. Mapping Hasil Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU Dengan Proteksi di Dengan Proteksi 0.025 dan BED 2 0.00065 dan dan Nurse Station 0.00015 Tabel 5. Hasil Pengamatan Dengan Proteksi Gambar 8. Mapping Dengan Proteksi di BED 2 Dengan Proteksi BED 2 dan 0.025 BED 2 dan 0.025 BED 2 dan Nurse Station 0.0015 Tabel 6. Hasil Pengamatan BED 2 dengan Proteksi Gambar 9. Mapping BED 2 Dengan Proteksi Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di Dengan Proteksi Universitas Indonesia 6

dokumentasi deketahui bahwa : dan 0.00065 0.025 dan BED 2 dan Nurse Station 0.00015 Tabel 7. Hasil Pengamatan Dengan Proteksi Gambar 10. Mapping Dengan Proteksi Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi mengenai jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang dianjurkan dalam Nilai Ambang Batas () yang tercantum dalam SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V-1999 yaitu 0.001 adalah sebagai berikut : Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Jarak Rata Rata-rata Analisis Kesesuaian rata () Keterangan Kesesuaian (mr/h) () 100 42.75 0.4275 0.001 Lebih 25 0.25 0.001 Lebih 6.5 0.065 0.001 Lebih 1.5 0.015 0.001 Lebih Sedikit 500 0.0425 0.000425 0.001 Kurang Tabel 8. Analisis Jarak Aman pada pesawat mobile X-ray Dari hasil yang didapat bahwa masih adanya dosis radiasi hambur yang melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetepkan oleh BAPETEN yakni 0.001 yang tercantum pada SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V-1999 pada jarak 100 hingga maka harus perlu direduksi agar risiko bahaya dosis radiasi hambur tidak melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditetetapkan oleh BAPETEN. Jika pemeriksaan radigrafi pada rontgen thorax ditempat tetap dilakukan maka risiko bahaya radiasi hambur ini akan menimbulkan dampak kerugian Fisik bagi pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan karena harus menerima radiasi hambur. Bagi petugas radiasi dan petugas kesehatan juga sangat berbahaya karena mereka memiliki frekuensi dan intensitas yang sering untuk melakukan pemeriksaan ini. Universitas Indonesia 7

Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Dengan Proteksi Jarak Rata rata (mr/h) 100 500 42.75 25 6.5 1.5 0.0425 Ratarata Setelah Proteksi Analisis Kesesuaian () Shielding Apron Pb () Shielding Apron Pb 0.001 0.4275 0.004275 0.00021375 0.001 0.25 0.0025 0.000125 sesuai 0.001 0.065 0.00065 0 0.001 0.015 0.00015 0 0.001 0.000425 0 0 Tabel 9. Analisis Jarak Aman pada pesawat mobile X-ray DenganProteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU di dan BED 2 dan BED 3 dan Nurse Station 0.25 0.065 0.015 Analisis Kesesuaian () Ket Kesesuaian 0.001 Lebih 0.001 Lebih 0.001 Lebih Tabel 10. Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara dengan BED 2, BED 1 dengan Bed 3, dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. di BED 2 dokumentasi deketahui bahwa : Analisis Kesesuaian BED 2 dan BED 2 dan BED 2 dan Nurse Station Ket () 0.25 0.001 Lebih 0.25 0.001 Lebih 0.015 0.001 Lebih Kesesuaian Tabel 11. Hasil Pengamatan BED 2 Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara BED 2 dengan, BED 2 dengan Bed 3, BED 2 dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. Universitas Indonesia 8

di dan BED 1 dan BED 2 dan Nurse Station 0.065 0.25 0.015 Analisis Kesesuaian () Ket Kesesuaian 0.001 Lebih 0.001 Lebih 0.001 Lebih Tabel 12. Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara BED 2 dengan, BED 2 dengan Bed 3, BED 2 dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU Dengan Proteksi di Dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di BED 2 Dengan Proteksi Tabel 14. Hasil Pengamatan Bed 2 dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Bagi pasien ada pada area zona maka dinyatakan aman. Tabel 13. Hasil Pengamatan dengan Proteksi Universitas Indonesia 9

di Dengan Proteksi Tabel 15. Hasil Pengamatan Bed 3 dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Bagi pasien ada pada area zona maka dinyatakan aman. Kesimpulan Pemeriksaan radiografi thorax AP yang dilakukan di ruangan ICU adalah demi keselamatan pasien yang mempertimbangkan mobilitas dan keadaan umum pasien yang tidak memungkinkan untuk keluar ruangan Unit Intensive Care Unit. Pesawat Mobile X-ray yang digunakan pada Pemeriksaan radiografi thorax AP yang dilakukan di ruangan ICU telah sesuai dan telah dikalibrasi oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan telah dinyatakan aman digunakan untuk pelayanan. Arah tabung penyinaran telah sesuai tidak diarahkan kearah masyarakat umum. Pada jarak 100,,,, dan dosis yang ada pada radius tersebut dinyatakan tidak aman jika pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi di ruang Intensive Care Unit bagi pasien Saran sekitarnya, Radiografer, dan Petugas Kesehatan yang berada di Unit ICU. 1. Disarankan setiap pemeriksaan diusahakan di Unit Radiologi karena sistem proteksi radiasi sudah lengkap dan telah dinyatakan aman oleh BPFK. 2. Disarankan jika memang harus dilakukan di luar unit radiologi khususnya ICU maka hanya pemeriksaan radiografi Thorax AP saja yang diperbolehkan. 3. Disarankan melakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU dilakukan 1 kali jangan mengulang. 4. Disarankan disediakan shielding yang dapat dipindahkan guna mereduksi dosis radiasi hambur pada saat pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. 5. Disarankan adanya sign atau tanda dan peringatan ketika akan dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. 6. Disarankan adanya TLD (Thermo Luminenscent Dosimeter) Control. untuk memonitor radiasi hambur yang terdapat di ruangan Unit ICU. 7. Disarankan pada pemeriksaan di BED 2 shielding diletakan di dan petugas membelakangi pasien di BED 1 atau sebaliknya shielding diletakan di dan petugas membelakangi pasien di karena posisi BED 2 berada diantara dan 3. 8. Disarankan Petugas kesehatan dan dokter berada di daerah aman atau sekitar 5 meter sumber radiasi. 9. Disarankan jika tidak ada kepentingannya selain radiographer dilarang berada di ruang ICU. 10. Direkomendasikan standar prosedur operasional pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. Universitas Indonesia 10

Daftar Pustaka 1. Akhadi, Muklis. 0.Dasar Dasar Proteksi.Rineka Cipta:Jakarta. 2. BATAN Desember 2010.Buletin ALARA 3. Doris Weinstock,2010 Rujukan Cepat di Ruang ICU/ICCU 4. RSPI 2012.Buku Pedoman Radiologi 5. RSPI 2012.Buku Kontrak Kerja Bersama 6. IAEA.1996.The International Basic Safety Standart for Protection Against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources. Safety Series 115. Vienna. 7. International Commission on Radiological Protection.1991.Recommendations of The International Commission on Radiological Protection, Publication 60. Pergamon Press, Oxford. 8. Journal Radiation Exsposure During Chest X-Ray Examination in a Premature Intensive Care Unit : Phantom Studies Tanja Duetting, Brigit Foerste, Thilo Knoch, Kassa Darge, Jochen Troeger; Heidelberg, 1999. 9. Myrnawati. 0.Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat, FKM Yarsi, 10. Keputusaan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 11. Keputusan Mentri Kesehatan No: 1778/MENKES/SK/XII/2012 12. Pelatihan Petugas Proteksi.5.Efek Bagi Manusia. Pusat Pendidikan dan Pelatihan-BATAN. Jakarta. 13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun 9 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 7 15. Pusdiklat-BATAN.1996.Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 16. Pusdiklat-BATAN.6. Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 17. Pusdiklat-BATAN.7 Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 18. Syahrir, L.Kwin Pudjiastuti, Untara, Sri Widayati.6.Peningkatan Sistem Proteksi Kawasan Nuklir Serpong. Jurnal BATAN. 19. http://www.batan.go.id/ensiklopedi/ 20. http://www.ircp.org/uk/index.asp 21. http://www.depkes.go.id/index.php/compone nt/search/ 22. http://orise.orau.gov/reacts/guide/define.htm 23. http://www.ndt-ed.org/ 24. http://usupress.usu.ac.id 25. http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/secondary+ radiation 2010) 26. http://www.infonuklir.com/read/detail/95/int eraksi-radiasi-dengan-materi#.ulr3x-qslha (BATAN) Universitas Indonesia 11