Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP Di Unit ICU Rumah Sakit X Tahun 2012 Analysis of Safe Distance against Radiation Dose Scattering On Thorax AP Radiography Examination in the Unit ICU at Hospital X on 2012 Pratama Kurnia Wisnubrata Jurusan Kesehatan Masyarakat Abstrak Dalam pemanfaatan radiasi pengion khususnya di bidang medis, sinar x sangat berperan sekali dalam proses penegakan diagnosa. namun dalam penggunaanya harus dilandasi dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable), yakni bahwa suatu nilai paparan dosis radiasi yang diterima didalam pemanfaatan sinar-x adalah harus sekecil mungkin dan dapat dipertanggung jawabkan. dengan ketentuan BAPETEN Pemeriksaan radiologi seharusnya pada ruang tertutup dan telah di lengkapi oleh sistem proteksi radiasi. Pada hasil observasi di Rumah Sakit X bahwa terdapat pemeriksaan radiografi di unit Intensive Care Unit dan tidak terdapat sistem proteksi radiasi hal ini tidak sesuai dengan ketentuan BAPETEN. Maka Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang ditimbulkan pemeriksaan radiografi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil Penelitian ini menunjukan bahwa pada radius jarak 100,,,, centi meter jika melakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU radiasi dinyatakan tidak aman karena melebihi Nilai Ambang Batas ( NBD) BAPETEN yaitu 0.001. Selain petugas radiographer dilarang berada di ruangan pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan radiografi Thorax AP di ICU sebaiknya menggunakan kaidah proteksi radiasi yaitu Jarak, Perisai, dan Waktu. Kata Kunci : Dosis Abstract In particular the use of ionizing radiation in the medical field, x - ray was instrumental in the process of establishing the diagnosis at all. But its use should be based on the principle of ALARA (as low as reasonably achievable), namely, that the value of exposure to the radiation dose received in the use of x-rays is to be as small as possible, and reliable. In accordance with the provisions BAPETEN radiological examination should be in a confined space and have been completed by the radiation protection system. In the observation at Hospital X that there radiographs in the Intensive Care Unit of the unit and there is no system of radiation protection it is not in accordance with the provisions BAPETEN. So the purpose of this study was to determine the safe distance of the scattered radiation dose resulting from radiographic examinations such. This study used quantitative methods with cross sectional approach. The results of this study show that the radius distance of 100,,,, at the time of Thorax AP radiographs in the ICU Unit without Radiation protection declared unsafe because it exceeds Universitas Indonesia 1
the Threshold Limit Value (TLV) BAPETEN the 0.001 msv / h. Besides radiographer officers banned from the room at the time of inspection. Thorax AP radiographs in the ICU should use the principles of radiation protection are distance, shielding, and time. Key Word : Dose of Scattered Radiation Pendahuluan Dalam dunia kesehatan khususnya Radiologi pada dewasa ini sangat perkembang pesat dan sangat membantu sekali dalam menegakkan diagnosa sehingga para dokter dapat mengambil keputusan yang tepat guna meningkatkan kualitas hidup seseorang. Namun perkembangan Ilmu radiologi ini menemui tantangan yang cukup mendasar karena sebagian besar modalitas radiologi menggunakan radiasi pengion yang kita ketahui merupakan salah satu hazard fisika yang menimbulkan efek terhadap manusia dan lingkungan sekitar sumber radiasi. Di Indonesia pemanfaatan sumber radiasi untuk keperluan medis telah diatur dalam Undang-Undang No 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran karena pemanfaatannya selain dapat membantu dalam melakukan menegakkan diagnosa atau perkembangan teknologi keilmuan yang menggunakan tenaga nuklir disisi lain efek radiasi pemanfaatan tersebut juga dapat menimbulkan kerusakan bagi manusia dan lingkungan sehingga perlu adanya regulasi bagi pemanfaatan tenaga nuklir tersebut sehingga effektif dan tepat sasaran dalam penggunaannya. Dalam perjalannya perkembangan teknologi pemanfaatan sumber radiasi pengion perubahan dan penggantian regulasi agar sesuai dengan kebutuhannya pemerintah mengengeluarkan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 7 Tentang Keselamatan Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 0 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap radiasi pengion sebagai pelaksanaan ketentuan pasal 16 Undang Undang No 10 Tahun 0 tentang Ketenaganukliran, sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena sifatnya sebagai pembuat kepurusan keselamatan bagi manusia. Dalam pemanfaatan radiasi pengion khususnya di bidang medis, sinar x sangat berperan sekali dalam proses penegakan diagnosa. namun dalam penggunaanya harus dilandasi dengan prinsip ALARA (as low as reasonably achievable), yakni bahwa suatu nilai paparan dosis radiasi yang diterima didalam pemanfaatan sinar-x adalah harus sekecil mungkin dan dapat dipertanggung jawabkan. Nilai paparan dosis yang dimaksudkan didalam peraturan ini adalah berlaku untuk pekerja radiasi maupun masyarakat umum (pasien) yang masing-masing besarnya ditentukan di dalam keputusan kepala BAPETEN Nomor 01/Ka- BAPETEN/V-99. Pada Rumah Sakit X mempunyai peralatan radiodiagnostik yang mempunyai spesifikasi teknologi terkini dan sangat menunjang sekali dalam pemeriksaan terhadap pasien. Baik pasien rawat jalan maupun rawat inap. Pada perjalannya ada beberapa katagori pasien yang mendapatkan perlakuan khusus misalnya pasien emergency, Intensive Care Unit dan Intensive Cardiac Care Unit di karenakan keterbatasan pasien untuk mobilisasi. jadi untuk melakukan pemeriksaan radiologi harus menggunakan X-Ray Mobile untuk menjangkau pasien dan meminimalisir pergerakan pasien. Namun jika melakukan pemeriksaan tersebut diluar unit radiologi ada beberapa kaidah yang dilanggar prinsip ALARA (as low as reasonably achievable) dikarenakan radiasi tidak diproteksi dengan perisai. kegunaan perisai radiasi adalah agar pasien dan petugas kesehatan disekitar sumber tidak terpapar. namun hal tersebut dapat dikendalikan dengan jarak terhadap pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan radiologi tapi faktor desain ruangan yang tidak memungkinkan. Pada hasil pengamatan bulan November 2012 terdapat adanya ketidak kesesuaian pemeriksaan radiologi. Seharusnya pada pemeriksaan radiologi dengan menggunakan radiasi pengion harus dilaksanakan pada tempat tertutup dan telah dilengkapi sistem proteksi radiasi yang telah ditetapkan oleh BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). namun Universitas Indonesia 2
terdapat permintaan ruang ICU untuk melakukan tindakan pemeriksaan radiologi dengan tidak dilengkapi sistem proteksi radiasi dikarenakan pertimbangan keselamatan pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi dan ketergantungan pada penggunaan alat penunjang yang lain seperti Ventilator. Sehingga perlu Analisis pengukuran radiasi hambur pada pemeriksaan dengan menggunakan radiasi pengion yaitu Sinar X di Uni ICU (Intensive Care Unit). b. Bed 1 dan Bed 3 c. Bed 1 dan Nurse Station 2. Sumber diletakan pada BED 2 dan titik pengukurannya : a. Bed 2dan Bed 1 b. Bed 2 dan Bed 3 c. Bed 2 dan Nurse Station 3. Sumber diletakan pada dan titik pengukurannya : a. Bed 3dan Bed 1 b. Bed 3 dan Bed 3 c. Bed 3 dan Nurse Station Metode Desain penelitian yang digunakan padapenelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain observasional melalui pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara observasi lingkungan serta pengukuran radiasi hambur dengan meggunakan survey meter dan Phantom (media air ). Arah Tabung: Vertikal Faktor Eksposi : 70 Kv dan 10.5 mas Kolimasi : 43 x 30 Titik sampling pengukuran dilakukan pada jarak 1 meter,2 meter, 3 meter,4 meter dan 5 meter kearah Positif, Negatif, A dan B. (Lihat keterangan Gambar 1) Gambar 2 Desain Ruangan ICU Gambar 1 Daerah titik sampling Titik Sampling Di Ruangan Intensive Care Unit Pengukuran radiasi hambur pada ruang ICU yaitu ada 3 titik sumber radisi: 1. Sumber diletakan pada dan titik pengukurannya : a. Bed 1 dan Bed 2 Hasil Pada Pesawat Mobile X-ray (Satuan Unit mr/h) Cara penghitungannya adalah : Penghitungan pada jarak 100 meter sumber radiasi tertera pada layar survey meter sebesar : 5.0 x 10 mr/h hasil tersebut telah dikali dengan faktor kalibrasi 0.80 yaitu radiasi alam atau Background Radiation, dan di konversikan ke milisivert, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut : 50 mr/h = 0.5 100 Karena satuan umum di Indonesia yang sering digunakan adalah milisievert per hour () (SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V- 1999) Universitas Indonesia 3
Tabel 1. Hasil Pengukuran Jarak terhadap dosis radiasi hambur (mr/h) Setelah di konversi menjadi ( 1mSv= 100mR ) Jara k 100 500 Rata rata (mr/h ) 42.75 Berikut adalah hasil pengukuran pada titik dan jarak : Jarak /Titik (+) (-) A B Ratarata 100 50 40 42 39 42.75 30 28 27 15 25 9 8 5 4 6.5 1 2 2 1 1.5 500 0.08 0.05 0.02 0.02 0.0425 Ratarata () Setelah Proteksi Shieldin Apron Pb g 0.0002137 5 0.4275 0.004275 25 0.25 0.0025 0.000125 6.5 0.065 0.00065 0 1.5 0.015 0.00015 0 0.0425 0.00042 5 0 0 Tabel 2 Hasil Konversi Setalah dilakukan penghitungan rata dosis radiasi hambur secara radial pada setiap jarak yang ditentukan maka kita dapat membuat gambaran seberapa jauh jarak aman tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi dan berikut hasil gambarannya atau mapping radiasi hambur per meter. Gambar 3. Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Setalah mendapatkan hasil jarak aman terhadap dosis radiasi hambur tanpa proteksi maka kita juga dapat membuat gambaran atau mapping setelah di reduksi menggunakan shielding dan apron Pb. Gambar 4. Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Dengan Proteksi Pada pengamatan secara observasional dan dokumentasi bahawa proses pelaksanaan foto thorax AP di ruang ICU tidak memenuh isyarat karena tidak adanya shielding atau penahan radiasi dan jarak antar bed pasien hanya 2 meter. adanya sign atau tanda radiasi dan lampu indikator jika akan dilakukan pemeriksaan radiografi di ruang ICU. Pada pengamatan observasional luas ruangan ICU 20 meter X 20 Meter = m2 dan berada pada lantai 2. Dan fungsi fungsi ruangan sebagai berikut : Universitas Indonesia 4
Ruang Observasi Pada ruangan ini terdapat 1 meja Nurse station dan 3 Bed utama pasien dan pada setiap bed sering dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP dan selanjutnya kita akan menilai jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang akan kita ukur sebanyak 3 titik sumber radiasi 1. Ruang Isolasi Pada ruangan ini hanya terdapat 1 (satu) bed observasi diperuntukan untuk kasus penyakit tertentu misalnya penyakit menular. Pada ruang isolasi ini tidak ada pengukuran radiasi karena hanya 1 (satu) bed observasi dan sekitarnya telah dilapisi tembok setebal 30. 2. Ruang kerja dokter Pada ruangan terdapat dibelakang bed utama atau ruang observasi tetapi tidak dilakukan pengukuran dikarenakan sudah terhalang tembok setebal 30. (Lihat Gambar 2. Desain Ruangan ICU) Hasil Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU di dan 0.25 BED 2 dan 0.065 dan 0.015 Nurse Station Tabel 3. Hasil Pengamatan Gambar 5. Mapping di BED 2 BED 2 dan 0.25 BED 2 dan 0.25 BED 2 dan Nurse Station 0.015 Tabel 4.Hasil Pengamatan BED 2 Gambar 6. Mapping BED 2 Tanpa Proteksi Universitas Indonesia 5
Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di dan 0.065 dan 0.25 BED 2 dan Nurse Station 0.015 Tabel 4. Hasil Pengamatan Gambar 7. Mapping Hasil Mapping Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU Dengan Proteksi di Dengan Proteksi 0.025 dan BED 2 0.00065 dan dan Nurse Station 0.00015 Tabel 5. Hasil Pengamatan Dengan Proteksi Gambar 8. Mapping Dengan Proteksi di BED 2 Dengan Proteksi BED 2 dan 0.025 BED 2 dan 0.025 BED 2 dan Nurse Station 0.0015 Tabel 6. Hasil Pengamatan BED 2 dengan Proteksi Gambar 9. Mapping BED 2 Dengan Proteksi Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di Dengan Proteksi Universitas Indonesia 6
dokumentasi deketahui bahwa : dan 0.00065 0.025 dan BED 2 dan Nurse Station 0.00015 Tabel 7. Hasil Pengamatan Dengan Proteksi Gambar 10. Mapping Dengan Proteksi Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi mengenai jarak aman terhadap dosis radiasi hambur yang dianjurkan dalam Nilai Ambang Batas () yang tercantum dalam SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V-1999 yaitu 0.001 adalah sebagai berikut : Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Jarak Rata Rata-rata Analisis Kesesuaian rata () Keterangan Kesesuaian (mr/h) () 100 42.75 0.4275 0.001 Lebih 25 0.25 0.001 Lebih 6.5 0.065 0.001 Lebih 1.5 0.015 0.001 Lebih Sedikit 500 0.0425 0.000425 0.001 Kurang Tabel 8. Analisis Jarak Aman pada pesawat mobile X-ray Dari hasil yang didapat bahwa masih adanya dosis radiasi hambur yang melebihi Nilai Ambang Batas yang ditetepkan oleh BAPETEN yakni 0.001 yang tercantum pada SK Kepala Bapetan No. 01/Ka. BAPETEN/V-1999 pada jarak 100 hingga maka harus perlu direduksi agar risiko bahaya dosis radiasi hambur tidak melebihi Nilai Ambang Batas yang telah ditetetapkan oleh BAPETEN. Jika pemeriksaan radigrafi pada rontgen thorax ditempat tetap dilakukan maka risiko bahaya radiasi hambur ini akan menimbulkan dampak kerugian Fisik bagi pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan karena harus menerima radiasi hambur. Bagi petugas radiasi dan petugas kesehatan juga sangat berbahaya karena mereka memiliki frekuensi dan intensitas yang sering untuk melakukan pemeriksaan ini. Universitas Indonesia 7
Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Dengan Proteksi Jarak Rata rata (mr/h) 100 500 42.75 25 6.5 1.5 0.0425 Ratarata Setelah Proteksi Analisis Kesesuaian () Shielding Apron Pb () Shielding Apron Pb 0.001 0.4275 0.004275 0.00021375 0.001 0.25 0.0025 0.000125 sesuai 0.001 0.065 0.00065 0 0.001 0.015 0.00015 0 0.001 0.000425 0 0 Tabel 9. Analisis Jarak Aman pada pesawat mobile X-ray DenganProteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU di dan BED 2 dan BED 3 dan Nurse Station 0.25 0.065 0.015 Analisis Kesesuaian () Ket Kesesuaian 0.001 Lebih 0.001 Lebih 0.001 Lebih Tabel 10. Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara dengan BED 2, BED 1 dengan Bed 3, dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. di BED 2 dokumentasi deketahui bahwa : Analisis Kesesuaian BED 2 dan BED 2 dan BED 2 dan Nurse Station Ket () 0.25 0.001 Lebih 0.25 0.001 Lebih 0.015 0.001 Lebih Kesesuaian Tabel 11. Hasil Pengamatan BED 2 Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara BED 2 dengan, BED 2 dengan Bed 3, BED 2 dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. Universitas Indonesia 8
di dan BED 1 dan BED 2 dan Nurse Station 0.065 0.25 0.015 Analisis Kesesuaian () Ket Kesesuaian 0.001 Lebih 0.001 Lebih 0.001 Lebih Tabel 12. Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan diatas didapat bahwa pemeriksaan yang dilakukan tanpa menggunakan sistem proteksi radiasi masih tidak sesuai dan cenderung diatas Nilai Ambang Batas baik antara BED 2 dengan, BED 2 dengan Bed 3, BED 2 dan Area Nurse Station, maka pada itu pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi jangan dilakukan lagi. Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Di Ruang ICU Dengan Proteksi di Dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Hasil Pengukuran Jarak Aman Pada Sumber di BED 2 Dengan Proteksi Tabel 14. Hasil Pengamatan Bed 2 dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Bagi pasien ada pada area zona maka dinyatakan aman. Tabel 13. Hasil Pengamatan dengan Proteksi Universitas Indonesia 9
di Dengan Proteksi Tabel 15. Hasil Pengamatan Bed 3 dengan Proteksi Dari hasil yang didapat setalah mendapat perlakuan proteksi radiasi dengan menggunakan Shielding dan Apron Pb maka Dosis radiasi telah direduksi menjadi aman di titik tetapi masih sedikit tidak aman pada titik jika menggunakan shielding akan lebih efektif lagi dengan menggunakan Apron berlapis Pb karena hasilnya sesuai dengan Nilai Ambang Batas. Bagi pasien ada pada area zona maka dinyatakan aman. Kesimpulan Pemeriksaan radiografi thorax AP yang dilakukan di ruangan ICU adalah demi keselamatan pasien yang mempertimbangkan mobilitas dan keadaan umum pasien yang tidak memungkinkan untuk keluar ruangan Unit Intensive Care Unit. Pesawat Mobile X-ray yang digunakan pada Pemeriksaan radiografi thorax AP yang dilakukan di ruangan ICU telah sesuai dan telah dikalibrasi oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan telah dinyatakan aman digunakan untuk pelayanan. Arah tabung penyinaran telah sesuai tidak diarahkan kearah masyarakat umum. Pada jarak 100,,,, dan dosis yang ada pada radius tersebut dinyatakan tidak aman jika pemeriksaan radiografi thorax AP tanpa proteksi radiasi di ruang Intensive Care Unit bagi pasien Saran sekitarnya, Radiografer, dan Petugas Kesehatan yang berada di Unit ICU. 1. Disarankan setiap pemeriksaan diusahakan di Unit Radiologi karena sistem proteksi radiasi sudah lengkap dan telah dinyatakan aman oleh BPFK. 2. Disarankan jika memang harus dilakukan di luar unit radiologi khususnya ICU maka hanya pemeriksaan radiografi Thorax AP saja yang diperbolehkan. 3. Disarankan melakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU dilakukan 1 kali jangan mengulang. 4. Disarankan disediakan shielding yang dapat dipindahkan guna mereduksi dosis radiasi hambur pada saat pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. 5. Disarankan adanya sign atau tanda dan peringatan ketika akan dilakukan pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. 6. Disarankan adanya TLD (Thermo Luminenscent Dosimeter) Control. untuk memonitor radiasi hambur yang terdapat di ruangan Unit ICU. 7. Disarankan pada pemeriksaan di BED 2 shielding diletakan di dan petugas membelakangi pasien di BED 1 atau sebaliknya shielding diletakan di dan petugas membelakangi pasien di karena posisi BED 2 berada diantara dan 3. 8. Disarankan Petugas kesehatan dan dokter berada di daerah aman atau sekitar 5 meter sumber radiasi. 9. Disarankan jika tidak ada kepentingannya selain radiographer dilarang berada di ruang ICU. 10. Direkomendasikan standar prosedur operasional pemeriksaan radiografi Thorax AP di Unit ICU. Universitas Indonesia 10
Daftar Pustaka 1. Akhadi, Muklis. 0.Dasar Dasar Proteksi.Rineka Cipta:Jakarta. 2. BATAN Desember 2010.Buletin ALARA 3. Doris Weinstock,2010 Rujukan Cepat di Ruang ICU/ICCU 4. RSPI 2012.Buku Pedoman Radiologi 5. RSPI 2012.Buku Kontrak Kerja Bersama 6. IAEA.1996.The International Basic Safety Standart for Protection Against Ionizing Radiation and for the Safety of Radiation Sources. Safety Series 115. Vienna. 7. International Commission on Radiological Protection.1991.Recommendations of The International Commission on Radiological Protection, Publication 60. Pergamon Press, Oxford. 8. Journal Radiation Exsposure During Chest X-Ray Examination in a Premature Intensive Care Unit : Phantom Studies Tanja Duetting, Brigit Foerste, Thilo Knoch, Kassa Darge, Jochen Troeger; Heidelberg, 1999. 9. Myrnawati. 0.Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat, FKM Yarsi, 10. Keputusaan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 01/Ka-BAPETEN/V-99 11. Keputusan Mentri Kesehatan No: 1778/MENKES/SK/XII/2012 12. Pelatihan Petugas Proteksi.5.Efek Bagi Manusia. Pusat Pendidikan dan Pelatihan-BATAN. Jakarta. 13. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 7 Tahun 9 14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 7 15. Pusdiklat-BATAN.1996.Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 16. Pusdiklat-BATAN.6. Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 17. Pusdiklat-BATAN.7 Petugas Proteksi Bidang Radiodiagnostik. 18. Syahrir, L.Kwin Pudjiastuti, Untara, Sri Widayati.6.Peningkatan Sistem Proteksi Kawasan Nuklir Serpong. Jurnal BATAN. 19. http://www.batan.go.id/ensiklopedi/ 20. http://www.ircp.org/uk/index.asp 21. http://www.depkes.go.id/index.php/compone nt/search/ 22. http://orise.orau.gov/reacts/guide/define.htm 23. http://www.ndt-ed.org/ 24. http://usupress.usu.ac.id 25. http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/secondary+ radiation 2010) 26. http://www.infonuklir.com/read/detail/95/int eraksi-radiasi-dengan-materi#.ulr3x-qslha (BATAN) Universitas Indonesia 11