a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Alokasi Tahun Anggaran 2015, perlu dijabarkan dan ditindaklanjuti untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 63 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor 1 Tahun 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 1 TAHUN TENTANG

WALIKOTA LUBUKLINGGAU PROPINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU NOMOR G TAHUN 2016 TENTANG

ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 61 TAHUN 2014

WALIKOTA PROBOLINGGO

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2015

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI MALUKU TENGGARA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 80 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

GUBERNUR RIAU. b. bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapan pemupukan berimbang diperlukan subsidi pupuk;

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BURU SELATAN KEPUTUSAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

WALIKOTA BANJARMASIN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang bahwa dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional, pupuk sangat berperan penting dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian; bahwa berdasarkan Peraturan Gubemur Sumatera Utara Nomor 47 Tahun 2014 tentang Alokasi Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015, perlu dijabarkan dan ditindaklanjuti untuk Kabupaten Pakpak Bharat; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Alokasi Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun Anggaran 2015. Mengingat Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1gg2 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Repubtik lndonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3a78) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun lggg Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3g21); Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang, Hasundutan di Provinsi sumatera Utara (Lembaran Negara Republik \ 7 lndonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4272); Undang-Undang Nomor 1T Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor a2g6);

Undang-Undang Nomor"l Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor'18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 441 1); Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor, 18, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5073); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 20O4 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 20(N Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4660); Undang-Undang Nomor 'tb Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5015); Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5068); Undang-Undang Nomor '13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2010 Nomo '32, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5170); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5360); Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3433); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 20't4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5587)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahanan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5589); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 56'13); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pupuk Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2001 Nomor '14, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4079); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4254); Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang Dalam Pengawasan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2005 tentang Penetapan Pupuk Bersubsidi sebagai Barang dalam Pengawasan; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4o/Permentan/OTjl40l4l2$O7 tentang Rekomendasi Pemupukan N,P dan K pada Padi Sawah Spesifik tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pupuk An-Organik (Berita Negara Tahun 201 1 Nomor 491); Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70/Permentan/SR.14011012011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah (Berita Negara Tahun 2011 Nomor 664); Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 15/M-DAG/PER/4/2013 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian; Peraturan Menteri Pertanian Nomor 8ZPermenlanlOT.14Dl8l2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani (Berita Negara Tahun 2013 Nomor 1055); Peraturan Menteri Pertanian Nomor 130/Permentan/SR.130/11/2014 tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015; Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 6MlMPPlKepl9l2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang dan/atau Jasa yang beredar di Pasar; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237 lkptslot.2l 0/4/2003 tentang Pedoman Pengawasan Pengadaan, Peredaran dan Penggunaan Pupuk An-Organik;

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 239lKplslOT.2'l 412003 tentang Pengawasan Formula Pupuk An-Organik; Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2014 tentang Alokasi Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian di Provinsi Sumatera Utara Tahun Anggaran 2015; Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 58) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Keria Dinas Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 1 10). Menetapkan BAB I KETENTUA].I UTU]S Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Pakpak Bharat. 4. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan adalah Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat. 5. Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. 6. Pupuk an-organik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia, fisika dan/atau biologi, dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. 7. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 4

8. Pupuk bersubsidi adalah barang dalam pengawasan yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan kelompok tani dan/atau petani di sektor pertanian. 9. Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produkivitas yang optimal dan berkelanjutan. 10. Kebutuhan Pupuk Bersubsidi adalah alokasi sejumlah pupuk bersubsidi per kecamatan yang dihitung berdasarkan usulan dari Kabupaten atau Dinas yang membidangi sektor pertanian di Kabupaten. 11. Harga Eceran Tertinggi yang selanjutnya disebut HET adalah harga pupuk bersubsidi yang dibeli oleh petani/kelompok tani di penyalur lini lv yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian. 12. SeKor Pertanian adalah sektor yang berkaitan dengan budidaya tanaman pangan, hortikuttura, perkebunan, huauan pakan temak, dan budidaya ikan dan/ atau udang. 13. Petani adalah perorangan Warga Negara lndonesia yang mengusahakan budidaya tanaman pangan atau hortikultura dengan luasan tertentu. 14. Petambak adalah perorangan Warga Negara lndonesia yang mengusahakan lahan untuk budidaya ikan dan/atau udang dengan luasan tertentu. 15. Kelompok tani adalah kumpulan petani/pekebun/petemak/petambak yang dibentuk atas dasar: kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumber daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggotanya. 16. Pelaksana Subsisidi Pupuk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugaskan sebagai pelaksana penugasan untuk subsidi pupuk. 17. Penyalur di Lini lll adalah distributor sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian yang berlaku. 18. Penyalur di Lini lv adalah pengecer resmi sesuai ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor pertanian yang berlaku. 19. Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Tani Pupuk Bersubsidi selanjutnya disebut RDKK adalah rencana kebutuhan pupuk bersubsidi untuk 1 (satu) tahun yang disusun b rdasarkan musyawarah anggota kelompok tani yang merupakan alat pesanan pupuk bercubsidi kepada gabungan kelompok tani atau penyalur sarana produksi pertanian. 20. Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida yang selanjutnya disebut KPPP adalah wadah koordinasi instansi terkait dalam pengawasan pupuk dan pestisida yang dibentuk oleh Bupati untuk Kabupaten. 21. Dinas adalah instansi yang membidangi pertanian, perkebunan, petemakan dan/atau perikanan di Kabupaten. BAB II JENIS PUPUK BERSUBSIDI Pasal 2 (1) Pupuk bersubsidi terdiri atas Pupuk An-organik dan Pupuk organak yang diproduksi dan/ atau diadakan oleh Pelaksana Subsidi Pupuk.

(2) Pupuk An-organik sebagimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Urea, SP36, ZA dan NPK. BAB II! PERUNTUKAN DAN KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal 3 Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, petemak yang mengusahakan lahan dengan total luasan maksimal 2 (dua) hektar atau petambak dengan luasan maksimal 1 (satu) hektar setiap musim tanam per keluarga. Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperuntukkan bagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, petemakan atau perusahaan perikanan budidaya. Pasal 4 (1) Kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung sesuai dengan anjuran pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan mempertimbangkan usulan kebutuhan yang diajukan oleh Pemerintah Daerah serta alokasi anggaran subsidi pupuk Tahun 2015. (2) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dirinci menurut, jenis, jumlah, sub sektor, dan sebaran bulanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran l, Lampiran ll, Lampiran lll dan Lampiran lv, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 5 ('l) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, dirinci lebih lanjut menurut kecamatan, jenis, jumlah, sub sektor, dan sebaran bulanan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (2) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) berdasarkan usulan yang diajukan oleh petani, pekebun, petemak, pembudidaya ikan dan/atau udang b rdasarkan RDKK yang disetujui oleh petugas teknis, penyuluh, atau koordinator penyuluh pertanian dan perkebunan serta ketersediaaan anggaran subsidi pupuk pada tahun berjalan. (3) Kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan rekap RDKK yang disusun oleh Kepala Dinas Kabupaten dan diketahui Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian/Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Pasal 6 Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan Pupuk Bersubsidi sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, Bupati dapat melakukan penyesuan berdasarkan lokasi, jenis, jumlah dan waktu kebutuhan pupuk yang menjadi prioritas di wilayah masing-masing.

Pa6al 7 Dinas Kabupaten b rsama kelembagaan penyuluhan tingkat Kabupaten wajib melaksanakan pembinaan kepada Petani, Petambak dan/ atau Kelompok Tani dalam penyusunan RDKK sesuai luas areal usahatani dan/ atau kemampuan penyerapan pupuk bersubsidi di tingkat Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani di wilayahnya. BAB IV REALOKASI PUPUK BERSUBSIDI Pasal E Dalam hal kebutuhan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) dan (5) terjadi kekurangan dapat dipenuhi melalui realokasi antar wilayah, waku dan sub sektor, dengan ketentuan sebagai berikut: - Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten lebih lanjut ditetapkan oleh kepala Dinas Pe(anian Kabupaten. Kabupaten yang mengalami perubahan alokasi pupuk bersubsidi sebagai akibat dilakukannya realokasi antar kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menlndaklanjuti dengan melakukan realokasi antar kecamatan yang ditetapkan melalui Peraturan Bupati atau realokasi antar kecamatan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Apabila alokasi pupuk bersubsidi di suatu Kabupaten dan pada bulan berjalan tidak mencukupi, penyaluran pupuk bersubsdi di wilayahnya dapat dilakukan dengan menggunakan sisa alokasi bulan sebelumnya dan/ atau dari alokasi bulan berikutnya dengan tidak melampaui alokasi 1 (satu) tahun, melalui realokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3). BAB V PENYALURAN PUPUK BERSUBSID] Pasal 9 Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani melalui penyalur di Lini lv dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Eersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku. Penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian di penyalur Lini lv ke Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani diatur sebagai berikut: a. penyaluran pupuk bersubsidi oleh penyalur di Lini lv ke Petani/ petambak dar/ atau Kelompok rani dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan Menteri perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku dan dibukikan dengan catatan dan/ atau nota pembelian kepada Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani; b. penyaluran pupuk sebagaimana dimaksud pada huruf a memperhatikan kebutuhan petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani dan alokasi di masing-masing witayah;

Untuk kelancaran penyaluran pupuk bersubsidi di lini lv e Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dinas Pertanian dan Perkebunan berkoordinasi dengan kelembagaan penyuluhan tingkat Kabupaten guna melakukan pendataan RDKK di wilayahnya, sebagai dasar pertimbangan dalam pengalokasian pupuk bersubsidi sesuai alokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Optimalisasi pemanfaatan pupuk bersubsidi ditingkat Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani dilakukan melalui pendampingan penerapan pemupukan berimbang spesiflk lokasi oleh penyuluh. Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi di penyalur lini lv ke Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani dilakukan oleh petugas pengawas yang ditunjuk sebagai satu kesatuan dari KPPP di Kabupaten. Dinas yang memperoleh alokasi dana Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Kegiatan Pendampingan Verifikasi dan Validasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun Anggaran 2015, melaporkan hasil verifikasi dan validasi penyaluran Pupuk bersubsidi setiap bulannya kepada Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Hasil verifikasi dan Validasi penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilengkapi dengan Surat Pemyataan Tanggung Jawab Mutlak oleh Kepala Dinas. Pelaskanaan verifikasi dan validasi penyaluran pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan sesuai Petunjuk Pelaksanaan Verifikasi dan Validasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Tahun 2015 yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Pasal l0 Pelaksana subsidi pupuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Penyalur di lini lll dan Penyalur di Lini lv wajib menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi saat dibutuhkan Petani/ Petambak danl atau Kelompok Tani di wilayah tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk menjamin ketersediaan pupuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksana subsidi pupuk berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten untuk penyerapan pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang bedaku. BAB VI HET DAN KETIASAN PUPUK BERSUBSIDI Pasal I t (1) Penyalur di lini lv yang ditunjuk harus menjual pupuk bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HEr). (2) Harga Eceran Tertanggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : - Pupuk Urea - Pupuk SP-36 = Rp. 2.000,- per kg; - Pupuk ZA

- Pupuk NPK - Pupuk Organik = Rp. 500,- per kg; (3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku untuk pembelian oleh Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani di Lini lv secara tunai dalam kemasan sebagai berikut: - Pupuk Urea = 50 kgi - Pupuk Sp-36 = 50 k9; - Pupuk ZA = 50 k9; - Pupuk NPK = 50 kg ; - Pupuk Organik = 40 k9. Pasal 12 (1) Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) harus diberi label tambahan berwama merah, mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus, yang bertuliskan: v 'Pupuk Bersubsidi Pemerintah' Barang Dalam Pengawasan (2) Khusus pengadaan dan penyaluran pupuk urea bersubsidi berwarna merah muda (pink) dan Pupuk ZA bersubsidi berwarna jingga (orange). BAB VII PENGAWASAN DAT{ PELAPORAN Pasal 13 Pelaksana subsidi pupuk wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I sampai Lini lv sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian yang berlaku serta melakukan pengawalan terhadap penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini lv ke Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani. Pelaksana Subsidi Pupuk wajib melaporkan perkembangan realisasi penyaluran pupuk bersubsidi sampai ke Petani/ Petambak dan/ atau Kelompok Tani setiap bulannya kepada Menteri Pertanian melalui DireKur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Pasal 14 (1) KPPP Kabupaten wajib melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penyaluran, penggunaan dan harga pupuk bersubsidi di wilayahnya. (2) KPPP Kabupaten dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Penyuluh. Pasal 15 (1) KPPP Kabupaten wajib menyampaikan laporan pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya kepada Bupati

(2) Bupati menyampaikan laporan hasil pemantauan dan pengawasan pupuk bersubsidi kepada Gubernur. Pasal 17 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januai 2015. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat. Ditetapkan di Salak pada tanggal zl J(}^ uar.l

Jumlah Sub Sektor Tanaman Pangan dan Hoillkultura Jenis Pupuk : Urea (Ton) Januari Pebruari Maret Aprll Agustus September Jumlah Nopember Desember Kerajaan Pagindar Siempat Rube Januari Pebruari iiaret Agustus September Nopember Deeember Keraiaan Iinada

Januarl Pebruari Maret Agustur September Oktober Nopember Deeember Jumlah Pagindar Siempat Rube Jumlah Januari Pebruarl Maret Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Keraiaan Pagindar Siempat Rube Halaman 2 dari 12

Jenis Pupuk : Pupuk Organik (Ton) Januari Pebruari Maret Agustus September Nopember Desember Kerajaan Pagindar Siempat Rube Halaman 3 dari 12

Sub Sektor Petemakan Jenls Pupuk : Urca (Ton) Januari Pebruarl Maret April Juni Agustue September Oktober Nopember Desember 0,13 0,00 0,00 0,00 0,13 0,00 0,13 0,00 0,00 0,00 0,13 0,52 Kerajaan 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,12 0,00 0,00 0,12 0,48 0,00 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 0,20 Pagindar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,35 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,10 0,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,00 0,15 0,60 Siempat Rube 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,10 0,40 1.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 4,00 ) Jenls Pupuk : Pupuk SP-36 (Ton) Januari Pebruarl Maret April Mei Agustus September Oktober Nopember Desember 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Kerajaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 0.12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,12 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,05 Paqindar 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,15 0,00 0,00 0,00 0,15 Siempat Rube 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 Jumlah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Jenis Pupuk : Pupuk ZA (Ton) Januari Pebruarl illaret Aprll Agustus September Nopember Desember Keraiaan Pagindar Tinada Siempat Rube Januari Pebruarl Maret Junl Agustus September Oktober Nopember Desember Keraiaan Pagindar Siempat Rube

: Pupuk Organik (Ton) Januari Pebruari Agustue September Nopember Desember Pagindar Tinada Siempat Rube Kerajaan Halaman 6 dari 12

Sub Sektor Perikanan Jenls Pupuk : Urea (Ton) Januari Pebruari tlaret April tel Agustus September Nopember Desembor 0,00 0,15 0,15 0,00 0.15 0,10 0.10 0,00 Keraiaan 0,00 0,30 0,30 0,00 0,30 0,00 0,00 0,20 0,00 0,00 0,45 0,00 0,00 0,30 0,00 0,30 0,00 Pagindar o,qq 0,15 0,15 0,15 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,65 0,00 0,00 0,00 0,70 0,70 0,00 0,30 0,00 0,30 0,00 0,30 0,00 0,20 0,00 0,00 0,00 0,20 0,00 0,00 1,30 Siempat Rube 0,00 0,00 0,30 0,00 0,30 0,00 0,30 0,00 0,20 0,00 0,20 1,30 0,00 3,00 0,00 3,00 0,00 3,00 0,00 2,00 0,00 2,00 Jenla Pupuk : Pupuk SP-36 (Ton) ) Januari Pebruarl Maret tprll Agustus September Nopember Deaember 0,00 0,05 0,00 0,05 0,00 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,20 Keraiaan _qp! 0,10 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,15 0,00 0,15 0,00 0,15 0,150,00 0,00 Pagindar 0,00 0,00 0,05 0,00 0,05 0,00 0,00 0,00 0,20 0,00 0,00 0,35 0,35 0,00 0,35 0,00 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,40 Siempat Rube 0,00 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 o,(xt 0,00 ) Halaman 7 dari 12

Jenie Pupuk : PupukZA(Ton) Jumlah Januari Pebruari Maret April Agustus September Oktober Nopember Desember Keraiaan Pagindar Siempat Rube Januari Pebruari Maret Agustus September Nopember Desember Kerajaan Pagindar Siempat Rube

Jenia Pupuk : Pupuk Oryanlk (Ton) Januarl Pebruari Maret Agustus September Nooember ldesamhar Jumlah Kerajaan Siempat Rube

Sub Sektor Perkebunan Jenis Pupuk : Urea (Ton) Januari Pebruarl Maret April Mei Juni Agustus September Nopember Desember Jumlah 0,00 0,00 0,00 9,00 0,00 0,00 0,00 12,50 0,00 0,00 0,00 21,50 Kerajaan 900 0,00 0,00 18,00 0,00 _!,0q 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 27,00 0,00 0,00 0,00 0,00 37,50 0,00 0,00 0,00 4r,50 F,eglndet _- _ 0,00 0,00 0,00 9,00 0,00 ab! 0,00 0,00 12,50 0,00 0,00 0,00 -o,qq 0_,00 0,00 0,00 18,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0,00 0,00 0.00 43,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 43,00 Siempat Rube 0,00 0,00 0,00 18,00 0,00 0,00 0,00 0,00 25,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 63,00 0,00 0,00 0,00 0,00 87,!q 0,00 0,00 0,00 Jumlah 0,00 0,00 0,00 180,00 0,00 0,00 0,00 0,00 250,00 0,00 0,00 0,00 430,00 ).lenis Pupuk : Pupuk SP-38 (Ton) Januari Pebruarl Maret April Mei Juni Agustus September Nopember Deoember Jumlah 0,00 0,00 apa 0,75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 250 Kerajaan 0,00 0,00 0.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 500 0,00 2,25 0,00 0,00 0,00 5,25 0.00 0,00 0,00 750 Pagindar 0,00 0,00 0,00 0.75 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 250 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 0,00 0,00 000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 0,00 0,00 000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,50 0,00 ooo 0,00 5,00 Siempat Rube 0,00 0,00 0,00 1,50 0,00 0,00 0,00 3,50 0,00 0,00 0,00 0,00 5,00 Jumlah 15,00 0,00 0,00 0,00 35,00 0,00 0,00 0,00 50,00,)

Jenlc Pupuk : ZA (Ton) Januarl Pebruarl Maret Agustus September Oktober Nopember Derember Keraiaan Pagindar Siempat Rube Jumlah Januari Pebruarl Maret Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Tinada Siempat Rube Kerajaan Pagindar

Jenis Pupuk : Pupuk Organlk (Ton) Januari Pebruari Maret Agustus September Nopember Desember Jumlah Kerajaan Pagindar Tinada Siempat Rube