MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 17/P/M.KOMINFO/6/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 04 /PER/M.KOMINFO/01/2006 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 40 /P/M.KOMINFO/12/ 2006

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 07/PER/M.KOMINFO/2/2006 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/I/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN WARUNG TELEKOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 /P/M.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 TENTANG

BERITA NEGARA. No.702, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penyiaran Multipleksing. Penyelenggaraan.

13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 29 /KEP/M.KOMINFO/03/2006 TENTANG

BERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA NEGARA. No.1236, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIAKSI DAN INFORMATIKA. Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz. Jaringan Bergerak Seluler. Seleksi. Tata Cara.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR :19/PER.KOMINFO/10/2005 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor: 107,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI dan INFORMATIKA. Penagihan. Pemungutan. PNBP.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 37/P/M.KOMINFO/12/2006

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 13/P/M.KOMINFO/8/2005 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI YANG MENGGUNAKAN SATELIT

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1017 TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 16 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. NOMOR : 25 / P / M.Kominfo / 11 / 2005 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor: 166, Tambahan Le

TAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN SWASTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN SWASTA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN SWASTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI INFORMATIKA. Sertifikasi. Izin. Tatacara.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR.. TAHUN 2005 TENTANG REGISTRASI TERHADAP PENGGUNA JASA TELEKOMUNIKASI

2017, No listrik tenaga mikrohidro/pembangkit listrik tenaga surya dengan mekanisme sewa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

BERITA NEGARA. No.703, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Tarif Sewa. Multipleksing. Tata Cara.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

1 of 10 3/17/2011 4:26 PM

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 181/KEP/M.KOMINFO/12/ 2006 T E N T A N G

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika tent

Komisi Penyiaran Indonesia Lembaga Negara Independen

1 of 8 3/17/2011 4:45 PM

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 005/SK/KPI/5/2004 TENTANG

RISALAH RAPAT PEMBAHASAN RPM KOMINFO TENTANG RENCANA INDUK FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN PENYELENGGARAAN RADIO SIARAN FREQUENCY MODULATION

2017, No Informatika Nomor 592 Tahun 2014 dan pita frekuensi radio 2.3 GHz pada rentang MHz, belum ditetapkan penggunanya; c. bahwa

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelayanan publik yang prima, telah ditugaskan Pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 02/PER/M.KOMINFO/3/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 06 / P/ M. Kominfo / 5 / 2005 TENTANG

LEMBAGA PENYIARAN. Click to edit Master subtitle style

BERITA NEGARA. No.797, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Jaringan Telekomunikasi Berbasis Protokol Internet. Pengamanan.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 162/KEP/M.KOMINFO/5/ 2007 T E N T A N G

BERITA NEGARA. No.1161, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Alat dan Perangkat Penerima. TV Digital. Persyaratan Teknis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

2011, No c. bahwa untuk dapat mendorong persaingan industri telekomunikasi yang sehat, mengembangkan inovasi teknologi informasi dan membuka pel

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: 14/P/M.KOMINFO/4/2007 TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA SELEKSI PENGGUNA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK PENYELENGGARAAN PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, Menimbang : a. bahwa daiam rangka penetapan pengguna spektrum frekuensi radio untuk penyeienggaraan penyiaran khususnya bagi Pemohon yang meiebihi jumlah frekuensi yang tersedia dalam rencana induk (master plan), perlu diatur tata cara dan kriteria seleksi pengguna spektrum frekuensi radio untuk penyeienggaraan penyiaran; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut pada butir a diatas, perlu ditetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tentang Tata Cara dan Kriteria Seleksi Pengguna Spektrum Frekuensi Radio untuk Penyelenggaraan Penyiaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 154, Tambanan Lembaran Negara Nomor 3881); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4252); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3981); 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM.15 Tahun 2003 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Radio Siaran FM (Frequency Modulation); 5. Keputusan Menteri Pernubungan Nomor KM. 76 Tahun 2003 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi Radio Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus untuk Keperluan Televisi Siaran Analog Pada Pita Ultra High Frequency (UHF); 6. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor: 3/P/M.KOMINFO/5/2005 Tentang Penyesuaian Kata Sebutan pada Beberapa Keputusan/Peraturan Menteri Perhubungan Yang Mengatur Materi Muatan Khusus Bidang Pos dan Telekomunikasi; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA SELEKSI PENGGUNA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK PENYELENGGARAAN PENYIARAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Siaran, Penyiaran, Spektrum Frekuensi Radio, Forum Rapat Bersama, Lembaga Penyiaran, dan Izin Penyelenggaraan Penyiaran adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta, Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Komunitas dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Berlangganan. 2. Seleksi adaiah penyaringan pengguna spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan penyiaran melaiui proses evaluasi komperatif atau Ielang.

3. Evaluasi komperatif adalah proses penyaringan pengguna spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan penyiaran berdasarkan pembandingan ternadap serangkaian indikator/kriteria. 4. Lelang adalah penentuan proses penyaringan pengguna spektrum frekuensi radio untuk penyelenggaraan penyiaran berdasarkan persaingan nilai/kriteria yang dikompetisikan. 5. Pakta integritas adalah surat pernyataan panitia seleksi yang berisi tentang ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi korupsi dan nepotisme dalam pelaksanaan seleksi. 6. Pemonon adalah perseorangan, warga negara Indonesia, yang bertindak untuk dan atas nama badan hukum Indonesia. 7. Komisi Penyiaran Indonesia, selanjutnya disebut KPI, adalah Iembaga negara yang bersifat independen yang ada di pusat dan di daerah, sebagai wujud peran serta masyarakat di bidang penyiaran, yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. 8. Menteri adalah menteri yang ruang Iingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang komunikasi dan informatika. BAB II UMUM Pasal 2 (1) Obyek seleksi adalah kanal frekuensi radio untuk penyelenggaraan penyiaran pada wilayah Iayanan siaran tartentu. (2) Kanal frekuensi yang menjadi objek seleksi untuk wilayah layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan olah Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. PasaI 3 Peserta seleksi adalah Pemohon Izin Penyelenggaraan Penyiaran yang telah memperoleh rekomendasi kelayakan penyalanggaraan penyiaran atau telah memenuhi persyaratan administrasi, program siaran, data teknik penyiaran dan sedang dibahas dalam Forum Rapat Bersama. Pasal 4 (1) Seleksi dilaksanakan oleh Panitia seleksi yang ditetapkan oleh Menteri. (2) Jumlah anggota Panitia seleksi adalah gasal (bilangan ganjil). (3) Panitia seleksi wajib menandatangani Pakta Integritas. PasaI 5 Panitia saleksi mampunyai tugas: a. menyusun jadwal seleksi; b. membuat kriteria penilaian evaluasi komperatif atau indikator yang akan dikompetisikan; c. menyiapkan proses seleksi; d. menyiapkan dokumen-dokumen seleksi; e. memberikan penjelasan mangenai proses seleksi; f. melaksanakan proses seleksi; g. mengusulkan calon pemenang seleksi; h. membuat Iaporan hasil pelaksanaan seleksi. BAB III SELEKSI PENGGUNA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO UNTUK PENYELENGGARAAN PENYIARAN Pasal 6 (1) Seleksi dilakukan dangan matode evaluasi komparatif atau Ialang. (2) Pemilihan metode seleksi ditetapkan oleh Forum Rapat Bersama dengan memperhatikan tingkat permintaan kanal frekuensi radio di suatu wilayah Iayanan siaran, tingkat kemajuan ekonomi di suatu wilayah layanan siaran, dan/atau jenis Iembaga panyiaran. BAB IV EVALUASI KOMPARATIF Bagian Pertama Materi Evaluasi Pasal 7 (1) Evaluasi komparatif dilakukan terhadap aspek :

a. program; b. teknik; dan c. bisnis. (2) Aspek program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. prosentase mata acara siaran tertentu; b. durasi siaran per hari; dan c. materi siaran. (3) Aspek teknis penyiaran antara Iain : a. kelayakan menara; b. kualitas peralatan pemancar; c. kualitas antena dan feeder; d. kecukupan sarana dan prasarana; dan e. kelayakan tata Ietak dan tata ruang stasiun pemancar dan stasiun penyiaran (studio). f. kesesuaian antara wilayah Iayanan dan perkiraan jangkauan wilayah siaran berdasarkan konfigurasi pemancar dan sistem antena. (4) Aspek bisnis sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi : a. kecukupan modal; b. kelayakan rencana bisnis; c. kecukupan sumber daya manusia (SDM); dan d. masalah pemusatan kepemilikan dan kepemilikan silang. (5) Aspek bisnis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan d tidak berlaku bagi Lembaga Penyiaran Komunitas. Bagian Kedua Tata Cara Evaluasi Komparatif Pasal 8 Masing-masing kriteria yang digunakan dalam materi evaluasi diberi nilai tertentu. Pasal 9 (1) Berdasarkan hasil evaluasi, masing-masing Peserta seleksi diperingkatkan dari nilai tertinggi sampai terendah. (2) Peserta seleksi yang memperoleh alokasi frekuensi adalah peserta dengan urutan nilai peringkat tertinggi hingga mencapai sebanyak jumlah kanal frekuensi yang disediakan. BAB V LELANG Bagian Pertama lndikator Penilaian Pasal 10 (1) Panitia seleksi menetapkan satu indikator yang dikompetisikan. (2) Indikator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa indikator moneter atau indikator non-moneter. (3) lndikator moneter dapat berupa antara lain nilai up-front fee atau nilai kontribusi moneter yang Iain. (4) Indikator non-moneter dapat berupa antara lain komitmen pongalokasian waktu untuk kepentingan program publik atau komitmen spesifik Iainnya yang ditetapkan oleh Panitia seleksi. (5) Indikator non-moneter harus spesifik dan terukur. Pasal 11 Proses seleksi untuk Lembaga Penyiaran Komunitas dapat dilakukan melalui lelang dengan menggunakan indikator non-moneter. Bagian Kedua Tata Cara Lelang Paragraf 1 Rapat Penjelasan Pasal 12 (1) Panitia seleksi menetapkan persyaratan dan tata cara Lelang. (2) Panitia seleksi menyelenggarakan rapat untuk meberikan penjelasan tentang persyaratan dan tata cara lelang kepada para Pemohon. (3) Rapat Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh pemohon atau wakilnya yang diberi kuasa oleh Pemohon sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang.

(4) Sekurang-kurangnya 1 (satu) orang yang hadir dalam Rapat Penjelasan adalah orang yang hadir pada saat proses pelelangan. (5) Seluruh pertanyaan hanya diajukan dalam Rapat Penjelasan. (6) Hasil Rapat Penjelasan dituangkan dalam dokumen Berita Acara Rapat Penjelasan yang ditandatangani oleh Panitia seleksi dan 2 (dua) orang perwakilan dan Pemohon. (7) Waktu dan tampat pelaksanaan Rapat Penjelasan ditetapkan oleh Panitia seleksi. Pasal 13 (1) Panitia seleksi menetapkan kriteria minimal dalam aspek program siaran, teknis, dan bisnis sebagai persyaratan prakualifikasi dalam proses Ielang. (2) Peserta seleksi membuat pernyatan tertulis mengenai kasanggupan pemenuhan komitmen yang ditetapkan Panitia seleksi. (3) Hanya Peserta seleksi yang sanggup memberikan komitmen melampaui batas minimal yang diperbolehkan mengikuti proses lelang berikutnya. (4) Apabila jumlah Peserta seleksi yang Iolos prakualifikasi Iebih sedikit dari kanal frekuensi yang tersedia maka proses Ielang tidak dilanjutkan dan Panitia seleksi mengusulkan proses penetapan frekuensi kepada Forum Rapat Barsama. Pasal 14 (1) Proses penawaran dalam lelang dilaksanakan dalam satu tahap. (2) Peserta Ielang memasukkan nilai penawaran dalam amplop tertutup dalam waktu yang ditetapkan. (3) Panitia seleksi membuka amplop penawaran pada waktu yang telah ditentukan. (4) Panitia seleksi menetapkan nilai-nilai penawaran yang sah. Pasal 15 (1) Panitia seleksi malakukan pemeringkatan atas semua nilai panawaran yang sah dimulai dari nilai yang terbaik. (2) Berdasarkan peringkat niiai-ni ai penawaran yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia seleksi menetapkan batas sedemikian rupa sehingga terpilih pemenang sebanyak jumlah kanal frekuensi yang disediakan. Pasal 16 (1) Apabila terjadi nilai yang sama pada Peserta Lelang yang berada pada batas maksimum ketersediaan kanal frekuensi, maka yang menjadi pemenang ditentukan berdasarkan atas komitmen tertinggi pada aspek program. (2) Apabila masih belum dapat ditentukan berdasarkan komitmen aspek program maka yang menjadi pemenang ditentukan berdasarkan atas komitmen tertinggi pada aspek teknis. (3) Apabila masih belum dapat ditentukan berdasarkan komitmen aspek program dan teknis maka yang menjadi pemenang ditentukan berdasarkan atas komitmen tertinggi pada aspek bisnis. Pasal 17 Dalam hal yang dikompetisikan adalah indikator moneter, maka apabila diperlukan, Panitia seleksi dapat meminta jaminan penawaran (bid bond) dan atau jaminan pelaksanaan (perfoformace bond). Pasal 18 Panitia seleksi menetapkan batas minimal atau batas maksimal dari indikator yang dikompetisikan. BAB VI PROSES PASCA SELEKSI PasaI 19 (1) Panitia seleksi menetapkan Pemenang hasil seleksi dalam berita acara. (2) Panitia seleksi menyampaikan Pemenang hasil seleksi kepada Forum Rapat Barsama. PasaI 20 Apabila Peserta seleksi ditetapkan sebagai pemenang, seluruh komitmen yang disampaikan oleh Peserta seleksi tersebut dalam keseluruhan proses seleksi dituangkan sebagai kewajiban-kewajiban dalam Iisensi perizinan.

BAB VII KOLUSI DAN MANIPULASI PasaI 21 (1) Setiap bentuk praktek kolusi dan manipulasi dalam proses seleksi baik dilakukan oieh satu atau Iebih atau bersama-sama di antara Peserta seleksi dilarang. (2) Peserta seleksi yang melakukan praktek kolusi dan manipulasi dibatalkan kepesertaannya termasuk hak-hak yang telah diperolehnya sebagai pemenang seleksi. BAB VIII SANKSI PasaI 22 Pelanggaran-pelanggaran yang mengakibatkan pengenaan sanksi berupa diskualifikasi dan penghapusan sebagai Peserta seleksi atau Pemenang seleksi antara lain adalah sebagai berikut : a. Dengan sengaja menyajikan data yang tidak benar dalam dokuman permohonan; b. Membatalkan keikutsertaan pada proses seleksi; c. Melakukan penawaran tidak sah; d. Tidak mencantumkan nilai yang diajukan sebagai nilai panawaran; e. Melakukan komunikasi dengan Peserta seleksi yang Iain selama proses seleksi berlangsung yang mengarah kepada kolusi di antara sesama Peserta seleksi. f. Tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai Pemenang seleksi dalam waktu yang ditetapkan. BAB IX PENUTUP PasaI 23 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabiia dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam peraturan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 24 APRIL 2007 MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan Kepada Yth: 1. Presiden RI; 2. Pimpinan DPR-RI; 3. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu; 4. Jaksa Agung RI; 5. Kepala Kepolisian RI; 6. Kepala BKPM; 7. Kepala Bapepam; 8. Ketua Komisi Penyiaran Indonesia; 9. Para Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah seluruh Indonesia; 10. Para Gubernur/Bupati/Walikota seluruh Indonesia; 11. Para Pejabat Eselon I di Iingkungan Departemen Komunikasi dan Informatika; 12. Para Kepala Balai/Loka Monitor Ditjen Postel, Depkominfo, seluruh Indonesia; 13. Asosiasi Penyiaran.