BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Evaluasi Pembelajaran. 1. Pengertian Evaluasi. Evaluasi perlu dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar untuk dapat

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB V PEMBAHASAN. dokumentasi. Pada uraian ini peneliti akan ungkap dan paparkan mengenai hasil. penelitian yang telah dirumuskan sebagaimana berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan evaluatif melalui model Goal

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KOMPETENSI PEDAGOGIK. Oleh : Danang Hidayatullah. Editor : Agus Widianto, SIQ, S.Th.I. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk pembangunan pendidikan

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih. Abstrak

RENCANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah salah satu penentu keberhasilan dalam pelaksanaan

Sekolah Dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semuannya dirumuskan oleh Pemerintah. perencana tentang keberadaan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berguna bagi kehidupan bangsa itu

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

besar haluan negara (GBHN, ) adalah

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) di Fakultas Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

STUDI PELAKSANAAN STANDAR PROSES DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata

CONTOH TES BAGI CALON SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengembangan kepribadian dan skill dalam ranah pendidikan adalah sekolah. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

Transkripsi:

6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya Tohani (2011:2) menjelaskan bahwa dalam pengelolaan terdapat unsur-unsur perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Istilah Pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Mengajar, belajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar pembelajaran formal, sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. (Rahmat, 2011:51). Menurut Hamiseno dalam Arikunto (1997:8), pengelolaan adalah substansi dari mengelola, sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari menyusun data, merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan sampai mengawasi dan menilai. Sementara itu pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yaitu tujuan kurikulum. (Rahmat, 2011:51) Pembelajaran atau pengajaran menurut Widada, (2010:2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat

7 kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Dikatakan pula bahwa proses penciptaan lingkungan belajar sedemikian rupa disebut pembelajaran. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran tetapi pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Gagne dan Briggs (1979,3) dalam Rahmat (2011:52) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran kondisi atau situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh guru. Pengelolaan pembelajaran adalah serangkaian kegiatan merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan evaluasi pembelajaran. B. Optimalisasi Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan Pembelajaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dimilik seorang guru sebagaimana tercantum dalam daftar kompetensi yang telah ditetapkan oleh Depdiknas RI. Optimalisasi berasal dari kata optimal yang artinya, paling baik, paling tinggi, atau paling menguntungkan. (Hoetomo,2005:356). Optimalisasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk mewujudkan yang terbaik, yang tertinggi atau yang paling menguntungkan. Dari pengertian ini optimalisasi pengelolaan pembelajaran dapat diartikan

8 sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan pembelajaran dengan sebaikbaiknya. C. Perencanaan Guru dalam Pembelajaran 1. Hakikat Perencanaan Terdapat beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbedabeda satu dengan yang lain. Cunningham dalam Widada (2010:1) mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan disini menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Definisi yang lain menurut Arthur (dalam Rahmat, 2011:107) bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada sekarang (what is), dengan bagaimana seharusnya (what should be), yang bertalian dengan kebutuhan penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya dalam definisi ini mengacu pada masa yang akan datang. Perencanaan disini menekankan pada usaha mengisi kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang yang disesuaikan dengan apa yang dicita-citakan maksudnya menghilangkan jarak antara keadaan sekarang dengan keadaan mendatang yang diinginkan. Definisi lain tentang perencanaan dirumuskan dalam kalimat yang pendek yaitu suatu cara untuk mengantisipasi dan

9 menyeimbangkan perubahan (Widada, 2010:2). Ketiga definisi tersebut di atas menampakkan rumusan yang berbeda. Definisi pertama mencari wujud yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Definisi kedua menghilangkan kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang sedangkan definisi yang terakhir mengubah keadaan agar sejalan dengan keadaan lingkungan yang juga berubah-ubah. Namun demikian ketiga definisi tersebut memiliki makna yang sama yaitu semuanya ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang. Berdasarkan rumusan di atas dapat dibuat rumusan tentang perencanaan yaitu suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pembelajaran atau pengajaran (Widada, 2010:2) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran adalah sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar tapi berinteraksi dengan seluruh sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran.

10 Rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP adalah menjabarkan silabus kedalam RPP yang lebih oprasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran yaitu kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar dan penilaian. Rencana pelaksanaan pembelajaran akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran yang sedikitnya mencakup tiga kegiatan yaitu, identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran (Mulyasa, 2010: 213). Ketiga hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : a. Identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dilakukan dengan kondisi yang sebenarnya, atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan. Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi siswa agar kegiatan belajar dirasakan oleh mereka sebagai bagian dari

11 kehidupannya dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berkut : 1) Siswa didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui pembelajaran. 2) Siswa didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar. 3) Siswa dibantu untuk mengenal dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajarnya, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Ketiga hal ini dapat dilakukan baik secara individu maupun kelompok. b. Identifikasi kompetensi Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh siswa, dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran yang memiliki peranan penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu setiap kompetensi harus merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. c. Penyusunan Program Pembelajaran Penyusunan program pembelajaran memberi arah kepada suatu program yang membedakannya dengan program lain. Penyusunan program pembelajaran akan

12 bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu system yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan serta berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaannya, untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi. 2. Perlunya perencanaan pembelajaran Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. (Widada,2010:3). Menurutnya upaya perbaikan pembelajaran dilakukan dengan asumsi sebagai berikut; a. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena di dalam desain pembelajaran tahapan yang akan dilakukan oleh guru dalam mengajar telah dirancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

13 b. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem. Untuk mencapai kualitas pembelajaran desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini disadari bahwa dengan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antar variabel yakni kondisi pembelajaran, variabel metode dan variabel-vsriabel hasil pembelajaran. c. Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seorang belajar. Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya, apakah itu bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika pendekatan itu bersifat intuitif, maka rancangan pembelajaran itu diwarnai oleh kehendak perancangnya. Namun apabila rancangan pembelajaran dibuat berdasarkan pendekatan yang bersifat ilmiah maka sudah pasti akan diwarnai dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuan. Sekiranya kalau rancangan pembelajaran dibuat berdasarkan paduan kedua pendekatan itu sehingga rancangan pembelajaran dihasilkan disesuaikan dengan pengalaman empiris. d. Untuk mendesain suatu pembelajaran diacukan pada siswa secara perorangan. Seorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau prilaku belajar dapat ditata atau dipengaruhi tetapi tindakan atau perilaku pelajar akan tetap berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir tidak mungkin dipaksa segera bertindak

14 secara cepat, sebaliknya siswa memiliki kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak secara lambat, sebab jika tidak maka siswa yang lambat belajar akan tertinggal dan yang cepat berpikir akan semakin maju pembelajarannya. e. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung. f. Sasaran akhir dari desain pembelajaran adalah mudahnya siswa umtuk belajar. g. Perencanaan pembelajaran melibatkan seluruh variabel pembelajaran, dan h. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Fungsi Perencanaan Pembelajaran. Perencanaan RPP dalam KTSP berfungsi mendorong seorang guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu setiap akan melakukan pembelajaran guru harus memiliki persiapan, baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis. Mengajar tanpa persiapan hanya akan merusak mental dan moral siswa, serta akan menurunkan wibawa guru secara keseluruhan. D. Pelaksanaan Guru dalam Pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang

15 lebih baik (Mulyasa, 2010:255). Dalam interaksi tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik faktor internal yang datangnya dari individu maupun eksternal yang berasal dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan prilaku bagi siswa. Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal, pre tes, pembentukan kompetensi dan post tes. Ketiga hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Pre tes Pada umumnya pembelajaran dimulai dari Pre tes. Pre tes ini memiliki banyak keguanaan dalam menunjang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu pre tes memegang pernan yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Untuk menyiapkan siswa dalam proses belajar mengajar, karena dengan pre tes pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang akan mereka kerjakan. b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dilakukan untuk membandingkan hasil pre tes dengan post tes. c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki siswa mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.

16 d. Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang dikuasai siswa, serta kompetensi mana yang harus mendapatkan perhatian khusus atau mendapatkan penekanan. 2. Pembentukan Kompetensi. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti pelaksanaan proses pembelajaran,yaitu bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan. Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi ini perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, yang tentu saja memerlukan kreatifitas dan aktifitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil apabila selurunya atau paling tidak sebagian besar (75 %) siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembentukan kompetensi, di samping dapat menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaka yang positif pada diri siswa seluruhnya, atau paling tidak sebagian besar (75%) sesuai dengan kompetensi dasar. Selanjutnya proses pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi serta sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat dan

17 pembangunan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut perlu dikembangkan pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang berkualitas tinggi, baik mental, moral dan fisik. Hal ini berarti kalau kompetensi yang diharapkan bersifat afektif dan psikomotoris, maka tidak cukup dengan memakai metode ceramah. Namun perlu penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai kognitif, afektif yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari. Dengan metode dan strategi belajar mengajar yang kondusif seperti metode inquiry, discovery, problem solving, dan sebagainya diharapkan setiap siswa, dapat mengembangkan kompetensi dasar dan potensinya secara optimal, sehingga akan lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat apabila mereka telah menyelesaikan program tertentu pada satuan pendidikan tertentu. 3. Post Tes. Pembelajaran diakhiri dengan post tes. Seperti halnya dengan pre tes maka post tes memiliki kegunakaan terutama dalam hal melihat keberhasilan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Post tes berfungsi antara lain sebagai berikut : a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara hasil pre tes dengan post tes. b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh siswa, serta kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.

18 c. Untuk mengetahui mana siswa yang perlu mengikuti remedial, yang perlu mengikuti pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi. d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilaksanakan baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. E. Evaluasi atau Penilaian Hasil Belajar. 1. Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian yang memiliki peran yang penting dalam setiap sistem pendidikan karena evaluasi dapat menunjukkan perkembangan atau kemajuan hasil belajar. Dengan evaluasi baik buruknya kualitas pendidikan dapat diketahui. Evaluasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan beragam metode dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. (Nurhadi,2010:3). Pengertian umum evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami peserta didik dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Dengan demikian evaluasi adalah proses penentuan nilai terhadap obyek tertentu berdasarkan beragam kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengetian umum evaluasi pembelajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa

19 dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Secara konseptual evaluasi pembelajaran adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan, manganalisis, manafsirkan dan menyajikan suatu informasi yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. 2. Tujuan Evaluasi Pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran menurut Nurhadi (2010:4) dapat diuraikan sebagai berikut : a. Mengetahui kemajuan belajar siswa. b. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa. c. Mengetahui hasil belajar siswa. d. Mengadakan seleksi. e. Mengetahui kelemahan dan kesulitan belajar siswa. f. Memberikan bantuan dalam pengelompokan siswa. g. Memberikan bantuan dalam pemilihan jurusan. h. Memberikan bantuan dalam kegiatan belajar siswa. i. Memberikan motivasi belajar j. Mengetahui efektivitas mengajar pengajar k. Mengetahui efisiensi mengajar pengajar. l. Memberikan umpan balik kepada pengajar m. Memberikan pertanggung jawaban atau bukti untuk laporan kepada orang tua dan masyarakat. n. Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran.

20 3. Fungsi Evaluasi Pembelajaran Fungsi utama evaluasi pembelajaran adalah menelaah suatu obyek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan evaluasi pendidikan. Sedangkan fungsi evaluasi pendidikan antara lain member informasi yang dipakai sebagai dasar untuk : a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan; b. Menilai hasil yang dicapai para pelajar; c. Menilai kurikulum; d. Memberi kepercayaan kepada sekolah; e. Memonitor dana yang telah diberikan; dan f. Memperbaiki materi dan program pendidikan. Fungsi evaluasi menurut Nurhadi,(2010:5-7) dikelompokkan ke dalam tiga fungsi yang saling berkaitan sebagai berikut: a. Fungsi Instruksional 1) Evaluasi akan merangsang para pengajar dalam menjelaskan dan merumuskan tujuan pelajaran yang semakin lebih baik bagi siswa. 2) Evaluasi akan memberikan umpan balik bagi pengajar. 3) Bentuk evaluasi yang dirancang dengan baik akan mendorong motivasi belajar siswa. 4) Ulangan adalah alat yang efektif dalam rangka penguasaan atau pemantapan belajar.

21 b. Fungsi Administratif. 1) Tes memberikan suatu mekanisme untuk mengontrol kualitas suatu sekolah atau suatu sistem sekolah. 2) Tes berguna untuk mengevaluasi program dan malakukan penelitian. 3) Tes memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik mengenai klasifikasi dan penempatan. 4) Tes dapat menambah kualitas keputusan seleksi. 5) Tes berguna sebagai alat untuk melakukan akreditasi, penguasaan suatu bidang dan sertifikasi. c. Fungsi Bimbingan Dalam hal bimbingan tes sangat penting untuk mengetahui bakat-bakat khusus dan kemampuan seseorang. 4. Prinsip Evaluasi Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik pelaksanaan kegiatan evaluasi hendaknya bertitik tolak dari prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Prinsip kesinambungan Artinya evaluasi tidak boleh dilakukan sementara waktu atau pada saat tertentu saja. b. Prinsip Keseluruhan Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu obyek, hendaknya mengambil seluruh obyek sebagai bahan evaluasi.

22 c. Prinsip Obyektivitas Dalam melakukan evaluasi hendaknya berdasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi oleh subyektifitas penilai. d. Prinsip Koopratif Dalam prinsip ini mengandung maksud bahwa setiap kegiatan evaluasi hendaknya dilakukan bersama-sama oleh pengajar yang bersangkutan. 5. Aspek-aspek Evaluasi Aspek-aspek yang dievaluasi harus berdasarkan tujuan dan prinsip evaluasi. Aspek-aspek berikut merupakan tinjauan secara umum yang harus dievaluasi oleh para pengajar menurut Nurhadi (2010:9-11) yaitu : a. Perkembangan Pribadi siswa yang meliputi :1) sikap, 2) pengetahuan terhadap bahan pelajaran, 3) kecerdasan siswa, 4) perkembangan jasmanai/kesehatan, 5) keterampilan. b. Isi Pendidikan yang meliputi materi, situasi dan suasana, sarana prasarana dan tenaga pendidik dan kependidikan. c. Proses pendidikan yang meliputi metode, aktivitas siswa, dan waktu. 6. Bentuk Penilaian Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertivikasi, benchmarking, dan penilaian program ( Mulyasa, 2010:258). Penilaian-penialian tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Penilaian kelas. Penilaian ujian ahkir. kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran

23 dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh para siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran tetapi tidak menutup kemungkinan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai siswa. Ulangan umum dilaksanakan setiap akhir semester dengan bahan yang diujikan sebagai berikut: a. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama b. Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dari materi semester pertama dan materi semester kedua dengan penekanan pada semester kedua. Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel, dan pada umumnya dilakukan ulangan umum bersama baik tingkat rayon, kecamatan, kabupaten/kota, maupun propinsi. Hal ini dilakukan terutama dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan. Di samping itu untuk menghemat tenaga dan biaya, pengembangan soal biasa dilakukasn oleh bang soal, dan biasa digunakan secara berulang-ulang selama soal tersebut masih layak digunakan.

24 Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan meliputi seluruh kompetensi dasar yang telah diberikan, dengan penekanan pada kompetensi dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi ujian akhir terutama digunakan untuk menentukan kelulusan bagi setiap siswa, dan layak tidaknya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat di atasnya. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas. 2. Tes Kemampuan Dasar. Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran dalam hal ini program remedial. Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap akhir kelas III. 3. Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi. Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan pada hasil penilaian jenjang sekolah.

25 4. Benchmarking. Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai sesuatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga siswa dapat mencapai satuan tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan penilaian secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat keberhasilan kurikulum dan pendidikan secara keseluruhan dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas, tetapi tidak untuk memberikan nilai akhir siswa. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu dasar untuk pembinaan guru dan kinerja sekolah. 5. Penilaian Program. Penialaian program dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinu dan berkesinambungan. Penilaian Program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, dan kemajuan zaman.