HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PERFORMA AYAM BROILER PADA FREKUENSI DAN WAKTU PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA SKRIPSI EDDY JULIUS MANURUNG

BAB III MATERI DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

Uji lanjut. Rata-rata K ,620 K ,380 K ,620 P 1,000 1,000 1,000. Kandang

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium. Research and Development Station (UARDS) Universitas Islam Negeri Sultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN AYAM BROILER

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam yang digunakan adalah broiler strain cobb sebanyak 200 ekor yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari 02 April--23 April 2014, di

RECORDING (PENCATATAN)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

METODE PENELITIAN. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Farm,

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

PENGARUH LEVEL BUNGKIL INTI SAWIT DAN ASAM HUMAT DALAM RANSUM TERHADAP PEFORMA BROILER SKRIPSI. Oleh : FADLY RAHMAD KASENDA

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Frekuensi dan Periode Pemberian Pakan yang Berbeda

PENGARUN PEMBATASAN PEMBERIAN JUMLAH RANSUM TERWADAP PERFORMANS AYAM BROILER PADA MASA PERTUMBUHAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN TERNAK UNGGAS PRODUKTIVITAS AYAM RAS PEDAGING YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN BERBEDA ISRAL WARIS I

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Nopember sampai dengan

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu dari 12 Februari 29 Maret

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November - Desember 2014 di

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian DOC yang dipelihara pada penelitian ini sebanyak 1000 ekor. DOC memiliki bobot badan yang seragam dengan rataan 37 g/ekor. Kondisi DOC sehat dengan ciriciri mata bersinar cerah, konformasi tubuh tidak cacat, bulu kering, dari bagian kepala sampai bulu kaki bersih dan mengkilat, tingkah laku ayam lincah. Pakan yang diberikan adalah pakan komersial produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia dengan kode 611. Pakan diberikan ad libitum dengan frekuensi 5-8 kali sehari dan berkurang seiring bertambahnya umur ayam. Tempat pakan yang digunakan adalah feeder tray dengan diameter 35 cm dengan kapasitas untuk 50 ekor ayam. Jumlah feeder tray ditambah saat ayam berumur 3 hari. Tempat pakan diganti dengan feeder tube saat ayam berumur 5 hari. Feeder tube mulai digantung saat ayam berumur 12 hari untuk memudahkan ayam makan dan untuk menghindari pakan terbuang ketika ayam makan. Tempat pakan sudah digantung semua saat ayam berumur 14 hari. Sebanyak 10% ayam broiler dari ayam yang dipelihara (100 ekor) dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya pada umur 14 hari. Rataan bobot badan yang diperoleh adalah 540 g/ekor dengan kisaran 486-594 g/ekor selanjutnya ayam dipilih secara acak dan ditimbang bobot badannya sebanyak 135 ekor. Ayam broiler yang bobot badannya memenuhi kisaran 486-594 g/ekor digunakan sebagai unit percobaan perlakuan. Rataan bobot badan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian adalah 533,5±28,52 g/ekor dengan koefisien keragaman 5,35%. Perlakuan dimulai saat ayam berumur 15 hari. Pengacakan petak kandang perlakuan dilakukan sebelum penempatan ayam. Pengacakan kandang dilakukan dengan cara menyusun acak nomor perlakuan dan ulangan dengan undian. Ayam yang sudah dipilih secara acak ditempatkan ke setiap petak yang sudah disiapkan. Tempat pakan dan tempat minum diletakkan di setiap petak kandang perlakuan. Tempat pakan dan minum digantung untuk menghindari agar tidak terbuang. Performa Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh frekuensi pemberian pakan yang berbeda terhadap performa ayam broiler antara lain: konsumsi pakan, bobot badan akhir, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan mortalitas disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Performa Ayam Broiler pada Frekuensi Pemberian Pakan yang Berbeda. Performa Ayam P1 P2 P3 Konsumsi Pakan (g/ekor) 2583,40 ± 31,56 2563,29 ±26,72 2582,32 ±48,13 Bobot Badan Akhir 2046,60 ±135,31 2102,29 ± 73,10 2143,08 ± 46,86 (g/ekor) Pertambahan Bobot Badan 1457,71 ± 133,24 1548,56± 73,92 1553,08 ± 62,07 (g/ekor) Konversi Pakan 1,78 ± 0,15 1,68 ± 0,08 1,66 ± 0,07 Mortalitas (%) 0 0 2,22 Indeks Performa (IP) 328 366 361 Keterangan : P1 = Pakan diberikan pagi 100% P2 = Pakan diberikan pagi 50% dan sore 50% P3 = Pakan diberikan pagi 40%, siang 20%, sore 40% Konsumsi Pakan Tabel 4 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam broiler selama penelitian mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima minggu pada P1, P2 dan P3 masing-masing sebesar 2583,40 g/ekor, 2563,29 g/ekor, dan 2582,32 g/ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service PT. Charoen Pokphand (2006), standar konsumsi pakan untuk strain CP 707 adalah 2437 g/ekor selama mingu ke-tiga sampai minggu ke-lima pemeliharaan. PenelitianWiryawan et al.(2005) menunjukkan bahwa ayam broiler yang diberikan pakan komersial mulai minggu ketiga sampai mingggu ke-lima pemeliharaan menghabiskan pakan sebesar 2457,59 g/ekor, dan hampir sama dengan standard. Konsumsi pakan dalam penelitian ini ratarata sedikit lebih tinggi dari standar strain tersebut. Tinggi rendahnya konsumsi ransum berhubungan dengan kandungan energi metabolisme yang terdapat dalam pakan. Energi metabolisme pakan penelitian berkisar antara 3000-3100 (kkal/kg), sedangkan menurut North dan Bell (1990), energi metabolisme yang diperlukan sebesar 3190 (kkal/kg). Energi metabolisme pada pakan lebih rendah dari pernyataan dari North dan Bell (1990). Hal tersebut menyebabkan konsumsi pakan menjadi sedikit meningkat dan hal ini sesuai dengan Wahju (2004) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsumsi ransum ayam broiler dapat dipengaruhi oleh kandungan energi dalam ransum yang dikonsumsi. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam tidak berbeda pada frekuensi pemberian pakan yang berbeda (P1, P2 dan P3). 15

Konsumsi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan standard dengan kandungan gizi yang sama dan lingkungan pemeliharaan yang sama. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kandungan energi pakan dan suhu lingkungan pemeliharaan. Energi pakan yang diberikan pada saat penelitian sebesar 3000-3100 kkal/kg. Suhu kandang pada saat ayam dipelihara di brooder umur 1-2 minggu berkisar antara 31-35 0 C. Suhu lingkungan selama penelitian minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima disajikan pada Tabel 5. Suhu lingkungan pada pagi berkisar antara 21-25 0 C, siang 30-35 0 C dan sore sekitar 28-32 0 C. Suhu di dalam kandang yang dianjurkan PT. Charoen Pokphand yaitu 24-31 0 C. Tabel 5. Suhu Kandang Ayam Selama Penelitian. Suhu Kandang ( 0 C) Minggu Pagi Siang Sore 3 22-25 31-35 28-31 4 22-25 32-35 28-32 5 21-25 30-35 28-30 Jumlah konsumsi pakan pada P1, P2 dan P3 sama. Ayam makan pada setiap saat baik pagi, siang dan sore. Hal ini disebabkan oleh jenis pakan dan suhu lingkungan yang tidak berbeda. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan ayam melakukan panting pada siang hari (pukul 12.00-13.00 WIB) menunjukkan bahwa ayam mengalami sedikit cekaman akibatsuhu lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi pada siang hari diminimalkan dengan kondisi lingkungan kandang yang masih segar karena banyak ditanami pohon disekitar kandang.lokasi pemeliharaan ayam broiler berjarak 1 km dari pemukiman penduduk. Konsumsi pakan pada minggu 1-2 dianggap sama sebesar 530 g/ekor dan pada minggu tersebut perlakuan penelitian belum dimulai. Gambar 1 menyajikan grafik konsumsi ayam broiler selama minggu ke-tiga hingga ke-lima penelitian. 16

Konsumsi Pakan (g/ekor) 1200 1000 800 600 400 200 P1 P2 P3 0 3 4 5 Umur (Minggu) Gambar 1. Rataan Konsumsi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian. Gambar 1 menunjukkan bahwa konsumsi pakan penelitian selalu meningkat setiap minggunya. Hal ini sesuai dengan Lesson dan Summers (2001) bahwa semakin tua umur ayam, maka semakin banyak pakan yang dikonsumsi dan digunakan untuk hidup pokok dan pertumbuhan. Bobot Badan Bobot badan akhir ayam broiler menentukan keberhasilan usaha peternakan karena nilai penjualan diukur berdasarkan bobot badan akhir yang dihasilkan. Bobot badan akhir penelitian (Tabel 4) pada P1, P2 dan P3 secara berturut sebesar 2046,60, 2102,29, dan 2143,08 g/ ekor. Menurut Pedoman Tecnical Service PT. Charoen Pokphand (2006),standar bobot badan akhir untuk strain CP 707 selama lima minggu pemeliharaan adalah 2049 g/ekor. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi dan waktupemberian pakan yang berbeda pada perlakuan P1, P2, dan P3 tidak nyata mempengaruhi bobot badan akhir.uraian sebelumnya menunjukkan bahwa konsumsi pakan pada penelitian ini tidak berbeda. Pakan tersebut dikonsumsi pada waktu yang sama baik pada pagi, siang dan sore atau malam hari sehingga pakan tersebut dimetabolisasi pada kondisi suhu lingkungan yang sama. Metabolisme dipengaruhi oleh suhu (Desroier, 1998). Laju metabolisme pada ayam perlakuan P1, P2, dan P3 tidak berbeda,karena tidak ada perbedaan suhu lingkungan. Hal tersebut tercermin dari bobot akhir yang sama. 17

Pertambahan Bobot Badan Salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan dan merupakan parameter penting dalam menentukan keberhasilan produksi yang diinginkan adalah pertambahan bobot badan. Tabel 4 menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan mulai minggu ke-tiga sampai minggu ke-lima penelitian pada P1, P2, dan P3 masing-masing sebesar 1457,71, 1548,56, dan 1553,08 g/ekor. Penelitian Bonnet et al. (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam broiler umur 4-6 minggu yang dipelihara pada suhu lingkungan 32 0 C sebesar 1615 g/ekor sedangkan pada suhu 22 0 C pertambahan bobot badan ayam broiler sebesar 1984 g/ekor. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa frekuensi dan waktupemberian pakan yang berbeda pada ayam pada P1, P2, dan P3 tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Pertambahan bobot badan ayam broiler selama minggu ke 1-2 dianggap masih sama karena pada minggu tersebut belum dimulai perlakuan pakan dalam penelitian. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 800 700 600 500 400 300 200 100 0 3 4 5 Umur (Minggu) P1 P2 P3 Gambar 2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler Selama Penelitian. Gambar 2 menunjukkan pertambahan bobot badan ayamselama lima minggu penelitian.analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi tingkat pertambahan bobot badan. 18

Konversi Pakan Konversi ransum merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam broiler dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Konversi ransum merupakan salah satu indikator keberhasilan usaha bagi peternak. Tabel 4 memperlihatkan bahwa konversi pakan pada P1, P2 dan P3 secara berturutturut sebesar 1,70, 1,68 dan 1,66. Nilai ini sesuai dengan standard yang dikeluarkan oleh perusahaan PT Charoen Pokphand Indonesia untuk strain yang sama yaitu nilai konversi pakan selama lima minggu pemeliharaan sebesar 1,62. Penelitian Ahmad dan Elfawati (2008) menunjukkan bahwa konversi pakan ayam broiler berkisar antara 1,59-1,84 dengan rata-rata konversi pakan 1,75 dan tidak jauh berbeda dari hasil penelitian. Konversi pakan tinggi disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi tinggi, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Penelitian ini menggunakan strain yang sama, bentuk fisik, komposisi, zat nuturisi dan suhu lingkungan yang tidak berbeda menghasilkan tingkat konversi pakan yang sama. Rataan suhu lingkungan terukur pada saat penelitian adalah sebesar 27-28 0 C. Ayam tetap nyaman karena banyak pohon disekitar kandang sehingga pertukaran udara kandang baik. Hal tersebut meyebabkan proses metabolisme dalam tubuh berlangsung dengan baik dan pakan dapat di konversi dengan baik. Konversi pakan juga dipengaruhi oleh kondisi ayam yang dipelihara sehat, jumlah konsumsi yang sama, sehingga mengakibatkan konversi pakan pada penelitian sama. Hasil analisis statistik menunjukkan pengaruh perlakuan manajemen pemberian pakan yang berbeda tidak pengaruh nyata terhadap rataan konversi pakan. 2.50 Konversi Pakan 2.00 1.50 1.00 0.50 P1 P2 P3 0.00 3 4 5 Umur (Minggu) Gambar 3. Konversi Pakan Ayam Broiler Selama Penelitian. 19

Gambar 3 menunjukan konversi pakan ayam broiler selama lima minggu penelitian. Konversi pakan tinggi disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi tinggi, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah. Selain itu faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan adalah stres, penyakit, cara dan waktu pemberian pakan, air cahaya, dan suhu. Mortalitas Mortalitas atau kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan sekaligus sebagai salah satu penentu keberhasilan usaha ayam broiler. Kematian hanya terjadi pada 1 ekor ayam diperlakuan P3 pada umur 16 hari (2,22%). Mortalitas ayam broiler secara keseluruhan tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Penelitian ini masih tergolong berhasil karena angka persentase kematian di bawah 4%, sesuai dengan pernyataan Bell dan Weaver (2002) bahwa persentase kematian selama periode pemeliharaan tidak boleh lebih dari 4%. Indeks Performa Indeks Performa (IP) adalah angka yang menunjukkan suatu prestasi yang dicapai pada akhir pemeliharaan. Nilai indeks performa semakin besar menunjukkan bahwa pemeliharaan lebih efisien dan baik. Nilai IP ayam broiler selama penelitian berdasarkan Tabel 4 pada perlakuan P1, P2 dan P3 adalah 328, 366 dan 361. Pemeliharaan ayam broiler pada perlakuan P1 digolongkan ke dalam kriteria performa yang baik, sedangkan P2 dan P3 memilki kriteria performa sangat baik. Faktor yang mempengaruhi tingginya nilai kriteria IP pada P2 dan P3 adalah bobot badan yang dihasilkan lebih tinggi yaitu 2102 dan 2143 g/ ekor dengan konversi pakan1,68 dan 1,66 pada umur pemeliharaan 35 hari. Pengaruh Perlakuan terhadap Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC) Secara statistik, perlakuan frekuensi dan waktu pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap performa ayam broiler. Salah satu cara dengan menghitung efisiensi ekonomi adalah dengan Income Over Feed and Chick Cost (IOFCC). IOFCC merupakan salah satu indikasi keberhasilan suatu peternakan yang diproleh berdasarkan selisih harga antara penjualan ayam hidup dengan harga pakan dan DOC. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 6. 20

Tabel 6. Income Over Feed and Chick Cost. Peubah A. Pengeluaran a. Pakan - Harga Pakan (Rp/kg) - Konsumsi selama minggu ke-1 hingga minggu ke-2 (kg/ekor) - Konsumsi selama minggu ke-3 hingga minggu ke-5 (kg/ekor) - Jumlah konsumsi lima minggu - Biaya Pakan selama lima minggu (Rp/ekor) b. Harga DOC (Rp/ekor) c. Biaya DOC dan pakan (Rp/ekor) B. Penerimaan a. Bobot Akhir (kg) b. Harga jual ayam hidup bobot akhir pada bulan Agustus 2011 (Rp/kg) c. Penerimaan (Rp) Perlakuan P1 P2 P3 5700 0,530 2,583 3,113 17744,1 22018,1 2046 5700 0,530 2,563 3,093 17630,1 21904,1 2102 5700 0,530 2,582 3,112 17738,4 22012,4 2143 13900 13900 13900 28453 29217 29787 C. Pendapatan (B-A) (Rp/ekor) 6443,9 7312,9 7774,6 Tabel 6 merupakan perhitungan pendapatan yang diperoleh dalam pemeliharaan ayam broiler dengan perlakuan frekuensi pemberian pakan yang berbeda selama lima minggu. Biaya tenaga kerja dan operasional lainnya dianggap sama. Selisih harga jual dengan biaya DOC dan pakan dari terbesar hingga terkecil adalah P3 sebesar Rp 7774,6, P2 sebesar Rp 7312,9 dan pada perlakuan P1 sebesar Rp 6443,9. Selisih tersebut dapat menjadi tambahan keuntungan yang berarti bagi peternak. 21