BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perusahaan go public di Indonesia dapat dilihat dari bertambahnya jumlah perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) setiap tahunnya. IPO merupakan penjualan saham perdana perusahaan kepada masyarakat. Berdasarkan sumber www.saham.us jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada tahun 2011 sebanyak 25 perusahaan dan sampai dengan Juli 2012 sebanyak 13 perusahaan. Perusahaan yang telah melakukan IPO wajib menyajikan dan mengungkapkan laporan keuangan berdasarkan aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor:KEP-347/BL/2012 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Ketentuan umum nomor dua aturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK) Nomor:KEP-347/BL/2012 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik menyatakan bahwa peraturan ini memberikan pedoman mengenai struktur, isi, dan persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, baik kepada masyarakat maupun Bapepam-LK. 1
Menurut PSAK 1 revisi 2009 (2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Suatu laporan keuangan yang lengkap terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Penyusunan laporan menggunakan dasar accrual karena dianggap lebih rasional dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar accrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan merupakan tanggung jawab pihak manajemen sehingga laporan keuangan harus disusun dan disajikan secara wajar dan tepat waktu. Penyajian laporan keuangan dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik yang kemudian disampaikan kepada internal user dan external user. Internal user merupakan pihak manajemen perusahaan yang akan menggunakan laporan keuangan terkait pembuatan keputusan mengenai pengembangan perusahaan. External user merupakan pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tetapi tidak terlibat secara langsung dalam operasional perusahaan. Terdapat tiga external user yang menjadi fokus penelitian, yaitu: investor, pemerintah dan kreditur. 2
Investor akan menggunakan laporan keuangan sebagai pertimbangan untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Sementara, pemerintah akan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan dalam menentukan jumlah pajak dan penetapan pajak bagi perusahaan. Di lain pihak, kreditur akan menggunakan laporan keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi utangnya. Penyampaian laporan keuangan kepada external user membuat external user bisa melihat kinerja perusahaan. Harapannya perusahaan bisa menghimpun dana dari external user (investor). Pentingnya informasi dalam laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan maka laporan keuangan harus bisa menunjukkan kinerja sesuai dengan keinginan investor. Investor akan lebih tertarik dengan perusahaan yang mampu menghasilkan laba stabil karena berkaitan dengan going concern perusahaan. Laba yang stabil menandakan tingkat going concern perusahaan yang tinggi, sedangkan laba yang tidak stabil menandakan tingkat going concern perusahaan yang rendah. Hal ini akan membuat perusahaan menjaga labanya agar tetap stabil dengan menggunakan teknik manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu proses yang dilakukan secara sengaja untuk mempengaruhi laba yang dilaporkan untuk mencapai keuntungan tertentu. Menurut Primanita dan Setiono (2006), praktik tersebut menuai banyak diskusi, penelitian dan juga kontroversi. Perbedaan pendapat antara akademisi, praktisi dan regulator membuahkan persepsi yang sangat berbeda 3
dalam memandang persoalan manajemen laba. Akademisi cenderung memandang manajemen laba sebagai praktik yang logis dan rasional, sementara praktisi dan regulator cenderung menganggap praktik tersebut adalah sesuatu yang harus diwaspadai bahkan mencemaskan. Salah satu pola dari manajemen laba adalah perataan laba atau yang biasa disebut dengan income smoothing. Tindakan perataan laba adalah suatu sarana yang dapat digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi pelaporan penghasilan dan memanipulasi variabel-variabel (akuntansi) semu atau dengan melakukan transaksi-transaksi riil (Wijayanti dan Sovi, 2008). Manajemen laba dengan cara perataan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh perusahaan mengandalkan bukan pada pemalsuan atau penyimpangan, tetapi pada peluang yang terdapat dalam alternatif prinsip akuntansi yang diterima umum. Suatu perusahaan yang menerapkan perataan laba akan memberikan keuntungan baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi investor. Perataan laba dilakukan oleh perusahaan dengan alasan untuk menjaga konsistensi laba yang diterima oleh perusahaan. Dengan adanya konsistensi laba yang diterima perusahaan, maka perusahaan lebih mudah untuk menentukan strategi yang harus dilakukan perusahaan di masa datang. Sementara dari sisi investor, perataan laba dilakukan dengan alasan going concern perusahaan. Going concern merupakan suatu keadaan bahwa perusahaan dapat beroperasi dalam jangka waktu ke depan. Jika laba perusahaan cenderung tidak stabil maka going concern dari suatu perusahaan 4
akan dipertanyakan oleh investor. Hal ini akan membuat investor berpikir mengenai kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu ke depan. Akibatnya, investor menjadi ragu untuk membeli saham dari perusahaan tersebut. Praktik perataan laba memang sulit dideteksi dan menyebabkan pengungkapan laba yang menyesatkan. Selain itu, jika perusahaan melakukan tindakan perataan laba, perusahaan tidak akan mencantumkan informasi mengenai tindakan perataan laba yang dilakukan perusahaan ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu diteliti faktor-faktor yang bisa memprediksi perataan laba. Penelitian ini meneliti mengenai kemampuan karakteristik perusahaan dimensi jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA), financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio dan dividend payout ratio dalam memprediksi tindakan perataan laba. Faktor yang pertama yaitu jenis usaha yang menunjuk pada sektor industri suatu perusahaan. Perusahaan pada sektor industri manufaktur diprediksi cenderung melakukan perataan laba karena jenis usaha manufaktur di Indonesia sangat banyak sehingga masyarakat memiliki banyak pilihan untuk memilih produk yang akan digunakan. Akibatnya, pendapatan dari sektor manufaktur menjadi tidak bisa dikontrol oleh perusahaan melainkan ditentukan oleh daya beli masyarakat. Hal ini yang menyebabkan sektor industri manufaktur melakukan tindakan perataan laba. 5
Penelitian mengenai pengaruh jenis usaha terhadap praktik perataan laba telah dilakukan oleh Dewi (2008) dan mendapatkan hasil bahwa jenis usaha berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Faktor yang kedua adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan digambarkan dengan jumlah total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh perusahaan maka ukuran perusahaan tersebut semakin besar. Sebaliknya, semakin sedikit aset yang dimiliki oleh perusahaan maka ukuran perusahaan tersebut semakin kecil. Perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar lebih mendapat perhatian dari masyarakat. Oleh karena itu, untuk menjaga citra perusahaan, maka perusahaan yang lebih besar akan melakukan perataan laba untuk menjaga laba agar lebih stabil. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba telah diuji oleh Budiasih (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Faktor yang ketiga adalah profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA). Profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA) merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan asetnya. Semakin besar profitabilitas perusahaan maka semakin besar pula laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menandakan bahwa perusahaan telah 6
menggunakan aset secara efisien untuk menghasilkan laba sehingga perusahaan tidak perlu lagi melakukan perataan laba. Sebaliknya, profitabilitas yang kecil menandakan bahwa laba bersih yang diperoleh perusahan juga kecil. Hal ini berarti perusahaan belum secara efisien menggunakan aset untuk menghasilkan laba. Perusahaan dengan profitabilitas yang kecil akan memicu terjadinya praktik perataan laba. Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan pernah diuji oleh Budiasih (2009) dan mendapatkan hasil bahwa mempunyai pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Faktor yang keempat adalah financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio. Financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio menunjukkan seberapa efisien perusahaan menggunakan aset untuk mengantisipasi utang jangka pendek dan utang jangka panjang sehingga utang-utang tersebut tidak akan menganggu aktivitas operasi perusahaan. Financial leverage yang besar mengartikan bahwa perusahaan memiliki utang yang besar. Utang perusahaan yang besar mengakibatkan investor khawatir mengenai kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya dan juga membayarkan dividen kepada investor. Oleh karena itu financial leverage perusahaan yang tinggi akan memicu perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba. Pengaruh dari financial leverage terhadap praktik perataan laba telah diuji oleh Wijayanti dan Sovi 7
(2008) dan mendapatkan hasil bahwa financial leverage terbukti tidak mempengaruhi praktik perataan laba. Faktor terakhir adalah dividend payout ratio. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang didapat oleh perusahaan kepada para pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang dimiliki. Besar kecil dividen yang akan dibagikan oleh perusahaan bergantung dari besar kecilnya laba atau keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin besar dividen yang diterima oleh para pemegang saham sehingga perusahaan tidak akan melakukan praktik perataan laba. Sebaliknya, semakin kecil laba maka semakin kecil dividen yang akan diterima oleh investor sehingga perusahaan akan melakukan tindakan perataan laba. Penelitian mengenai pengaruh dividend payout ratio terhadap praktik perataan laba telah dilakukan oleh Budiasih (2009) dan mendapatkan hasil bahwa dividend payout ratio berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Suwito dan Arleen (2005). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Penambahan variabel independen berupa dividend payout ratio, sedangkan pada penelitian sebelumnya, peneliti menggunakan variabel independen berupa jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan dan net profit margin. Penambahan variabel dividend payout ratio berdasarkan alasan bahwa pada umumnya para 8
investor mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dengan cara mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividend atau capital gain. Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, yang sekaligus juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar bagi para investor. Hal inilah yang bisa memicu terjadinya praktik perataan laba di perusahaan. 2. Mengganti variabel independen berupa leverage operasi menjadi financial leverage. Diasumsikan bahwa investor itu adalah risk averse (menghindari/menolak risiko), maka investor atau kreditor enggan untuk menanamkan modalnya apabila perusahaan memiliki rasio financial leverage yang besar. Rasio financial leverage yang besar menyebabkan minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan menurun sehingga memicu terjadinya praktik perataan laba. 3. Mengurangi salah satu variabel independen yaitu net profit margin. Berdasarkan pada penjelasan dari Djohanputro (2008) rasio ini barangkali menarik bagi pemegang saham, paling tidak untuk mendapat cerminan penambahan kekayaan pemegang saham dalam bentuk nilai buku. Tetapi analisis keuangan harus hati-hati dengan angka ini, terutama terhadap komponen pendapatan dan biaya lain-lain, yang bukan merupakan hasil operasi normal. Pendapatan dan biaya lain bisa jadi ada dalam laporan keuangan tahun tertentu tetapi bisa hilang pada laporan keuangan tahun 9
berikutnya. Ketidakpastian komponen yang ada dalam rasio net profit margin ini yang menjadi alasan bahwa net profit margin sulit digunakan untuk memprediksi praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan. 4. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, termasuk dalam Indeks Kompas 100 periode 2009-2011 selain bank dan lembaga keuangan. Penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian perusahaan yang terdaftar di BEJ dengan periode pengamatan selama 3 tahun yaitu 2000-2002. Pentingnya memahami pengaruh karakteristik usaha dalam memprediksi terjadinya perataan laba, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam Indeks Kompas 100 dalam periode 2009-2011 selain bank dan lembaga keuangan. Variabel independen yang digunakan untuk penelitian ini adalah jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, financial leverage dan dividend payout ratio. Alat ukur untuk rasio profitabilitas menggunakan return on asset, sementara alat ukur untuk financial leverage menggunakan debt to total asset ratio. 10
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah karakteristik perusahaan dimensi jenis usaha mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 2. Apakah karakteristik perusahaan dimensi ukuran perusahaan mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 3. Apakah karakteristik perusahaan dimensi rasio profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA) mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 4. Apakah karakteristik perusahaan dimensi financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 5. Apakah karakteristik perusahaan dimensi dividend payout ratio mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 6. Apakah karakteristik perusahaan dimensi jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA), financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio, dan dividend payout ratio secara bersama-sama mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan? 11
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi jenis usaha mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi ukuran perusahaan mampu memprediksi perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 3. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi rasio profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA) mampu memprediksi perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 4. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi financial leverage yang diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio mampu memprediksi perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 5. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi dividend payout ratio mampu memprediksi perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 6. Mendapatkan bukti empiris bahwa karakteristik perusahaan dimensi jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan return on assets (ROA), financial leverage yang 12
diproksikan dengan menggunakan debt to total assets ratio, dan dividend payout ratio secara bersama-sama mampu memprediksi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengambil kebijakan untuk membuat keputusan investasi dengan memperhatikan beberapa faktor seperti jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan dividend payout ratio. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan untuk selalu menyajikan laporan keuangan secara transparan dengan memuat informasi yang sebenarnya terjadi. 3. Peneliti lainnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan referensi tambahan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 4. Mahasiswa dan akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 13
F. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Telaah Literatur Bab ini berisi tentang penjelasan dan pembahasan secara rinci terkait dengan jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas, financial leverage dan dividend payout ratio dari berbagai literatur dan perumusan hipotesis yang akan diuji. BAB III : Metode Penelitian Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang menjelaskan gambaran umum objek penelitian, desain penelitian, ruang lingkup penelitian, indentifikasi variabel, definisi operasional, teknik analisis dan teknik pengumpulan data. BAB IV : Analisis Data dan Pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi penelitian berdasarkan data yang telah dikumpulkan, pengujian, analisis hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. 14
BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bagian terakhir dari laporan penelitian yang berisi mengenai simpulan, keterbatasan dan saran yang didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan. 15