BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebuah keluarga dapat menjadi tidak utuh, baik diakibatkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan sehari-hari, kita banyak menjumpai keluarga yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. akan dibutuhkan anak dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Keluarga

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya. 1. dengan ikatan hukum Islam, dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA JANDA YANG MENIKAH LAGI DI KALANGAN ETNIS ARAB

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perjanjian yang sakral (mitsaqan ghalidha) antara suami dan istri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

POLA ASUH KELUARGA BROKEN HOME DALAM PROSES PERKEMBANGAN ANAK DI DESA SUMBEREJO, KECAMATAN MADIUN, KABUPATEN MADIUN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

KECEMASAN PADA WANITA YANG HENDAK MENIKAH KEMBALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena orangtua tunggal beberapa dekade terakhir ini marak terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: menjadi dua ketegori pada tingkat kedalaman self disclosure yaitu, 4 siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

PENDAHULUAN. seperti ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia tidak hanya menjadi impian sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang anakpun menginginkan keluarganya menjadi tidak utuh, baik itu diakibatkan karena kematian salah satu dari kedua orang tuanya (khususnya ibu) maupun karena masalah keluarga yang berujung perceraian. Apapun penyebab ketidakutuhan suatu keluarga, yang menjadi salah satu masalah bagi anak setelah hal itu terjadi adalah munculnya wanita baru dalam kehidupan seorang ayah yang biasa disebut dengan ibu tiri. Banyaknya duda (ayah) yang memutuskan untuk menikah kembali khususnya yang berada di Kota Bangkinang dalam data yang diperoleh mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data yang diperoleh dari Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Bangkinang, Kabupaten Kampar selama tahun 2011 tercatat laki-laki yang menikah kembali (duda) baik dengan gadis maupun janda adalah 20 orang dan semakin menunjukkan peningkatan selama tahun 2012 yaitu tercatat 29 orang duda yang menikah kembali. Ibu tiri merupakan ibu yang menjadi istri ayah kandung. Hal ini merupakan hasil dari pernikahan kembali ayah kandung karena berbagai kondisi. 1

2 Ibu tiri inilah yang menggantikan posisi ibu kandung dengan segala hak dan kewajiban yang sama dengan ibu kandung (Kartono, 1986). Status sebagai ibu tiri bukan merupakan hal yang mudah untuk diterima oleh anak tiri. Saat seorang ayah memutuskan untuk mencari pasangan baru selang sebuah perceraian terjadi, hal itu menjadi ketakutan tersendiri bagi anak. Anak biasanya menghadapi pernikahan kembali yang dilakukan orang tuanya dengan perasaan cemas daripada perasaan senang (Zanden, 1997 ). Ketika sosok yang bernama ibu tiri tiba tiba hadir ke dalam kehidupan anak, hal tersebut akhirnya menghancurkan impian tentang kembali bersamanya orang tua mereka. Yang langsung terfikir oleh mereka adalah ibu tiri pasti akan mengambil penuh waktu ayah mereka, perhatian serta kasih sayangnya. Remaja yang mengikuti pernikahan kembali dari orang tuanya akan dilanda masalah perilaku (Cole, 2004). Anak tiri pada usia remaja memiliki kesulitan untuk menerima kehadiran ibu tirinya (Rice, 1996). Anak akan mendapatkan masalah lebih banyak apabila ia mulai mendapatkan ibu atau ayah tiri saat usianya sembilan tahun ke atas (Santrock, 2003). Hal tersebut disebabkan oleh kelekatan anak dengan orang tua kandung yang lebih lama dari pada anak yang mendapatkan orang tua tiri ketika berusia kurang dari sembilan tahun. Kelekatan yang semakin besar menyebabkan sulitnya anak menerima keberadaan orang tua tirinya. Karena melihat hal demikianlah penelitian ini bermaksud ingin meneliti mengenai remaja dan ibu tiri. Kisah tentang ibu tiri yang kejam dan jahat hampir selalu ada dipikiran setiap anak. Hal ini terbukti dalam sebuah wawancara yang peneliti lakukan pada

3 3 orang gadis remaja RR (15), TH (17) dan GH (17) pendapat mereka ketika mendengar kata ibu tiri adalah ibu tiri itu perempuan yang tukang siksa, kejam, dan cuma sayang sama ayah kita aja, kayak nenek sihirlah pokoknya, jahat banget, seperti itu pendapat dari ketiga remaja tersebut, tidak ada yang berpendapat bahwa ibu tiri adalah istri ayah atau ibu tiri adalah sama seperti ibu kandung. Paradigma tentang ibu tiri yang kejam ini telah melekat di masyarakat bukanlah tanpa alasan, begitu banyak kasus yang membuktikan kekejaman ibu tiri, diantaranya adalah kasus yang belum lama ini terjadi dan menggemparkan masyarakat Kota Bangkinang pada bulan Desember 2013 yaitu Ibu tiri aniaya anaknya sejak kecil sampai berumur 6 tahun, hingga akhirnya dibuang diperkebunan kelapa sawit (Riau Pos, 2013). AD di temukan warga dengan kondisi penuh luka disekujur tubuhnya, bagian punggung terdapat bekas setrika yang sudah membusuk, tangan dan kaki penuh siletan, lidah di gunting dan kepala penuh bekas luka, hampir tidak ada ruang di tubuh AD yang bersih tanpa luka. Ibu tiri AD mengaku tega menganiaya AD karena tidak tahan lagi dengan kenakalan yang selalu dilakukan AD, bahkan ayah dan paman kandung AD pun ikut serta dalam menganiaya, hingga puncaknya mereka bertiga membuang AD di sebuah hutan karet dengan memberi sedikit bekal makanan dan berharap ada yang bisa merawat adit, saat ini ibu tiri, ayah dan paman adit telah diamankan oleh pihak yang berwajib.

4 Penelitian terdahulu menemukan bahwa hubungan dalam keluarga tiri kurang kohesif terutama hubungan anak dengan orang tua tiri, hubungan mereka cenderung memiliki jarak, lebih konfliktual dibandingkan dengan hubungan pada pernikahan pertama (Duval & Miller. 1985). Faktor yang mempengaruhi pencapaian identitas diri remaja yang memiliki ibu tiri diantaranya adalah keluarga, variabel sosioekonomi yang ditandai dengan hubungan yang tidak baik dengan orang tua, keutuhan keluarga yang ditandai dengan remaja yang memiliki ibu tiri dan ayahnya menikah 2 kali, sikap dan kebiasaan orang tua yang ditandai dengan kurangnya remaja mendapatkan perhatian dari ayah dan ibu tirinya dan status sebagai anak tiri yang ditandai dengan ibu tiri yang menganggap sang anak sebagai anak tiri, (Yurika, 2008). Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa memberi perhatian dan penjelasan yang cukup terhadap anak dari ayah maupun ibu tirinya, begitu juga perlakuan dari seorang ibu tiri yang sebaiknya mampu memperlakukan anak tirinya layaknya anak sendiri akan mampu menjaga keutuhan sebuah pernikahan kembali. Penelitian lainnya yang dilakukan Monika Lastania Puspita (2008) menemukan bahwa penerimaan yang baik dari anak terhadap orangtua tiri mempermudah orang tua tiri dalam berkomunikasi dengan anak. Proses komunikasi yang lancar antara anak dengan orang tua tiri menumbuhkan kedekatan hubungan diantara kedua belah pihak sehingga meminimalisir ketidaknyamanan.

5 Begitu banyaknya kasus tentang kekejaman ibu tiri, masih dapat ditemui fenomena yang berbanding terbalik mengenai sosok ibu tiri, tidak semua ibu tiri memiliki perilaku buruk, karena fenomena lain tentang sosok ibu tiri juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan AA (16) yang mengungkapkan kedekatannya bersama ibu tirinya, sosok ibu kandung yang telah tiada mampu ia dapatkan dari ibu tirinya saat ini, AA juga mengungkapkan bahwa tidak pernah ada kekejaman yang ia rasakan, yang terjadi bahkan sebaliknya hubungan yang baik dan saling menyanyangi, tidak hanya seperti seorang ibu dan anak, namun mampu menjadi seperti sahabat. Ibu tiri hanyalah seorang perempuan biasa tak ubahnya seperti ibu kandung. Namun tidak dapat dipungkiri, hampir setiap anak jarang memandang ibu tiri sebagai orang tua yang sebenarnya karena mereka biasanya mempertahankan kesetiaan yang kuat terhadap orang tua biologisnya. Sang anak lebih memandang sosok ibu tiri sebagai seseorang yang mencoba menggantikan posisi ibu kandungnya (Cole, 2004). Di dalam proses pencapaian penerimaan ini seorang remaja tidak dapat dinafikan akan merasakan penderitaan yang paling dalam dibandingkan masamasa lainnya akibat kekacauan peranannya. Kondisi ini menyebabkan remaja merasakan kehampaan, kebimbangan dan kecemasan dalam hidupnya. Remaja sangat peka terhadap cara-cara orang lain memandang dirinya dan menjadi mudah tersinggung dan merasa malu (Nielsen, 1999). Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan (acceptance) adalah pola asuh masa kecil yang baik (Hurlock, 1974). Pola asuh orang tua akan

6 mempengaruhi karakter anak hingga dewasa. Agama Islam mengharuskan orang tua mengajarkan anak-anak untuk menghormati siapapun yang lebih tua dari mereka, tidak mudah su udzon dan selalu bersikap sopan. Jika setiap orang tua menanamkan nilai-nilai agama seperti ini sejak dini, maka tentu tidak akan ada bentuk penolakan yang berarti dan pikiran-pikiran negatif anak terhadap sosok ibu tiri. Begitu banyaknya fenomena remaja yang memiliki ibu tiri yang bisa saja ada disekeliling kita dengan beranekaragam bentuk penerimaan yang baik maupun buruk beserta alasan mereka, sangat menarik untuk diteliti lebih dalam lagi. Pentingnya penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri sangat mempengaruhi kebahagian sebuah keluarga, sikap anak yang dapat menerima ibu tiri akan berdampak baik bagi diri anak dan keharmonisan keluarga tentunya. Pentingnya penerimaan remaja terhadap ibu tiri akan sangat menentukan kebahagiaan anak, ayah dan ibu tiri. Berdasarkan penjelasan dan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti dan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai Penerimaan Remaja yang memiliki Ibu Tiri? B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka pertanyaan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah Bagaimana penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri dan penyebab penerimaan dan penolakan?

7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bermaksud mengkaji lebih dalam dan mempelajari secara ilmiah mengenai penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri. Untuk mencapai maksud di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri. D. Keaslian Penelitian Penelitian ini berjudul penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri di Kota Bangkinang. Penelitian ini adalah benar penelitian yang berasal dari ide peneliti. Sebelumnya sudah ada peneliti yang melakukan penelitian tentang ibu tiri ini, adapun penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, yaitu penelitian Yurika (2008) yang berjudul pencapaian identitas diri pada remaja yang memiliki ibu tiri, penelitian Suhriana (2011) yang berjudul pola relasi anak dengan ibu tiri dan implikasinya terhadap upaya mewujudkan keluarga sakinah. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada metode penelitian dan informan penelitian. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah studi kasus dan field research (penelitian lapangan) dan informan dalam penelitian sebelumnya adalah remaja yang berada di Kabupaten Malang, sedangkan pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian fenomenologi kualitatif dan informan penelitian adalah yang remaja yang berada di Kota Bangkinang.

8 E. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat dalam penelitian ini adalah menambah pengetahuan penulis tentang hal yang diteliti secara teoritis maupun praktis. i. Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori dibidang Psikologi Klinis, Psikologi Perkembangan dan Psikologi Sosial dalam memahami penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri. b. Memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya yang berminat dengan permasalahan penerimaan remaja yang memiliki ibu tiri. ii. Praktis a. Penulis berharap bahwa penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat untuk menjelaskan secara empiris tentang penerimaan remaja terhadap ibu tiri. b. Memberikan masukan bagi anak dalam memandang dan menentukan sikap terhadap sosok ibu tiri.