BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Dinas Sosial Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan. Rumah Singgah Anak Mandiri

BAB II. GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA KARYA YOGYAKARTA. Panti Sosial Bina Karya Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB II PROFIL INSTITUSI. Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara dalam melakukan sistem pendidikan

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL,PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 alinea ke-4 yaitu:

2012, No.68 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya y

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 8 TAHUN 1982

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 3 TAHUN 2004 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Perkembangan Dinas Sosial Provinsi Riau

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan pembinaan merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN DALAM MEWUJUDKAN AKHLAQUL KARIMAH ANAK DI PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA) TUNAS BANGSA PATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB IV DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia dan sebagai generasi penerus dalam suatu keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan salah satunya adalah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah Pembentukan Dinas Sosial Kota Bandar Lampung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

KEPALA DINAS UPTD SEKRETARIAT BIDANG PARTISIPASI SOSIAL DAN MASYARAKAT BIDANG REHABILITASI SOSIAL BIDANG PELAYANAN SOSIAL

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

I. PENDAHULUAN. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 106 / HUK / 2009 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

OLEH : DINAS SOSIAL DIY

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

Tahap terminasi: penghentian pelayanan dan rehabilitasi setelah residen di pandang mampu mandiri secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

2. Keadaan Fisik Sekolah

Materi Wawancara Apa Visi dan Misi MTs Muhammadiyah Kemuning?

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Ulasan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan pada Bab IV. akhirnya menghasilkan sejumlah kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya yang dapat

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 1998 TENTANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 32 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vera Nurfadillah, 2014 Optimalisasi Peran Orangtuapekerja Dalam Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI D

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB III PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK (PSAA)TUNAS BANGSA PATI DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN 3.1 Gambaran Umum Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA)Tunas Bangsa Pati 3.1.1 Tinjauan Historis Panti Sosial Asuhan Aanak (PSAA) Tunas Bangsa Pati yang berlokasi di Jalan Boediono desa Sukoharjo kecamatan Margorejo kota Pati ini merupakan panti asuhan di bawah naungan departemen sosial. Sejak berdiri hingga sekarang PSAA Tunas Bangsa Pati telah mengalami 6 kali pergantian nama yaitu: pertama pada tahun 1979 berdirilah PSAA Tunas Bangsa Pati berdasarkan kepmensos No.41/HUK/1979 tanggal 1 November 1979 melalui Proyek Kesejahteraan anak dan Keluarga Kanwil Departemen Sosial RI Privinsi Jawa Tengah dan mulai operasional oktober 1981 dengan nama Panti Asuhan Fajar Harapan. Kedua pada tahun 1982 sampai dengan 1985 Panti Asuhan Fajar Harapan berganti nama menjadi Panti Karya Taruna (PKT). Ketiga pada Oktober 1986 berdasarkan Kepmensos No. 58/HUK/1986 Panti Asuhan Fajar Harapan menjadi satuan kerja Departemen Sosial RI di lingkungan Kanwil Jawa Tengah berganti nama dengan nama Sasaran Penyantunan Anak (SPA) Tunas Bangsa. Keempat tahun 1996 Tunas Bangsa Pati berubah menjadi Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tunas Bangsa Pati. Kelima pada tahun 2005 PSAA Tunas Bangsa Pati berganti

2 Eselonering dari IV a menjadi III b. Dan yang terakhir berdasarkan peraturan Menteri Sosial RI No. 106/HUK/2009 tanggal 30 September 2009 PSAA Tunas Bangsa Pati berganti Eselonering menjadi III a. Alasan didirikannya PSAA Tunas Bangsa Pati adalah sebagai berikut: 1. Dapat ikut serta dalam memberikan perlindungan dan rehabilitasi sosial pada anak tanpa pengasuhan orang tua terlantar. 2. Menggantikan peran orang tua yang bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak serta menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat anak. 3. Menampung dan memberi kesempatan belajar bagi mereka yang tidak atau kurang mampu dalam pembiayaan, terutama bagi mereka yang mempunyai keinginan keras untuk melanjutkan pendidikannya (wawancara dengan Ibu Erna Susilowati, tanggal 31 Mei 2013 ). 3.1.2 Struktur Organisasi, Visi dan Misi Panti a. Struktur Organisasi PSAA Tunas Bangsa Pati Struktur dimaksudkan sebagai pembagian tugas dan tanggung jawab formal sehingga semua tugas dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan serta untuk menunjang kelancaran mekanisme kerja supaya kegiatan dapat terkontrol dan terorganisasi dengan baik.

3 STRUKTUR ORGANISASI PSAA TUNASBANGSA PATI PERIODE JANUARI 2013 Kepala Dra. Vitakuswarini Nip. 19611220 1988102001 SUB BAGAN USAHA Kepala sub bagian Giripurnomo, S.Sos Nip.19630919 198703 1 004 SEKSI PROGAM DAN ADVOKASI SOSIAL Kepalaseksi Dra. Erna susilowati NIP. 19640514 199102 2 001 SEKSIREHABILITASI SOSIAL Kepala seksi Yasin Pramono Adi, S.Sos NIP. 19710415 199603 1 004 Untuk struktur organisasi pengurus PSAA Tunas Bangsa Pati yang lebih jelas penulis akan cantumkan di lampiran (Dokumentasi di PSAA Tunas Bangsa Pati).

4 b. Visi c. Misi Terwujudnya perlindungan dan pelayanan sosial yang profesional dan ramah anak, sebagai percontohan dalam pemenuhan hak-hak anak tanpa pengasuhan orang tua 1. Memberikan perlindungan, pemenuhan kebutuhan dasar dan hak anak untuk kepentingan terbaik anak tanpa asuhan orang tua 2. Pendampingan agen layanan sosial masyarakat, korban bencana, kekerasan, perlakuan salah dan anak berhadapan dengan hukum 3. Kajian, evaluasi penelitian dan pengembangan model 4. Fasilitasi tumbuh kembang, motivasi dan kemampuan orang tua, keluarga dan masyarakat dalam perlindungan dan pemenuhan hak anak( Dokumentasi di PSAA Tunas Bangsa Pati). 3.1.3 Azaz Dan Tujuan PSAA Tunas Bangsa Pati PSAA Tunas Bangsa Pati berazazkan Pancasila dan UUD 45. Bahwa negara tidak menghendaki adanya anak anak terlantar, ini jelas dimaksud dalam pasal 34 UUD RI No. 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan berpenghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar baik secara jasmani maupun rohani, dan sosial(dokumen PSAA Tunas Bangsa Pati). Mengasuh anak yatim dan anak terlantar dalam panti asuhan merupakan salah satu perwujudan dalam melaksanakan ajaran Islam, sebab dengan membiarkan anak yatim dan anak anak terlantar adalah termasuk orang yang mendustakan agama dan merupakan orang orang yang sangat rugi. A. Tujuan didirikannya PSAA tunas bangsa pati Tujuan didirikannya adalah memberikan pelayanan berdasarkan pada profesi pekerjaan sosial kepada anak yatim dan anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka kearah perkembangan pribadi

5 yang wajar serta berkemampuan ketrampilan kerja, sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak, dengan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, keluarga ataupun masyarakat(dokumentasi PSAA Tunas Bangsa Pati) B. Syarat penerimaan anak panti dan tata tertib penghuni panti Syarat penerimaan anak di PSAA Tunas Bangsa Pati merupakan salah satu panti asuhan yang memberikan pelayanan sosial terhadap anak yatim, anak anak miskin dan anak anak terlantar, untuk diasuh dan dipelihara hingga bisa mandiri. Anak anak yang disantuni ini terutama berasal dari lingkungan kendal dan sekitarnya. Adapun syarat syarat penerimaannya adalah: 1) Anak yatim/ piatu atau yatim piatu, terlantar dan anak yang mempunyai orang tua tapi terlantar. 2) Umur 6-18 Tahun 3) Surat keterangan pamong praja, yang menyatakan betul betul itu terlantar 4) Surat keterangan lahir 5) Surat keterangan dokter (dianjurkan) 6) Surat penyerahan dari orang tua/ organisasi pengirim 7) Surat perjanjian tentang kesediaan orang tua atau wali untuk menerima kembali apabila pelayanan anak asuh dianggap selesai(sebagai anak yang masih mempunyai wali/ orang tua). 8) Surat keterangan sekolah apabila masih atau sudah sekolah

6 9) Hasil Psycho-test (dianjurkan). C. Tata tertib panti asuhan yang harus ditaati oleh penghuni panti antara lain: 1) setiap masuk dan keluar panti asuhan harus memberi salam 2) sebelum dan sesudah makan diharuskan membaca do a 3) anak anak diperbolehkan pulang ke rumah setiap 3 bulan sekali dengan syarat dijemput dan diantarkan keluarganya. 4) Anak anak diharuskan mengikuti semua kegiatan di panti asuhan 5) Sebelum dan sesudah tidur diharuskan berdoa dan membersihkan tempat tidur 6) Anak anak harus mengikuti shalat berjama ah 7) Tamu putra tidak boleh masuk kamar perempuan 8) Setiap anak akan keluar diharuskan izizn kepada pengasuh 9) Diharuskan menjaga kesopanan didalam/diluar panti 10) Anak anak harus mengerjakan tugas piket setiap pagi dan sore hari. D. Keadaan Pengurus 1. Pejabat Struktural : 4 orang 2. Pekerja Sosial Fungsional : 8 orang 3. Fungsional Perencana : 1 orang 4. Fungsional Arsiparis : 1 orang 5. Staf : 24 orang 6. Instruktur luar : 11 orang

7 7. Non Organik : 11 orang b. Keadaan Anak Asuh Keadaan kelayan di PSAA Tunas Bangsa Pati pada tahun 2013 adalah sebagai berikut; jumlah daya tampung kelayan khusus PSAA Tunas Bangsa Pati anak asuh secara keseluruhan berjumlah 95 orang yang terdiri dari kelayan pria dan kelayan wanita (Dokumentasi di PSAA Tunas Bangsa Pati), untuk lebih jelasnya daftar nama-nama anak asuh penulis cantumkan di dalam lampiran. 3.1.4 Sarana dan Prasarana 1. Ruangan Kantor a. Ruang Pimpinan b. Ruang Tamu / Ruang Data c. Ruang Tata Usaha d. Ruang Penyantunan e. Ruang Rehabilitasi dan Penyaluran f. Ruang Assesment / CC / BK g. Ruang Rapat h. Ruang ADL i. Ruang Pejabat Fungsional j. Ruang Administrasi Keuangan 2. Gedung a. Gedung Kantor : 1 unit b. Ruang Pekerja Sosial : 1 unit

8 c. Ruang Serba Guna / Aula : 2 unit d. Show Room : 1 unit e. Gudang : 2 unit f. Garasi : 4 unit g. Kamar Mandi : 62 unit 3. Wisma a. Wisma Anak : 8 unit b. Wisma Tamu : 6 unit c. Wisma Pengasuh / Rumah Dina : 7 unit 4. Ruang Pelayanan a. Ruang Konseling : 1 unit b. Ruang Belajar : 2 unit c. Ruang Pelatihan Keterampilan : 5 unit d. Ruang Pemeriksaan Kesehatan / Poliklinik : 1 unit e. Ruang Perpustakaan : 1 unit f. Ruang Ibadah : 1 unit g. Tempat / Ruang Bermain dan Olahraga : 5 unit h. Ruang Makan / Dapu : 1 unit Bangunan fisik di PSAA Tunas Bangsa Pati memiliki fasilitas yang cukup memadai sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan belajar.

9 3.2 Pola Pelaksanaan Bimbingan Pada Anak Asuh Di PSAA Tunas Bangsa Pati Pelaksanaan bimbingan keagamaan pada anak asuh di Panti Tunas Bangsa Pati merupakan suatu komponen yang sangat penting karena untuk menumbuhkan rasa percaya diri terhadap para penyandang masalah sosial dalam menghadapi lingkungan di sekitarnya.dalam hal ini pembimbing dituntut bukan hanya sebagai transformator tetapi juga berfungsi sebagai motivator yang dapat menggerakkan anak dalam belajar menggunakan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia sebagai pendukung tercapainya suatu tujuan agar bisa memiliki suatu pengetahuan dan wawasan (Wawancara dengan Ibu Erna Susilowati, pada tanggal 1 Juni 2013). Dalam kegiatan bimbingan keagamaan di panti Tunas Bangsa Pati tidak terlepas dari bimbingan yang lain yaitu meliputi bimbingan fisik, bimbingan mental spiritual dan sosial, bimbingan kecerdasan dan ketrampilan. Semua bimbingan itu harus berkaitan, tidak boleh dipisahkan karena bimbingan keagamaan itu bagian dari bimbingan mental spiritual dan sosial.

10 Adapun proses pelaksanaan bimbingan itu melalui enam tahapan pendekatan yaitu: Tahap bimbingan 1 Tahap awal 2 Assesment 3 Rumusan rencana intervensi 4 Bimbingan Rehabilitasi sosial 5 Bimbingan Lanjut 6 Resosialisasi 1. Pendekatan awal Pada pendekatan awal ini merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh pembina Panti sebelum melakukan pembelajaran. Langkah langkah ini meliputi: a. Orientasi Orientasi merupakan langkah awal yang dilakukan oleh pembimbing Panti Tunas Bangsa Pati.Orientasi ini diberikan untuk

11 anak dengan tujuan agar anak bisa beradaptasi baik kepada para pembimbing, sesama anak di panti maupun di lingkungan sekitar PSAA Tunas Bangsa Pati. Sebagai upaya atau langkah untuk menghilangkan rasa takut yang ada dalam diri anak asuh ketika baru masuk Panti Asuhan b. Identifikasi Identifikasi merupakan suatu pendekatan yang diberikan oleh pembimbing dengan tujuan agar anak bisa mengenal para pembimbingnya dan sekaligus bisa mengetahui keadaan serta mengenal kondisi dan letak bangunan disekitar panti. Di hari pertama sampai hari ketiga pengasuh akan memperkenalkan lingkungan Panti Asuhan dengan berjalan bersama dan berbaris secara teratur dengan mengelilingi ruangan ruangan yang ada di Panti dimulai dari kantor kepala Panti, ruang pengasuh, ruang kelas A sampai kelas C, mushala, kantin makan, asrama anak asuh, tempat bermain dan berolahraga, serta tempat tempat ekstrakulikuler lainnya. Tujuan daripada itu adalah agar anak tidak merasa asing dan takut. c. Motivasi Motivasi merupakan suatu pendekatan yang diberikan oleh para pembimbing dengan tujuan agar anak mempunyai semangat dan kemampuan untuk belajar di Panti dan memberikan dorongan mental maupun spritual.

12 d. Seleksi Seleksi merupakan suatu pendekatan yang diberikan oleh pembimbing kepada anak agar bisa mengetahui tentang bakat dan minatnya setelah itu baru diseleksi berdasarkan kemampuan dan bakatnya masing-masing. Sebelum anak asuh masuk ke dalam Panti mereka pasti memilki bakat dan kemampuannya masing masing, sehingga penanganan anak asuh satu dengan lainnya pun berbeda sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing. 2. Penelaahan pengungkapan masalah. Pada penelaahan pengungkapan masalah ini bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh anak. Langkahlangkah ini meliputi: a. Pengkajian diagnostik Pengkajian diagnostik merupakan suatu percobaan yang dilakukan oleh pembimbing kepada asuh baik secara teoritis maupun dilihat dari segi ketrampilannya. b. Observasi Observasi merupakan suatu hasil pengamatan yang dilakukan oleh para pembimbing kepada anak baik berupa fisik maupun dari segi penampilannya. Pembimbing selalu mematau perkembangan anak asuh, agar dapat diketahui peningkatan yang terjadi pada anak asuh dalam mengikuti kegiatan.

13 c. Wawancara Wawancara merupakan suatu tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing kepada anak dengan tujuan untuk mengetahui bakat dan minat dari anak. 1. Perumusan rencana atau jenis pelayanan dan penempatan kelayan dalam program pelayanan. a. Perumusan rencana atau jenis pelayanan Perumusan jenis pelayanan ini bertujuan untuk menentukan jenis pelayanan yang diberikan kepada anak. b. Penempatan kelayan dalam program pelayanan Penempatan kelayan dalam program pelayanan ini bertujuan untuk menempatkan kelayan sesuai dengan program pelayanannya. 2. Bimbingan rehabilitasi sosial Pada bimbingan rehabilitasi social ini, proses bimbingan yang diberikan pada anak difasilitasi di dalam Panti.Dengan tujuan agar bisa memiliki kemampuan berpikir yang rasional dan memiliki ketrampilanketrampilan sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat. Pada bimbingan rehabilitasi sosial ini meliputi: a. Bimbingan kecekatan fisik Bimbingan kecekatan fisik merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada anak asuh agar mereka bisa memiliki keahlian yang berkaitan dengan keadaan fisiknya.

14 b. Bimbingan mental agama Bimbingan mental agama merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada anak asuh agar mereka memiliki mental agama yang sehat dan selalu optimis dalam menghadapi suatu masalah sesuai dengan ajaran agama islam. Bimbingan ini dimaksudkan agar anak senantiasa lebih bersyukur dan sabar menghadapi segala cobaan. c. Bimbingan ketrampilan kerja. Bimbingan ketrampilan kerja merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada anak agar mereka mempunyai ketrampilan kerja seperti ketrampilan otomotif, memasak dan ketrampilan dalam memainkan musik. Dengan memberikan ketrampilan ini sebagai upaya atau langkah untuk membangkitkan semangat, memotivasi dan mengembangkan bakat dan minat yang ada dalam diri anak asuh. d. Bimbingan kecerdasan. Bimbingan kecerdasan merupakan suatu pelayanan yang diberikan kepada anak asuh dengan tujuan agar mereka bisa memilikikecerdasan, baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosional. 3. Resosialisasi Resosialisasi merupakan suatu bimbingan yang diberikan kepada anak asuh agar mereka mampu beradaptasi dengan masyarakat, yang berupa ketrampilan yang membuat dirinya mampu berintegrasi kedalam masyarakat. Pada tindakan resosialisasi ini meliputi:

15 a. Bimbingan kesiapan keluarga dan masyarakat Pada bimbingan ini, anak asuh diberikan kesiapan bagaimana kesiapan di lingkungan keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitarnya. Sehingga pada saat anak asuh sudah keluar dari Panti, mereka siap dan dengan mudah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. b. Bimbingan kerja atau usaha Bimbingan kerja merupakan suatu bimbingan yang diberikan kepada anak asuh agar mereka bisa bekerja atau berusaha sesuai dengan keahliannya masing-masing. Dengan bimbingan ini, anak asuh diharapkan tidak kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. 4. Bimbingan lanjut Bimbingan lanjut merupakan suatu bimbingan yang diberikan kepada anak asuh setelah mereka menguasai teori-teori dan ketrampilanketrampilan yang diberikan dalam panti. Pada bimbingan lanjut ini meliputi: a. Bimbingan penempatan atau pengembangan dan pemantapan kerja atau usaha. Pada bimbingan penempatan dan pemantapan kerja ini, anak dibekali usaha sesuai dengan ketrampilannya masing-masing dan

16 sebelum adanya bimbingan penempatan anak biasanya dites terlebih dahulu dengan tujuan untuk menguji kemampuanya. b. Pemantapan stabilitas hasil pelayanan rehabilitasi melalui pemberian motivasi. Pada bimbingan pemantapan stabilitas hasil pelayanan rehabilitasi ini, anak diberi motivasi terlebih dahulu sebelum mereka bekerja dan sebelum mereka keluar dari panti. (Dokumentasi PSAA Tunas Bangsa Pati). 3.3 Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan Di PSAA Tunas Bangsa Pati Dalam prakteknya palaksanaan bimbingan keagamaan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Tunas Bangsa Pati dalam meningkatkan akhlak anak sangat dibutuhkan. Sesuai dengan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi penulis dengan Bapak Boy selaku pembimbing agama, untuk itu dibutuhkan langkah yang harus dilakukan dalam bimbingan keagamaan antara lain: a.pembiasaan Pembiasaan adalah salah satu langkah bimbingan yang dilakukan bagi anak.oleh karena itu sebagai permulaan dan sebagai pangkal bimbingan, pembiasaan merupakan langkah satu-satunya. Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatanperbuatan yang baik antara lain: - Menanamkan budaya kejujuran dan kesopanan, sebagai upaya atau langkah untuk mewujudkan akhlaqul karimah dengan membangun

17 kejujuran dan menghilangkan kata kata yang kurang sopan dan kebiasaan berbohong baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. - Membiasakan untuk disiplin, sebagai upaya atau langkah untuk membangkitkan kedisplinan, dan menciptakan kepribadian taat kepada anak asuh. Anak dapat menurut dan taat kepada peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatannya yang baik. Pembiasaan yang baik penting, artinya bagi pembentukan watak anak, dan juga akan terus berpengaruh kepada anak sampai hari tuanya. Menanamkan pembiasaan pada anak asuh adalah sukar dan kadangkadang memakan waktu yang lama.akan tetapi, segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan sukar pula di ubah.maka dari itu, lebih baik kita menjaga anak tuna asuh supaya mempunyai kebiasaan kebiasaan yang baik, sehingga tidak sampai memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik. b.pengawasan Pengawasan itu penting sekali dalam membimbing anak, tanpa pengawasan, berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya. Anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari dan mana yang seharusnya dilakukan. Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, akan menjadi manusia yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan

18 besar anak itu menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah tujuan hidup yang sebenarnya. Pembimbing melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan anak anak asuh. Jadi apabila anak melakukan kesalahan, pembimbing dapat mengetahui dan segera memberikan pengarahan serta nasehat agar anak asuh tindak melakukan pelanggaran lagi. c.perintah Perintah adalah anjuran yang diberikan pembimbing pada anak asuh untuk dapat ditaati. Dalam hal ini perintah bukan hanya apa yang dikatakan pembimbing yang harus dikerjakan oleh anak asuh, termasuk juga peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak asuh. Tiaptiap perintah dan peraturan dalam bimbingan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arahan atau mengandung tujuan ke arah perbuatan susila. d.larangan Larangan atau pencegahan yang diterapkan pada anak asuh bertujuan untuk membatasi perbuatan atau tindakan yang kurang baik atau tidak sesuai dengan anjuran atau peraturan yang telah ditetapkan, agar tidak membahayakan atau merugikan dirinya.larangan-larangan ini didasarkan pada nilai-nilai agama yang diajarkan.