EKSISTENSI AGUNAN DALAM PEMBIAYAAN BANK UMUM SYARIAH DI DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BPR KARYA SARI SEDANA DENPASAR

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

POLA PENYELESAIAN CESSIE DALAM KEGIATAN PERBANKAN PADA BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) CABANG UBUD

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: DwiAryaDominika. I WayanWiryawan. BagianHukumPerdataFakultasUniversitasUdayana ABSTRACT

AGUNAN YANG DIAMBIL ALIH (AYDA) ATAS KREDIT MACET PADA PT. BPR TATA ANJUNG SARI

ASPEK HUKUM PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN OBLIGASI NEGARA RITEL

KENDALA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG DENPASAR.

KREDIT MACET PADA KOPERASI SENIMAN SANGGAR KEMBANG BANG BANJAR KEDISAN TEGALLALANG GIANYAR

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DI PT. BII FINANCE CENTER DENPASAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian penulis yang berjudul Evaluasi Manajemen Risiko. Bina Sejahtera maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PERJANJIAN GADAI YANG DIJAMIN DENGAN BARANG YANG BERASAL DARI HASIL KEJAHATAN : STUDI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SESETAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN LAYANAN INTERNET BANKING ATAS DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KLUNGKUNG

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

Penyelesaian Kredit Macet bagi Debitur Di Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Desa Pakraman Kaba Kaba Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

PENDAFTARAN FIDUSIA DALAM PRAKTEK PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT RAGA JAYATAMA DI BATUBULAN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

Oleh: A.A.Ngurah Rai Suarjaya Di Putra Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

BAB IV. ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK GRIYA ib HASANAH DI PT BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DALAM HAL TERJADI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG JAMINAN DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) KOTA MADIUN

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERJANJIAN KREDIT DENGAN OBJEK JAMINAN BERUPA SURAT KEPUTUSAN PENSIUN JANDA/DUDA PADA BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL DENPASAR

Kata Kunci: Standby Letter of Credit, Prinsip Kehati-hatian, Bank. Universitas Kristen Maranatha

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BENTUK PENGIKAT JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) CANGGU DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB 11 LANDASAN TEORI

PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP MURABAHAH PADA BANK NAGARI UNIT SYARIAH PADANG SKRIPSI

No. 13/ 18 / DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN (STUDI DI BANK BNI CABANG GATSU BARAT) *

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

STRATEGI PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PEMBIAYAAN MURĀBAHAH (Studi Kasus KJKS BMT Kube Colomadu Sejahtera)

ASPEK-ASPEK HUKUM PERKREDITAN PADA BANK EKA AYU ARTHA BHUWANA KABUPATEN GIANYAR. Oleh: I Gede Sakih Sastrawan Ida Bagus Putra Atmadja Dewa Gede Rudy

UPAYA YANG DAPAT DITEMPUH OLEH KREDITOR APABILA OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG AKAN DILELANG DIKUASAI OLEH PIHAK KETIGA

LEMBAGA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH BANK PENGGUNA AUTOMATED TELLER MACHINE (ATM)

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

BAB III AKIBAT HUKUM DILAKUKAN ADDENDUM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN AL-MUSYARAKAH. 1. Keberadaan Addendum Terhadap Akad Pembiayaan Al-Musyarakah

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

JURNAL HUKUM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TAX AMNESTY TERHADAP LEMBAGA PERBANKAN DALAM MELAKSANAKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN

WANPRESTASI DALAM HAL PEMBERIAN KREDIT TANPA JAMINAN KEPADA DEBITUR KOPERASI KUMBASARI BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum yang berintikan

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

Kata Kunci : Surat Berharga, Bilyet Giro, Perlindungan Hukum.

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

Keywords : protection, Insurance, compensation

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

POLIS ASURANSI JIWA YANG DIGADAIKAN SEBAGAI JAMINAN PINJAMAN PADA PERUSAHAAN SEQUIS LIFE

PENANGGULANGAN KREDIT MACET MELALUI PROSES RESTRUKTURISASI PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA.

BENTUK KEBIJAKAN YANG DIPEROLEH INVESTORDALAM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

Tazkya Putri Amelia. Gemala Dewi. Aad Rusyad Nurdin.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

KARAKTERISTIK GUGATAN WARGA NEGARA ( CITIZEN LAWSUIT

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam hal pembangunan. dan perkembangan perekonomian negara, karena fungsi utama dari lembaga

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM SISTEM PERDAGANGAN TANPA WARKAT TERHADAP PIHAK PENERIMA GADAI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

PERLAKUAN BANK MUAMALAT INDONESIA TERHADAP PEMBAYARAN KLAIM MUSNAHNYA BARANG JAMINAN DEBITUR OLEH PIHAK ASURANSI Sigit Somadiyono, SH.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

SINKRONISASI PENGATURAN STATUS KEPEMILIKAN BARANG PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM HUKUM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA DARI DIREKSI DAN PEMEGANG SAHAM BANK TERLIKUIDASI YANG BERBADAN HUKUM PERSEROAN TERBATAS

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

Oleh: I Wayan Suatmaja Mimba Dewa Gede Rudy Suatra Putrawan Program Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH YANG DISIMPAN PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD)

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN. (Studi Kasus di PT. Bank Danamon Tbk. DSP Cabang Tanjungpandan)

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

Oleh : I Made Hengki Permadi Dewa Gde Rudy I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata, Universitas Udayana

Sharia Issues In Refinancing & Restructuring

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

URGENSI PELEMBAGAAN JAMINAN KEBENDAAN PADA AKAD MUDHARABAH DITINJAU HUKUM JAMINAN DAN EKONOMI SYARIAH

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BTN (PERSERO) CABANG SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan

Transkripsi:

EKSISTENSI AGUNAN DALAM PEMBIAYAAN BANK UMUM SYARIAH DI DENPASAR Oleh : Ade Setyawan Nugroho I Gst Ayu Puspawati Ida Bagus Putra Atmadja Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum, Universitas Udayana Abstract This scientific study entitled Collateral In Islamic Banks Financing, motivated by a fact that many financing activities that do not run smoothly because the customer is unable to meet its obligations to the bank. To prevent this, Islamic banks are required to apply the precautionary principle, one of which includes collateral for customers who submit funding recipients. The purpose of this study was to find out the existence of collateral in the Islamic banks financing and to find out actions of Islamic banks in terms of customer facilities recipient which does not meet its obligations to the bank. This research was a legal research which used empirical legal research methods by conducting research directly in Denpasar. As a conclusion, it was found that the collateral in financing of Islamic banks was essential thing that must exist, it became a virtue that banks have certainty and guarantee the repayment obligations of the receiving facility customers. In case of the customer could not meet its obligations to the bank, then the action taken Islamic banks were taking action in the form of rescuing the financial by rescheduling, reconditioning, and restructuring, and if such efforts still can not resolve the problem then the next action bank will pursue financial troubles by executing collateral. Keywords: Collateral, Financial, Islamic Banks Abstrak Karya ilmiah ini berjudul Eksistensi Agunan Dalam Pembiayaan Bank Umum Syariah, dilatarbelakangi dengan adanya kenyataan bahwa banyak kegiatan pembiayaan yang tidak berjalan dengan lancar, dikarenakan nasabah tidak mampu memenuhi kewajibannya pada bank umum syariah. Untuk mencegah hal tersebut, bank umum syariah wajib menerapkan prinsip kehati-hatian, salah satunya dengan menyertakan agunan bagi nasabah penerima fasilitas yang mengajukan pembiayaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui eksistensi agunan dalam pembiayaan di bank umum syariah dan untuk mengetahui tindakan bank umum syariah dalam hal nasabah penerima fasilitas tidak memenuhi kewajibannya pada bank. Jenis penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris yang melakukan penelitian langsung pada bank umum syariah di Denpasar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah agunan dalam pembiayaan pada bank umum syariah merupakan hal yang esensial harus ada, hal tersebut menjadi keutamaan agar bank mendapat kepastian dan guna menjamin 1

pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas, apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya pada bank maka tindakan yang dilakukan bank umum syariah adalah dengan melakukan upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah yaitu cash collection, rescheduling, reconditioning atau restructuring, bila upaya penyelamatan tidak dapat menyelesaikan permasalahan maka tindakan selanjutnya dari pihak bank adalah melakukan upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan melakukan tindakan eksekusi agunan. Kata kunci : Agunan, Pembiayaan, Bank Umum Syariah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perbankan dan lembaga keuangan serta bisnis syariah di Indonesia dari tahun ke tahun semakin memperlihatkan kinerja yang membaik, hal ini fakta diterimanya konsep syariah bagi masyarakat Indonesia. 1 Bank dapat berfungsi dalam dua hal, bank sebagai financial intermediaries yaitu berfungsi sebagai perantara antar penabung serta investor, dan bank berfungsi sebagai agen of development yaitu pelaksana tugas bank dikaitkan dengan tujuan pembangunan dan pemerataan. 2 Bank umum syariah sebagai lembaga keuangan menyalurkan pembiayaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana harus memenuhi persyaratanpersyaratan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan yang bersangkutan. Dalam menyalurkan pembiayaan atau menyalurkan dana kepada nasabah, bank umum syariah terlebih dahulu harus mempunyai keyakinan bahwa nasabah mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melunasi fasilitas pendanaan yang mereka terima. Untuk sampai pada keyakinan tersebut, bank syariah wajib melakukan penilaian secara seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas pendanaan. Pada kenyataannya banyak kegiatan pembiayaan yang tidak berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi karena nasabah penerima fasilitas tidak mampu mengembalikan pinjaman sesuai dengan waktu yang disepakati yang tentunya dapat menghambat sirkulasi 1 Dewi Nurul Musjtari, 2012, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, Parama Publishing, Yogjakarta, h.1. 2 Gemala Dewi, 2007, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Cet.4, Kencana, Jakarta, h.55. 2

peredaran uang di dalam badan bank itu sendiri. Pembiayaan merupakan sebagian besar aset dari bank syariah sehingga pembiayaan harus dijaga kualitasnya dengan melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dengan prinsip kehati-hatian. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui apakah agunan merupakan hal yang esensial dalam pembiayaan bagi nasabah penerima fasilitas pada bank umum syariah di Denpasar dan tindakan apa yang dilakukan bank umum syariah di Denpasar apabila nasabah penerima fasilitas tidak memenuhi kewajibannya pada bank. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang didasarkan atas keadaan atau fakta 3 yang terjadi pada bank umum syariah di Denpasar sebagai obyek penelitian. 2.2 Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Agunan Sebagai hal yang Esensial bagi Nasabah Penerima Fasilitas Pada Bank Umum Syariah di Denpasar Di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah digunakan istilah agunan untuk memaknai suatu jaminan, yaitu agunan adalah jaminan tambahan, baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang diserahkan oleh pemilik agunan, guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas. 4 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia pada dasarnya dalam pembiayaan, agunan bukanlah merupakan hal yang pokok, disini kedudukannya hanya sebagai penghati-hati dalam artian memberikan kepastian kepada pihak bank bahwa nasabah penerima fasilitas akan memenuhi kewajibannya pada bank umum syariah. 3 Amiruddin, dan H Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.118. 4 Bagya Agung Prabowo, 2012, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah, UII Press, Yogyakarta, h.75. 3

Dari penelitian yang dilakukan dibeberapa bank umum syariah di Kota Denpasar, dalam prakteknya menurut Bapak Guswi Thohrin selaku Account Manager di Bank Muamalat Cabang Denpasar bahwa agunan tersebut merupakan keutamaan dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah penerima fasilitas khususnya dalam akad musyarakah dan murabahah. Agunan merupakan hal yang esensial bagi nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan dikarenakan apabila nasabah tidak bisa memenuhi kewajibannya pada bank, maka pihak bank dapat menutupi kerugian dengan agunan yang telah dijaminkan oleh nasabah. Dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ekaprilio Kusumah selaku marketing PT Bank Syariah Mandiri juga menjelaskan bahwa dalam prakteknya agunan sampai saat ini memang sebagai hal yang utama dalam pembiayaan bagi nasabah penerima fasilitas. Hal tersebut bertujuan agar bank mendapat kepastian dan guna menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas. 2.2.2 Tindakan Bank Umum Syariah di Denpasar Terhadap Nasabah Penerima Fasilitas Yang Tidak Memenuhi Kewajibannya Pada Bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 Tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor10/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Restrukturisasi Pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya. Dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak Guswi Thohrin selaku Account Manager Bank Muamalat, tindakan yang dilakukan apabila nasabah penerima fasilitas tidak dapat memenuhi kewajibannya pada bank maka akan dilakukan upaya restrukturisasi pembiayaan terhadap nasabah yang mengalami penurunan kemampuan membayar, namun dinilai masih memiliki prospek usaha dan mempunyai kemampuan untuk membayar setelah restrukturisasi. Dalam upaya restrukturisasi dengan melakukan rescheduling, reconditioning atau restructuring tetap tidak dapat menyelesaikan masalah, maka selanjutnya bank akan melakukan upaya penyelesaian pembiayaan dengan memberikan kesempatan kepada nasabah untuk menjual agunannya sendiri,bila cara tersebut belum meyelesaikan pembiayaan bermasalah, bank akan melakukan 4

penyerahan jaminan sukarela yaitu bank diberikan kuasa untuk menjual agunan milik nasabah. Jika tetap tidak dapat menyelesaikan masalah makan tindakan selanjutnya yang diambil oleh pihak bank adalah dengan mengeksekusi agunan milik nasabah. III. SIMPULAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agunan merupakan hal yang esensial bagi nasabah penerima fasilitas yang mengajukan pembiayaan di bank umum syariah, dan tindakan yang dilakukan bank umum syariah dalam hal nasabah penerima fasilitas tidak memenuhi kewajibannya pada bank adalah dengan melakukan upaya penyelamatan pembiayaan terlebih dahulu melalui restrukturisasi pembiayaan dan apabila hal tersebut tidak menyelesaikan masalah maka bank akan melakukan upaya penyelesaian pembiayaan dengan melakukan tindakan eksekusi jaminan. DAFTAR PUSTAKA Buku Amirudin dan H Zainal Askin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bagya Agung Prabowo, 2012, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah, UII Press, Yogyakarta. Dewi Nurul Musjtari, 2012, Penyelesaian Sengketa dalam Praktik Perbankan Syariah, Parama Publishing, Yogjakarta. Gemala Dewi, 2007, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Cet.4, Kencana, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94., Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011 Tentang perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/PBI/2008 Tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5198 5