HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE KASUS MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO-VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA

EFEKTIVITAS METODE STUDENT CENTERED LEARNING YANG BERBASIS FUN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERBASIS QUESTION STUDENT HAVE DENGAN BANTUAN CHEMO-EDUTAINMENT MEDIA KEY RELATION CHART TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

FAKULTAS EKONOMI UNNES

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Dedi Kurniawan ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI STRATEGI INTERACTIVE QUESTION AND READING ORIENTATION BERBASIS PROBLEM POSING

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENCAPAIAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL SNOWBALLING PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 22 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 KOTO XI TARUSAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DAN THINK PAIR SHARE DI SMA NEGERI PURWODADI

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

PENGARUH MEDIA PERMAINAN TRUTH AND DARE TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA DENGAN VISI SETS

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

I. PENDAHULUAN. oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK DAN THINK PAIR SHARE MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

KONTRIBUSI METODE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KOMPARASI HASIL BELAJAR DENGAN METODE TUTOR SEBAYA DAN TEAM WORK LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

*Keperluan korespondensi, HP : ,

Upaya meningkatkan hasil belajar PKn dengan metode Think Pair Share (Nani Mediatati dan Sayudi Riawan)

II. TINJAUAN PUSTAKA

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE pada PEMBELAJARAN MATEMATIKA di KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 PADANG PANJANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN : Vol. 11 No. 2 (2016) 1-10

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DAN MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN ARTIKEL KIMIA DARI INTERNET PADA MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA SMA

Mahasiswa S1 Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG MENDAPAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR DENGAN KURING SOJA

Abstrak. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA

PERBEDAAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI ANTARA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE KELAS XI DI SMA N 2 OKU

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR. Info Artikel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. Nurlia Astika, Ngurah Ayu Nyoman M

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LIFE SKILL SISWA SMA

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

Fian Totiana*, Elfi Susanti VH 2, Tri Redjeki 2. Dosen Pendidikan Kimia PMIPA, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TGT (Team Games Tournament) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA POWER POINT DAN DESTINASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

244 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI Wisnu Sunarto, Woro Sumarni, Eli Suci Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 ABSTRAK Telah dilakukan penelitian dalam rangka mengkomparasikan hasil belajar kimia bagi siswa yang mendapat pembelajaran melalui metode Think-Pair-Share dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui metode ekspositori pada pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan di kelas XI SMA Negeri 2 Brebes. Sampel dalam penelitian ini diambil melalui teknik random cluster. Kelas eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share sedangkan kelas eksperimen 2 mendapatkan pembelajaran dengan metode ekspositori. Data penelitian dikumpulkan melalui teknik tes (untuk aspek kognitif), observasi (untuk aspek psikomotorik) dan angket (untuk aspek affektif). Hasil analisis data menunjukkan: untuk aspek kognitif rerata hasil belajar kelompok eksperimen 1 = 75,4 dan s = 8,4, dan rerata hasil belajar kelompok eksperimen 2 = 70,8 dan s = 6,7, melalui uji t satu pihak rerata hasil belajar kelompok 1 lebih baik dibandingkan rerata hasil belajar kelompok 2 (α = 5%). Hasil belajar aspek afektif (x = 82,80 dan = 77,57), 1 2 sedangkan hasil belajar aspek psikomotorik ( 1 =78,32 dan 2 = 75,59) Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar kimia metode Think-Pair-Share lebih baik daripada pembelajaran metode ekspositori. Kata kunci: think-pair-share, ekspositori PENDAHULUAN Proses pembelajaran adalah proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan, manipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya. Saat belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi diantara subyek belajar (Sugandi 2004:35). Kenyataan menunjukan bahwa metode konvensional masih sangat mendominasi dalam proses pembelajaran kimia. Pembelajaran konvensional yang dilakukan adalah ceramah dengan situasi yang kurang menyenangkan. Hal ini dapat menyebabkan minat belajar siswa rendah karena proses pembelajaran kurang menarik, monoton, membatasi daya ingat dan keaktifan siswa. Maka dari itu diperlukan metode penyampaian materi yang tepat, yang dapat memberdayakan siswa, baik dari segi akademik maupun kecakapan sosial, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat tercapai. Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa adalah metode pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika peserta didik mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.

Wisnu Sunarto, dkk. Hasil Belajar Kimia... 245 Sementara itu, kelas dikatakan berhasil mencapai ketuntasan jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu (Mulyasa, 2004:99). KKM untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri 2 Brebes ditetapkan oleh sekolah sebesar 65. Apabila nilai yang diperoleh siswa berada di bawah KKM, maka siswa tersebut belum tuntas dan sebaliknya. Metode pembelajaran Think-Pair- Share merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan dari Universitas Maryland (Ibrahim, 2000:26). Metode ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Metode Think-Pair-Share atau berpikir-berpasangan-berbagi merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Prosedur yang digunakan dalam metode Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon, dan saling membantu (Trianto, 2007:61). Langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share sederhana tetapi penting, terutama untuk menghindari kesalahan kelompok. Langkah-langkah tersebut adalah guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, siswa saling berpasangan dan mendiskusikan suatu topik, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Keunggulan metode pembelajaran Think- Pair-Share adalah siswa, secara individu, mampu mengembangkan pemikiran karena adanya waktu berpikir, selain itu akuntabilitas juga berkembang. Adapun kekurangannya adalah ide-ide yang muncul lebih sedikit karena hanya terdiri dari dua anggota dalam tiap kelompok (Endy, 2006). Tahapan utama dalam pembelajaran Think-Pair-share menurut Ibrahim (2000:16-27) adalah Thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi). Pada tahap berfikir, guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, sedangkan pada tahap Pairing (berpasangan), guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang dipikirkannya pada tahap I. Setiap anggota pasangan dalam tahap ini membandingkan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Pada tahap Sharing (berbagi), guru meminta kepada beberapa pasangan siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dengan seluruh kelas dapat dilakukan secara sukarela oleh pasangan yang bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau secara bergiliran. Pasangan demi pasangan mendapatkan kesempatan untuk melapor. Metode ekspositori adalah suatu metode penyampaian materi pelajaran yang didalamnya meliputi gabungan dari metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode tugas (Sunaryo, 1989:92). Ekspositori merupakan metode mengajar yang bertujuan untuk menjabarkan pengetahuan guru kepada siswa secara tepat Materi yang diajarkan kepada siswa sudah disusun oleh guru secara sistematik dan dipersiapkan secara baik oleh guru, sehingga yang terjadi dalam proses pembelajaran adalah guru memberi penjelasan kepada siswa tentang fakta dan informasi penting. Metode pembelajaran ekspositori ini merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (teacher centered). Guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama. Meskipun dalam metode ekspositori digunakan gabungan metode selain ceramah, penekanannya

246 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi pelajaran) bukan pada proses pencarian dan kontruksi pengetahuan. Pembelajaran dengan metode ekspositori akan menjadi lebih efektif jika guru dapat mengurangi jumlah pembicaraan (dominasi guru dikurangi), siswa lebih aktif, menambah alat bantu lain dan melakukan keseimbangan menggunakan strategi yang lain (Sunaryo 1989:114). Menurut Djamarah dkk. (2002:23) proses pembelajaran metode ekspositori dilaksanakan melalui tahap pendahuluan(guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan), persiapan (guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi), apersepsi (guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi pelajaran), presentasi (guru menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran terkait dengan defi nisi, konsep, aturan, atau prinsip yang dikembangkan secara jelas), dan resitasi (guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau siswa diminta menyatakan kembali materi yang telah dipelajari dengan katakata sendiri). Pertanyaan yang diajukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami konsep yang dibicarakan. Tahap terakhir adalah pengembangan berupa penugasan. Berdasarkan tinjauan pustaka di atas peneliti tertarik untuk membandingkan kedua metode terhadap hasil belajar kimia siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Brebes semester 2 tahun ajaran 2007/2008 dengan pokok bahasan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling dan diperoleh kelas XI IPA-1 sebagai kelompok eksperimen 1, yaitu kelas yang diberi pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share dan kelas XI IPA- 3 sebagai kelompok eksperimen 2, yaitu kelas yang diberi pembelajaran dengan metode ekspositori. Penelitian ini bersifat komparatif. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized- Group Groups Only Design. Kelompok eksperimen dikenai perlakuan yang berbeda kemudian kedua kelompok dikenai pengukuran yang sama. Alat ukur dari evaluasi akhir ini berupa soal obyektif (untuk mengukur aspek kognitif) sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban selama 90 menit. Data hasil pengukuran ini disebut sebagai data akhir yang kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji perbedaan dua rata-rata, dan uji ketuntasan hasil belajar. Untuk mendapatkan data dalam rangka mengukur aspek affektif digunakan angket yang harus diisi oleh peserta didik, sedangkan mengukur aspek psikomotor digunakan lembar observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data awal menunjukkan populasi berdistribusi normal dan memiliki tingkat homogenitas yang sama. Hasil analisis data akhir menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Data hasil belajar kelompok eksperimen 1 dan eksperimen 2 disajikan pada Tabel 1. Hasil uji t satu pihak kanan, diperoleh nilai t hitung (2,97) lebih besar dari t (1-α)(n1+n2-2) dengan dk = 90 dan taraf signifi kan 5%. Dari hasil ini dapat disimpulkan, H o ditolak. Artinya, rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen 1 lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen 2. Hasil uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar kimia dapat dilihat pada Tabel 2. Pada pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share (eksperimen 1), rata-rata hasil

Wisnu Sunarto, dkk. Hasil Belajar Kimia... 247 belajar kimia lebih baik daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. Hal ini disebabkan siswa lebih dituntut aktif dalam memahami materi yang dipelajari. Siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan diskusi yang berpasangan dengan teman sebangkunya untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Pembagian kelompok dalam penelitian ini adalah secara acak dan permanen, sehingga antara pasangan siswa yang satu dengan pasangan siswa yang lain dapat mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing. Selain itu pembagian kelompok yang permanen akan sangat menghemat waktu, memudahkan pengelolaan kelas dan memudahkan kerjasama karena siswa sudah saling mengenal dengan baik. Guru berperan sebagai fasilitator (pemberi kemudahan dalam belajar) dan evaluator, apabila ada kekurangan pada penjelasan siswa maka guru akan melengkapi. Pembelajaran dengan metode Think- Pair-Share ini setiap anggota bergotong royong menyelesaikan suatu masalah. Adanya diskusi kelompok menjadikan materi yang disampaikan lebih mudah diterima siswa, apabila siswa mengalami kesulitan terhadap pokok materi tertentu siswa dapat bertanya kepada teman pasangannya sebelum bertanya langsung kepada guru. Peningkatan pemahaman yang terjadi juga disebabkan oleh kegiatan berbagi yang dilakukan siswa, pada kegiatan berbagi (sharing) ini perwakilan siswa dari pasangannya membagikan hasil diskusi mereka didepan kelas kepada teman yang lain. Kegiatan ini membantu mengaktifkan siswa untuk menyelesaikan masalah, biasanya siswa akan lebih mengingat apa yang disampaikan temannya daripada belajar sendiri atau apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran Think- Pair-Share menuntut keterlibatan, kerjasama dan gotong-royong dalam proses pelaksanaannya. Adanya kegiatan diskusi menjadikan suasana dalam pembelajaran lebih bervariasi sehingga siswa akan merasa senang, tidak jenuh atau bosan dalam belajar. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dan interaksi dimana siswa dalam satu pasangan saling berbagi ide atau pendapat serta memberi kesempatan siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Siswa juga akan termotivasi untuk berusaha mencari sumber belajar lain seperti buku paket lain, buku catatan, LKS, dan informasi lain dari internet agar dapat mempresentasikan hasil kelompoknya dengan baik di kelas. Beberapa hambatan yang ditemui peneliti dalam menerapkan pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share antara lain: (1) dalam pembelajaran Think-Pair-Share memerlukan banyak waktu untuk diskusi sehingga terkadang waktunya habis sebelum semua soal dibahas, (2) mengkondisikan dan membuat suasana pembelajaran agar berjalan lancar dan sesuai

248 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249 dengan rencana, kadang menemui kendala. Hal ini disebabkan karena faktor siswa yang belum terbiasa menggunakan pembelajaran dengan metode Think-Pair-share, dan (3) pada saat pelaksanaan kegiatan diskusi, banyak mengalami kendala antara lain tidak semua siswa berpartisipasi, pembahasan kadang menyimpang dari pokok bahasan dan bertele-tele serta kelompok kurang menanggapi hasil dari kelompok lain karena lebih memusatkan perhatian kepada tugas kelompoknya. Pada kelas eksperimen 2, guru cenderung menggunakan kontrol proses pembelajaran dengan aktif, sementara siswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Metode pembelajaran ekspositori ini merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (Teacher Centered), guru menjadi sumber dan pemberi informasi utama. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode ekspositori, guru memberikan materi secara runtut yang kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal dan dibahas bersamasama, siswa tidak dilibatkan secara aktif, siswa hanya menerima materi dari guru saja tanpa diberi kesempatan untuk saling berbagi dengan teman yang lain sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Pada penerapan pembelajaran dengan metode ekspositori peneliti menemui beberapa hambatan antara lain dalam pembelajaran peneliti harus mempersiapkan dan menguasai bahan materi yang akan diajarkan kepada siswa dan guru sulit mengukur tingkat pemahaman siswa, karena kadang siswa yang belum paham tentang materi malu atau malas untuk bertanya. Uji ketuntasan hasil belajar klasikal disajikan pada Tabel 3. Dari data tersebut terlihat bahwa kedua kelompok eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar klasikal. Pada proses pembelajaran yang menggunakan metode Think-Pair-Share, hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan hasil belajar yang menggunakan metode ekspositori. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) dengan metode Think-Pair-Share apabila guru kekurangan waktu untuk menjelaskan, maka guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari sendiri materi tersebut. Oleh karena itu, pada saat pembelajaran guru dapat langsung memberikan latihan soal atau mengadakan tanya jawab, (2) siswa dapat mendalami dan melakukan kegiatan belajar sendiri baik di bawah bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru dengan metode Think-Pair-Share, (3) guru dapat mengetahui keadaan dan kemampuan siswa melalui aktivitas siswa pada proses pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share, misalnya dalam mengerjakan soal-soal maupun tanya jawab, dan (4) pada saat pembelajaran, siswa tidak harus banyak menulis sehingga perhatian siswa kepada materi pelajaran lebih mendalam. Guru juga tidak banyak menulis materi maupun soal-soal di papan tulis, hal ini disebabkan siswa sudah mempersiapkan terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Kegiatan praktikum dalam penelitian ini dilakukan sekali. Praktikum dilakukan di kedua kelas eksperimen pada pokok materi pengendapan. Pelaksanaan praktikum ini, selain digunakan untuk mengambil nilai psikomotorik siswa juga memberi keuntungan pada siswa, karena melalui praktikum, setiap siswa dapat melakukan percobaan sendiri dan menemukan sendiri jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Jumlah kelompok praktikum dalam satu kelas ada 6 kelompok, tiap

Wisnu Sunarto, dkk. Hasil Belajar Kimia... 249 kelompok terdiri atas 8 orang yang dipilih secara acak. Pengambilan data hasil belajar afektif dilakukan dengan menggunakan angket yang diisi oleh siswa setelah proses pembelajaran berakhir. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai rata-rata kelas untuk kelompok eksperimen 1 sebesar 82,87 dan nilai rata-rata kelas untuk kelompok eksperimen 2 sebesar 77,57. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa kelas eksperimen 1 maupun kelas eksperimen 2 sudah mencapai tuntas belajar secara klasikal, karena rerata kelas telah melebihi batas KKM yang telah ditetapkan. Hasil belajar aspek psikomotor, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 1(78,32). lebih besar dari pada rata-rata hasil belajar kelas eksperimen 2 (75,59). Data hasil belajar psikomotorik pada kedua kelompok eksperimen ini sudah melebihi batas KKM yang ditetapkan, hal ini berarti ketuntasan klasikal telah tercapai. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode ekspositori. Hasil belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share secara signifi kan lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan metode ekspositori. Hasil belajar siswa pada kedua kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan belajar klasikal. Pembelajaran dengan metode Think-Pair-Share dan pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dijadikan sebagai suatu metode pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar kimia. Untuk mengatasi hambatan waktu dalam pembelajaran metode Think-Pair- Share, maka guru perlu mengatur waktu dengan matang dan cermat. Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran ketika menggunakan metode ekspositori agar siswa tidak mengalami kebosanan, sehingga pembelajaran lebih efektif. Guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok ketika menggunakan metode Think-Pair-Share. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Endy, Kisworo. 2006. Learning With Me. dalam learning-with-me-blogspot. com/2006_09_01 Learning-With-Me archive.html diunduh tanggal 14 Maret 2008 Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:UNESA Lie, A. 2007. Mempraktekan Kooperatif Learning di ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widie Sarana Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: DEPDIKBUD Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrutivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka