BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan arus informasi di era globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan pencatatan transaksi, pengikhtisaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan operasionalnya. Saat ini semua perusahaan wajib membuat

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perusahaan. Untuk masuk dan berinvestasi di pasar modal, investor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bersaing guna mempertahankan efisiensi dan kelangsungan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Abdelghany (2005) menjelaskan earnings management merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB II LANDASAN TEORI. Adanya praktik manajemen laba dapat dikaitkan dengan teori keagenan.

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dibawah pemerintahan disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Badan

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memilih metode maupun estimasi yang akan digunakan. Fleksibilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas pengaruh antara komponen Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik (principal) melimpahkan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik. Secara logika, perusahaan yang baik harus mempunyai sistem pengendalian yang baik dan apabila itu dilakukan maka perusahaan akan terkendali dan menghasilkan output yang baik juga. Maka disinilah perlunya Good Corporate Governance dalam mewujudkan semua itu. Karena Corporate Governance merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang. Di Indonesia, Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan Corporate Governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemangku kepentingan, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya. Corporate Governance berkaitan erat dengan siapa yang mengendalikan perusahaan dan bila dilhat dari segi hukum pemilik perusahaan lah yang mempunyai kendali atas perusahaan tersebut. Namun yang terjadi sebenarnya adalah manajer yang memiliki kendali penuh atas perusahaan tersebut karena pemilik (principal) tidak dapat mempengaruhi jalannya suatu perusahaan. 1

2 Beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila suatu perusahaan menerapkan Corporate Governance ialah sebagai berikut : 1. Lebih mudah untuk meningkatkan modal 2. Biaya modal lebih rendah 3. Peningkatan kinerja bisnis dan kinerja ekonomi yang membaik 4. Memiliki dampak yang baik pada harga saham (karena situasi Indonesia saat ini, privatisasi BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap anggaran negara). Tujuan penerapan Good Corporate Governance (GCG) adalah melindungi hak dan kepentingan pemegang saham, meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham, meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja Dewan Pengurus dan manajemen perusahaan. Penerapan Good Corporate Governance telah berhasil mencegah praktek pengungkapan laporan keuangan perusahaan kepada investor dan pihak lain secara tidak transparan. Terdapat 5 prinsip-prinsip dasar dalam penerapan Corporate Governance, yaitu Transparansi (transparency), Akuntabilitas (accountability), Pertanggungjawaban (responsibility), Independensi (independency), Kewajaran (fairness). Warsono, et al (2009 : 49) menyatakan bahwa ada 5 kelompok organ dengan fungsinya masing-masing di Corporate Governance yaitu BoD (Board of Diretors), CEO, BoC (Board of Commisioners), Auditor dan Stakeholders. Mereka semua memiliki fungsi dan tugas nya masing-masing dalam upaya menerapkan Corporate Governance di perusahaan.

3 Good Corporate Governance membutuhkan suatu bentuk laporan kongkrit yang dapat menggambarkan perusahaan, dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham yang tentunya dari laporan tersebut akan terlihat apakah perusahaan memiliki tata kelola yang baik dan efektif. Laporan ini berbentuk laporan keuangan. Sesuai dengan prinsip GCG, suatu perusahaan harus mengutamakan transparansi dalam pelaporan keuangannya apabila perusahaan tersebut telah benar-benar menganut Good Corporate Governance. Selain Corporate Governance yang dapat mempengaruhi manajemen laba, Ukuran perusahaan kemungkinan juga dapat mempengaruhi terjadinya manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan sebagai proksi political cost, dianggap sangat sensitif terhadap tindakan manajemen laba. Dalam hipotesis political cost disebutkan semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tesebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti menaikkan pajak pendapatan peusahaan. Informasi laba sebagai bagian dari laporan keuangan, sering sekali menjadi target rekayasa yang dilakukan manajemen untuk memaksimumkan kepuasannya, tetapi hal tersebut dapat merugikan pemegang saham atau investor. Tindakan tersebut dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya. Perilaku

4 manajemen tersebut dikenal dengan istilah manajemen laba. Menurut Sulistyanto (2008: 47) : Manajemen laba merupakan suatu upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dan laporan keungan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Manfaat manajemen laba tergantung dari tujuannya. Ada dua perilaku manajer yang mendasari mereka untuk melakukan tindakan manajemen laba yaitu perilaku oportunistik dan efficient contracting. Perilaku oportunistik merupakan perilaku manajer untuk memaksimumkan bonus. Dengan perilaku tersebut manajemen laba dapat dikatakan sebagai tindakan yang salah (negatif). Sedangkan efficient contracting merupakan perilaku dimana manajer diberikan suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak diduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, contohnya ialah dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Dalam hal ini praktik manajemen laba dipandang sebagai tindakan yang positif. Pada dasarnya laporan keuangan suatu perusahaan merupakan pencatatan yang mudah untuk dirubah, dipalsukan, disembunyikan atau ditunda pengungkapan informasinya. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan sangat tergantung pada pihak-pihak yang memiliki andil dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan itu sendiri.

5 Motivasi manajer untuk melakukan tindakan manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sulistiawan (2011 : 31) ialah Motivasi Bonus, Motivasi Utang, Motivasi Pajak, Motivasi Penjualan Saham, Motivasi Pergantian direksi, dan Motivasi Politis. Contoh yang paling sering terjadi yang mendorong manajer untuk melakukan praktik manajemen laba adalah motivasi bonus dan motivasi pajak Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eka (2009) memiliki hasil bahwa variabel independen dalam penelitian ini yang diukur menggunakan Proporsi Komisaris Independen, Ukuran Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Hal ini mungkin dikarenakan penerapan corporate governance masih merupakan hal yang baru di Indonesia dan efek dari penerapan corporate governance baru dapat dirasakan dalam jangka waktu yang panjang. Penelitian Constantinos Chalevas dan Christos Tzovas (2010) memiliki hasil bahwa anggota dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan kehadiran audit internal tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Sebagai konsekuensi seorang auditor internal mereka memiliki kekuasaan terbatas untuk mengontrol manajer suatu perusahaan. Kesimpulannya ialah bahwa mekanisme Corporate Governance tidak dapat mempengaruhi sejauh mana manajer untuk memanipulasi laba perusahaan.

6 Putri (2012) juga meneliti keterkaitan antara Good Corporate Governance dan Manajemen Laba. Dari sisi Good Corporate Governance ia menggunakan Kepemilikan Institusi dan Dewan Komisaris Independen sebagai alat untuk mengukur manajemen laba. Hasilnya adalah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan institusi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Fenomena yang terjadi adalah pada perusahaan BUMN yang bergerak dibidang jasa konstruksi, PT. Waskita Karya. Kasus ini bermula ketika audit dalam rangka penawaran saham ke publik, direktur utama PT. Waskita yang baru M. Choliq yang sebelumnya menjabat sebagai direktur keuangan PT. Adhi Karya (Persero). Tbk menemukan adanya pencatatan yang tidak sesuai, yaitu terdapat kelebihan pencatatan sebesar Rp. 400.000.000.000. Manipulasi laporan keuangan PT. Waskita diduga telah berjalan pada tahun 2004-2008 oleh direksi pada periode tersebut. Namun hal ini baru diketahui setelah adanya pergantian direksi yang baru yaitu M. Choliq yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keuangan di PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. (panduindraprakasto.wordpress.com, 2012) Analisis yang dapat dilihat dari kejadian ini adalah, Pertama, kasus ini menunjukkan secara jelas bahwa implementasi Good Corporate Governance di Indonesia hanya sekedar formalitas belaka. Kedua, terjadi kerjasama sistematik melakukan rekayasa keuangan. Hal ini dapat terjadi karena lemahnya fungsi internal kontrol mulai dari Dewan Komisaris sampai Internal Auditnya tidak menjalankan

7 fungsinya dengan baik. Pada masalah di perusahaan BUMN seperti ini, kementrian BUMN tidak dapat disalahkan walaupun mereka merupakan pemegang saham dikarekanakan kementrian BUMN telah menempatkan wakilnya untuk melakukan pengawasan kepada dewan komisaris. Ketiga, GCG di BUMN belumlah menjadi corporate culture. Hal ini dapat memberikan celah kepada pihak-pihak yang berkuasa untuk melakukan fraud. Keempat, dalam kasus ini terlihat adanya pelanggaran prinsip-prinsip Good Corporate Governance yaitu transparansi dan akuntabilitas. Para pengelola PT. Waskita tidak menyediakan/mempublikasikan informasi yang cukup akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan (Stakeholders) dan ini merupakan suatu cermin pelanggaran untuk prinsip transparansi. Sedangkan untuk pelanggaran prinsip akuntabilitas terlihat dari laporan keuangan PT. Waskita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Seharusnya para pengelola PT. Waskita berkewajiban menghasilkan laporan yang dapat dipercaya oleh publik dan investor. Dari beberapa penelitian dengan variabel yang sama dan hasil yang tidak sama, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang keterkaitan good corporate governance terhadap manajemen laba, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah objek penelitian ini merupakan perusahaan pemerintah yaitu BUMN.

8 Atas dasar uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil Tugas Akhir dengan judul PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN BUMN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE TAHUN 2008-2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis dalam penelitian ini merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 3. Apakah ukuran komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI? 4. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI?

9 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari komposisi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba pada BUMN terdaftar di BEI. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran komite audit terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI. 4. Untuk menguji secara empiris pengaruh dari ukuran perusahaan (firm size) terhadap manajemen laba pada BUMN yang terdaftar di BEI. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi perusahaan khususnya BUMN yang belum menerapkan corporate governance, agar segera menerapkannya dikarenakan efek positif yang ditimbulkan dari penerapan good corporate governance.

10 Bagi perusahaan yang telah menerapkan corporate governance diharapkan perusahaan tersebut dapat lebih terpacu untuk meningkatkan corporate governance perusahaannya dan menjadikannya sebagai kesadaran dan budaya perusahaan. 2. Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat menjadi informasi untuk sesama mahasiswa dalam penelitian lebih lanjut tentang Good Corporate Governance. 3. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah, khususnya tentang Good Corporate Governance.