BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU NOMOR 235/PID.SUS/2012/PTR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II PENGATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

Pasal 5: Setiap orang dilarang

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORPORASI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. A. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

Pertanggungjawaban Perusahaan dalam Kasus Lingkungan Hidup. Dewi Savitri Reni (Vitri)

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB IV. Tinjauan Hukum Terhadap Pertanggungjawaban Tindak Pidana Korporasi. Pada Kasus Pembakaran Hutan Dihubungkan Dengan Undang-Undang

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA [LN 1997/67, TLN 3698]

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOABARU NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN [LN 1999/167, TLN 3888]

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB II. Regulasi penerbangan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun. itu harus mendasarkan pada ketentuan Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

TINJAUAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA KETENTUAN PIDANANYA DALAM UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH) Oleh : Ariella Gitta Sari *) Abstrak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penulisan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. maka dapat dibuat beberapa kesimpulan diantaranya:

A. Kasus Posisi. Pengadilan Negeri Sumedang yang mengadili perkara pidana dengan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

Bab XII : Pemalsuan Surat

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

BAB I PENDAHULUAN. buruk bagi perkembangan suatu bangsa, sebab tindak pidana korupsi bukan

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

STUDI KASUS TINDAK PIDANA TERKAIT JABATAN NOTARIS ROMLI ATMASASMITA 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

BAB II PENGATURAN TERHADAP PELAKU TANPA IZIN MELAKUKAN KEGIATAN INDUSTRI KECIL

P U T U S A N Nomor : 157/PID.B/2013/PTR

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI, IZIN PERLUASAN DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 1997 TENTANG : PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 31/PUU-XV/2017 Pidana bagi Pemakai/Pengguna Narkotika

Kasus Korupsi PD PAL

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA [LN 1997/10, TLN 3671]

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN [LN 2004/118, TLN 4433]

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N NO 93/PID/2013/PT.MDN.-

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG

I. PENDAHULUAN. ekonomi tinggi, serta hutan ikutan seperti getah, rotan, madu, buah-buahan. Selain

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tanggal 19 September 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBAKARAN HUTAN PADA PENGADILAN TINGGI PEKANBARU NOMOR 235/PID.SUS/2012/PTR Tindak Pidana dan Tanggung Jawab Korporasi di Bidang Lingkungan Hidup pada Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak pidana, maka sanksinya dijatuhkan selain terhadap badan hukum, juga terhadap mereka yang memberi perintah atau yang menjadi pemimpin dalam perbuatan tersebut. 1 Seseorang yang melakukan suatu perbuatan yang bersifat melawan hukum, dalam rumusan Undang-undang hukum pidana sebagai perbuatan pidana, belumlah berarti bahwa dia dipidana, yang tergantung kepada kesalahannya. Dipidananya seseorang, terlebih dahulu harus ada dua syarat yang menjadi satu keadaan, yaitu perbuatan yang bersifat melawan hukum sebagai sendi perbuatan pidana, dan perbuatan yang dilakukan itu dapat dipertanggungjawabkan sebagai sendi kesalahan. Untuk menentukan siapa-siapa yang bertanggungjawab di antara pengurus suatu badan hukum yang harus memikul beban pertanggungjawaban pidana tersebut, harus ditelusuri segi dokumen AMDAL, Izin (lisensi) dan pembagian tugas pekerjaan dalam jabatan-jabatan yang terdapat pada badan hukum (korporasi) yang bersangkutan. Penelusuran dan dokumendokumen tersebut akan menghasilkan data, informasi dan fakta dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha yang bersangkutan dan sejauh mana pemantauan dan pengendalian yang telah dilakukan terhadap dampak tersebut. 1 Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia. 68

69 Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalam kegiatan usaha perkebunan harus berpedoman kepada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yaitu: 2 Pasal 17 ayat (1) Setiap pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu dan/atau tertentu usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki ijin usaha perkebunan. Begitu pula dengan Pasal 26 Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Dari dokumen-dokumen tersebut dapat diketahui pula, bagaimana hak dan kewajiban pengurus-pengurus perusahaan tersebut, untuk memantau, mencegah dan mengendalikan dampak negatif kegiatan perusahaan. Sehingga dari penelusuran itu, akan nyata pula apakah pencemaran dan/atau perusakan lingkungan tersebut terjadi karena kesengajaan atau karena kelalaian. Seperti dalam kasus pembakaran lahan yang terjadi di Propinsi Riau yang mana awalnya kasus tersebut di bawa ke Meja Hijau Pengadilan Negeri Pelalawan dan di putus dengan putusan Nomor: 08/PID.B/2012/PN.PLW pada tanggal 11 September 2012 karena kasus kelalaian pembakaran hutan, yang mana Terdakwa hanya dijatuhi hukuman denda sebesar Rp. 133.334.000,- (seratus tiga puluh tiga juta tiga ratus tiga puluh empat ribu rupiah). Mengetahui hal itu Penuntut Umum dalam memori bandingnya mengemukakan alasan keberatan dimana tidak sependapat dengan pertimbangan hukum oleh Majelis Hakim tingkat pertama dikarenaka tidak diterapkan hukuman penjara kepada para Terdakwa sebagaimana yang diminta dalam tuntutannya. 2 Undang-Undang RI No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan Lembaran Negara Republik Indonesia

70 Dalam Undang-undang baru Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di atur dalam pasal 108 yang berbunyi: 3 Setiap orang yang melakukan pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pengadilan Tinggi Pekanbaru menerima permintaan banding dari Penuntut Umum. Pada putusan banding No. 235/Pid.Sus/2012/PTR. Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru dalam memutuskan sanksi hukuman terhadap terdakwa PT. Mekarsari Alam Lestari (PT MAL) mempertimbangkan dahulu tuntutan Jaksa/Penuntut Umum yakni Pasal 42 ayat (1) jo Pasal 46 ayat (1), (2) UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP yang berbunyi: 4 Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Adapun pertimbangan Hakim yang mengacu pada ketentuan pasal 42 ayat (1) jo Pasal 46 ayat (1), (2) Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dinyatakan telah terbukti dakwaannya dimana salah satu unsurnya adalah Dilakukan oleh atau atas nama Badan Hukum, Perseroan Perserikatan, Yayasan atau Organisasi lain dan dilakukan oleh orang-orang baik berdasar hubungan kerja maupun berdasar hubungan lain yang bertindak dalam lingkungan Badan Hukum, Perseroan, Perserikatan, Yayasan atau Organisasi lain oleh karena itu para terdakwa melakukan perbuatan atas nama PT. Mekarsari Alam Lestari (PT. MAL) sebagai perbuatan Korporasi berdasarkan hubungan kerja. 3 Undang- Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia. 4 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Lembaran Negara Republik Indonesia

71 Dapat dilihat dalam kasus ini Hakim menyatakan bahwa Direktur Utama dan Manager Proyek PT Mekarsari Alam Lestari sebagai Terdakwa, karena Terdakwa bertindak atas nama korporasi maka berdasarkan putusan untuk menjatuhkan pidana harus ditentukan adanya perbuatan pidana dan adanya kesalahan yang terbukti dari alat bukti dengan keyakinan terhadap seorang tertuduh yang dituntut dimuka pengadilan. Seperti yang disebutkan di dalam pasal 116 ayat (1) UUPPLH bahwa: 5 Apabila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada: a)badan usaha; dan/atau b) orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. Selanjutnya pada pasal 117 UUPPLH yang berbunyi sebagai berikut: 6 Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan sepertiga. Pasal 119 UUPPLH yang berbunyi : Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa: a) perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; b) penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan; c) perbaikan akibat tindak pidana; d) pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau e) penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun. Berdasarkan unsur tersebut menurut Majelis Hakim ada pada diri terdakwa dan telah terbukti secara sah dan meyakinkan di depan hukum. Setelah mempertimbangkan tuntutan Jaksa/Penuntut Umum, menyatakan tidak berlakunya Putusan Pengadilan Negeri Palalawan Nomor: 08/PID.B/2012/PN.PLW, dan adanya barang bukti dalam memutuskan perkara Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 6 Ibid.

72 menyatakan bahwa Terdakwa Suheri Tirta, SE dan Facruddin Lubis dapat di pidana penjara selama 6 (enam) bulan. Akan tetapi pidana tersebut tidak perlu dijalani, karena pertimbangan hakim jika dikemudian hari ada perintah lain dalam putusan Hakim karena para Terdakwa sebelum masa percobaan selama 1 (satu) tahun berakhir melakukan perbuatan yang dapat dihukum. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Pekanbaru ini dinilai kurang memberikan suatu ketegasan, keseriusan hukum yang dapat menjerat pelakunya dengan hukuman yang berat sehingga tidak menimbulkan efek jera. Hukuman ini dirasa begitu ringan untuk tindak pidana kelalaian pembakaran hutan yang dilakukan oleh suatu korporasi dan belum tentu menjamin bagi pelaku untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang terbukti dengan adanya kasus pembakaran hutan yang terjadi sebelumnya. Jadi walaupun hakim sudah memberikan pertimbangan tentang kelalaian kebakaran hutan di Riau yang berpatokan pada Pasal 42 ayat (1) jo Pasal 46 ayat (1), (2) UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP, Hakim juga harus mempertimbangkan bahwasannya PT Mekarsari Alam Lestari (PT MAL) tidak hanya lalai akan tetapi juga sengaja membakar hutan untuk membuka lahan baru. Hakim juga harus melihat dan mempertimbangkan dalam putusannya karena di dalam pendirian PT MAL juga tidak memiliki surat izin AMDAL, Ijin Usaha Perkebunan (IUP), sarana dan prasarana yang kurang memadai, SOP penanggulangan kebakaran hutan dan tim khusus yang ahli dalam menanggulangi kebakaran hutan. Sedangkan dalam undang-undang Perkebunan Nomor 18 Tahun 2004 Pasal 17 sudah jelas bahwasannya Setiap pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu dan/atau tertentu usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki ijin usaha perkebunan.

73 Di dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 juga mengatur Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diatur dalam Pasal 14 yang terdiri atas: 7 a) KLHS, b) tata ruang, c) baku mutu lingkungan hidup, d) kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, e) amdal, f) UKL-UPL, g) perizinan, h) instrumen ekonomi lingkungan hidup, i) peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup, j) anggaran berbasis lingkungan hidup, k) analisis resiko lingkungan hidup, l) audit lingkungan hidup dan, m) instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. Dan juga pada Pasal 22 ayat (1) : Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Memang banyak faktor yang harus diperhatikan oleh hakim untuk tegaknya keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum. Hakim harus menjaga ketertiban persidangan, menguasai hukum materiil, dan Formil menjaga hak-hak terdakwa, menguasai hukum acara dan sebagainya. Selain itu, dalam menjatuhkan putusannya terlebih dahulu hakim harus mengetahui hal-hal yang memberatkan dan meringankan terdakwa seperti bahwa terdakwa/perusahaan telah melakukan tindakan-tindakan yang berupaya untuk mencegah kebakaran, seperti beberapa penyediaan traktor untuk pemadam kebakaran (Robin), sejumlah menara pengawas api, sejumlah spyper solo dan eksavator, disamping itu membuat kanal-kanal sekeliling dengan lebar diameter 3 M dan kedalaman 3 M, memasang papan-papan peringatan tidak membakar di setiap lokasi ( awas api, Jangan membakar dan sebagainya). Namun tetap saja hukuman penjara selama 6 bulan yang memerintahkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dirasa ringan mengingat pertanggungjawaban korporasi tindak pidana dalam Pasal 108 jo Pasal 69 ayat (1) huruf (h) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mencantumkan dipidananya dengan pidana penjara 7 Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Lembaran Negara Republik Indonesia

74 paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda minimal Rp. 3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah). Belum lagi akibat dan kerugian lain yang ditimbulkan dari pembakaran lahan tersebut dalam berbagai aspek kehidupan seperti pencemaran udara, gangguan penerbangan, gangguan pernapasan, terhambatnya kegiatan perekonomian karena asap pembakaran, dan lainnya.