BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya, dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. Pertimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, professional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang pisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU 1
2 Nomor 33 Tahun 2004). DAU diberikan pemerintahan pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah di daerah dalam memanfaatkan PAD.DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah Negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat APBN berisi daftar sistematis yang terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran Negara selama satu tahun Anggaran. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerah.uu tersebut memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatuhan, kebutuhan, dan kemampuan daerah. Pemerintah daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya ke dalam anggaran belanja modal merupakan sebuah proses yang sarat dengan kepentingan kepentingan politis. Anggaran ini sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang disediakan oleh pemerintah daerah.
3 Namun, adanya kepentingan politik dari lembaga legislatif yang terlibat dalam penyusunan proses anggaran menyebabkan alokasi belanja modal terdistorsi dan sering tidak efektif dalam memecahkan masalah di masyarakat (Keefer dan Khemani). Penelitiaan ini dimotivasi dengan adanya fenomena mengenai pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Jawa Tengah dimana banyaknya rekrutmen pegawai negeri memicu terjadinya defisit keuangan daerah. Akibatnya Dana Alokasi Umum (DAU) tidak bisa menutupi kebutuhan belanja pegawai yang menyerap banyak dana. Formula DAU sebagian besar untuk belanja pegawai pada 2008 rata-rata 76,6 persen DAU digunakan untuk belanja pegawai. Komposisi ini mengalami kenaikan pada 2009 menjadi 85,5 persen dan 95,5 persen pada 2010. Pada 2008 hanya tiga daerah yang mengalami defisit belanja pegawai atau nilai belanja pegawai yang dikeluarkan lebih dari 100 persen DAU. Pada 2009 jumlah daerah yang defisit bertambah, dan mencapai jumlah 13 daerah pada 2010.Beberapa daerah tersebut diantaranya, Semarang dan Boyolali. Kebangkrutan keuangan daerah ini terjadi karena pemerintah daerah terus melakukan rekrutmen pegawai tanpa memperhatikan kebutuhan dan ketercukupan anggaran. Kebijakan kenaikan gaji pegawai tiap tahun turut memperberat beban itu. Padahal daerah tidak mampu mencari sumber pendanaan lain di luar pendapatan asli daerah. Terutama dengan diberlakukannya undang-undang nomor 2008/2009 yang melarang daerah memungut pajak dan retribusi di luar yang diatur dalam undang-undang ini.
4 Kebutuhan untuk belanja modal, pembangunan infrastruktur dan perbaikan jalan sepenuhnya mengandalkan dana perimbangan dari pusat. Ini terjadi terutama di daerah kabupaten dengan kapasitas fiskal rendah dan sumber pajak minimal. Daerah-daerah kota dan daerah penghasil sumber daya alam umumnya tidak mengalaminya karena memiliki sumber bagi hasil pajak dan sumber daya alam yang tinggi. Peneliti sebelumnya Mutiara Maemunah (2006) yang meneliti di Sumatera Utara, Kesit Bambang (2002) yang meneliti di DIY dan Jawa Tengah, serta Widiyanto (2005) yang juga meneliti di DIY dan JawaTengah. Memperoleh hasil yaitu PAD kurang signifikan berpengaruh terhadap Belanja Daerah.Hal tersebut berarti terjadi flypapereffect. Penelitian lain dilakukan oleh Bambang Prakosa (2004), yang melakukan penelitian pada Kabupaten/Kota di jawa Tengah dan DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa sandaran Pemda untuk menentukan jumlah Belanja Daerah suatu periode berbeda.dalam tahun bersamaan, PAD lebih dominan dari pada DAU tetapi untuk satu tahun ke depan, DAU lebih dominan. Munculnya berbagai bentuk peraturan daerah tentang pajak dan retribusi daerah mungkin merupakan indikasi untuk mengimbangi pendapatan yang bersumber dari Pempus (salah satunya DAU) Prakosa,2004. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada periode studi kasus dan penambahan variabel DAU terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal di pemerintahan tingkat II di seluruh provinsi Jawa Tengah.
5 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah periode 2007-2010.
6 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis mengidentifikasi masalah mengenai : 1. Bagaimana perkembangan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Pengalokasian Anggaran Belanja modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah? 3. Apakah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum secara parsial berpengaruh terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah : 1. Mengkaji Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah. 2. Mengkaji pengaruh Pendapatan asli Daerah terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah.
7 3. Mengkaji pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal pada Pemerintahan Tingkat II di Provinsi Jawa Tengah. 2. Manfaat Penelitian Melalui penelitian yang dilakukan, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya : a. Bagi Penulis Sebagai bahan dalam memperoleh pemahaman pengetahuan teoritis yang diperoleh melalui proses perkuliahan maupun literatur-literatur untuk dibandingkan dengan cara mengadakan penelitian dalam hal pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran belanja modal. b. Bagi Ruang Lingkup di Bidang Sektor Publik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah daerah untuk memanfaatkan dana transfer dari Pemerintah pusat dan pendapatan asli daerah secara proporsional dan disajikan secara transparan sehingga dapat terwujud good governance. c. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan referensi, pembanding atau sebagai dasar bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan studi kasus ini.