Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

KORELASI EMISI KENDARAAN DENGAN BIAYA PENYELENGGARAAN JALAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

ANALISIS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT VOLUME LALU LINTAS DI RUAS JALAN (STUDI KASUS JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41. Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK OPERASIONAL KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KADAR CO dan NO 2 SERTA KELUHAN KESEHATAN PEDAGANG ASONGAN DI TERMINAL AMPLAS TAHUN 2014 SKRIPSI. Oleh : IRMAYANTI NIM.

Elaeis Noviani R *, Kiki Ramayana L. Tobing, Ita Tetriana A, Titik Istirokhatun. Abstrak. 1. Pendahuluan. 2. Dasar Teori Karbon Monoksida (CO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No 66 Tahun 2014 pada pasal 1 ayat 9 yang menyatakan

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

APA ITU GLOBAL WARMING???

Kajian logam berat di udara ambien-th2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

Semarang, 13 Mei 2008

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

HUBUNGAN TINGKAT KESADARAN PENGEMUDI DAN TAHUN KENDARAAN TERHADAP KUALITAS EMISI KENDARAAN DINAS KABUPATEN SLEMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

KAJIAN HUBUNGAN ANTARA VARIASI KECEPATAN KENDARAAN DENGAN EMISI YANG DIKELUARKAN PADA KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS UDARA STASIUN GLOBAL ATMOSPHERE WATCH (GAW) BUKIT KOTOTABANG KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Polusi udara adalah salah satu masalah yang sangat meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan jumlah penduduk, ekonomi, industri, serta transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

ANALISIS KUALITAS UDARA

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

ANALISIS BEBAN PENCEMAR UDARA AMBIEN DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI RUAS JALAN SOEBRANTAS KOTA PEKANBARU

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

PENGARUH PROGRAM CAR FREE DAY TERHADAP PENURUNAN BEBAN PENCEMAR CO DAN NO 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang semakin menurun untuk mendukung kehidupan mahluk hidup. Menurut

3. METODE PENELITIAN

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM)

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

berbagai cara. Pencemaran udara terutama datang dari kendaraan bermotor, industri,

Estimasi Beban Pencemar Dari Emisi Kendaraan Bermotor di Ruas Jalan Kota Pekanbaru

Transkripsi:

dan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan ISSN Emisi 1978-5283 Co 2 Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1) HUBUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR, ODOMETER KENDARAAN DAN TAHUN PEMBUATAN KENDARAAN DENGAN EMISI CO 2 DI KOTA PEKANBARU Poppy Sandra Kusumawati Alumni Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. Usman M Tang Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. Tengku Nurhidayah Dosen Pascasarjana Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau, Pekanbaru, Jl. Pattimura No.09.Gobah, 28131. Telp 0761-23742. The relationship number of motor vehicles, odometer and year making vehicle with co2 emissions in pekanbaru ABSTRACT This research has been conducted in the city of Pekanbaru, on Juni until Juli 2012. The purpose of this study was to determine the condition of the air quality in the city of Pekanbaru and the relationship between the number of motor vehicles with air concentrations of Co2 emissions in the city of Pekanbaru. This research is expected to provide an overview of air quality in the city of Pekanbaru, for consideration and input for Pekanbaru City Government in managing the flow of traffic on the crowded streets of the vehicle This research is expected to provide an overview of air quality in the city of Pekanbaru, for consideration and input for Pekanbaru City Government in managing the flow of traffic on the crowded streets of the vehicle and the results of this study are expected in an effort to improve the quality of air quality, especially for reducing pollution air on certain streets in the city of Pekanbaru. Keyword : Co 2 emissions, air quality, motor vehicles 49

PENDAHULUAN Emisi adalah hasil kegiatan manusia yang meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca seperti : Carbon dioxide, methane, chlorofluoro carbon dan nitron oxide (Soedomo, 2001). Peningkatan konsentrasi gas-gas di atas akan menaikkan greenhouse effect yang akhirnya meningkatkan suhu permukaan bumi. Bertambahnya panas suhu bumi di atas telah menyebabkan bertambahnya air di permukaan bumi yang menguap. Penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingungan Hidup bekerjasama dengan JICA tahun 1997 menunjukkan bahwa sekitar 70% kontribusi pencemaran udara berasal dari sektor transportasi, khusus untuk sumber yang berasal dari jalan raya, kontribusi terbesar disumbangkan oleh asap sisa pembakaran gas buang kendaraan bermotor (Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2009). Menyadari hal itu, pada beberapa kota di Indonesia termasuk di kota Pekanbaru dilakukan pemantauan kualitas udara ambien, yang merupakan suatu program pengendalian pencemaran udara yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pencemaran udara di suatu daerah serta menilai suatu keberhasilan program yang sedang dijalankan. Pemantauan kualitas udara dilakukan tiga stasiun tetap pemantauan kualitas udara yaitu stasiun Sukajadi, stasiun Kulim dan stasiun Tampan. Pemantauan kualitas udara ambien dengan jaringan pemantau kontinu otomatis dapat mengukur zat pencemar secara langsung dan cepat. Pertumbuhan kota Pekanbaru yang sangat pesat, diikuti pula oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2010 sebesar 432.883 unit kendaraan dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 449.93 0 unit kendaraan, secara langsung ikut menentukan kualitas udara kota Pekanbaru. Kesibukan yang terjadi di jalan raya, dipastikan memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara ambien kota Pekanbaru. Peningkatan perekonomian yang pesat turut berkontribusi terhadap pencemaran udara, khususnya emisi CO dan CO 2 dengan penggunaan kendaraan bermotor sebagai modal transportasi. Meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor akan menurunkan kecepatan rata-rata kendaraan di jalan raya. Penurunan kecepatan rata-rata kendaraan akan menurunkan kualitas emisi gas buang kendaraan. Kecepatan rata-rata kendaraan yang berkaitan dengan pola berkendara akan sangat mempengaruhi jumlah pelepasan senyawa tersebut ke atmosfer. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi kualitas udara di Kota Pekanbaru, menganalisis hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan konsentrasi emisi CO 2 di kota Pekanbaru serta menganalisis hubungan odometer kendaraan dan tahun pembuatan kendaraan dengan konsentrasi emisi CO 2. Dalam hal ini CO 2 yang terbentuk akibat meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor di wilayah Kota Pekanbaru. Konsentrasi CO 2 yang melebihi nilai baku mutu akan bersifat racun yang bila terhisap dapat merusak paru-paru bahkan mampu menyebabkan kematian (Sastrawijaya, 2009). 50

METODE PENELITIAN Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2012. Pengambilan data dilakukan pada stasiun pemantau kualitas udara kota Pekanbaru dan data di Dinas Pendapatan Daerah serta Dinas-Dinas terkait lainnya yang mempunyai data terkait penelitian. Data yang diambil penulis berupa data primer dan data sekunder dari 5 tahun terakhir. Penelitian dilakukan di Jl. Soebrantas Panam Pekanbaru untuk kualitas udara dan di Jl. Diponegoro untuk uji emisi gas buang kendaraan bermotor, pada kegiatan uji emisi gas buang kendaraan bermotor mengikuti kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Pekanbaru bekerjasama dengan beberapa instansi terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode ini dirancang untuk mengumpulkan data-data informasi tentang keadaan nyata di lapangan saat sekarang, dengan prosedur penelitian adalah pengumpulan data berupa data sekunder dan data primer, pengolahan data, kemudian data di analisa, setelah data dianalisa dilakukan pembahasan dari data yang di dapat dan terakhir menarik kesimpulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder, dimana data primer yang diambil antara lain ; 1. Data emisi kendaraan dari kegiatan uji emisi gas buang kendaraan bermotor kota pekanbaru, dengan menggunakan alat uji emisi sesuai bahan bakar yang digunakan yaitu bensin dan solar (Lokasi Jl. Diponegoro Pekanbaru) 2. Data kualitas udara, untuk melihat kecendrungan konsentrasi zat pencemar setiap jam di jalan raya. Dilakukan pengambilan data pada tanggal 22-25 Juni, dengan menggunakan alat mobile station Air Quality Moniytoring System (AQMS), yang berlokasi di Jl. Soebrantas Panam Pekanbaru. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain : 1. Data jumlah kendaraan total di kota Pekanbaru yang didapat dari dinas terkait. Kemudian data dikelompokkan menurut jenis kendaraa dan jenis bahan bakar yang digunakan. 2. Untuk data yang satuannya sudah sesuai langsung dikalikan dengan faktor emisi CO 2 yang sudah ditentukan oleh IPCC (2006). 3. Data yang berbeda satuannya dengan satuan yang digunakan dalam pedoman tidak dimasukkan dalam perhitungan. Perbedaan satuan dimaksud misalnya pedoman menetapkan satuannya dalam berat (kg, ton) demikian pula dengan data yang tersedia dalam satuan volume atau luas. 4. Data kualitas udara ambien, didapat dari laboratorium BLH Kota Pekanbaru. 5. Pengaplikasian data hubungan jumlah kendaraan dengan kualitas udara di kota Pekanbaru menggunakan program SPSS 17 (analisis regresi). 51

Analisis data hasil penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi, untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana pengujian dilakukan dua kali yakni pengaruh jumlah kendaraan (Variabel X) terhadap emisi CO 2 (Variabel Y) dan pengaruh kualitas udara terhadap emisi CO 2 yang dijelaskan secara deskriptif. 1. Kualitas Udara di Pekanbaru HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat kondisi pencemaran udara di Pekanbaru, data diambil di Jalan Soebrantas, disajikan data pengamatan dalam periode setengah jam dari tanggal 2-5 Juli 2012. a. Pemantauan Tanggal 2-3 Juli 2012 Dari hasil pengamatan diketahui konsentrasi debu (PM10) berkisar antara 74,1 μg/nm 3 terjadi pada jam 01.00 WIB sampai dengan 126 μg/nm 3 terjadi pada jam 05.30-12.00 WIB dan terjadi lagi pada jam 18.00-20.30 WIB dengan konsentrasi rata-rata 108,63 μg/nm 3. Hal ini disebabkan pada padatnya jam-jam tersebut. Konsentrasi sulfur dioksida (SO 2 ) terendah 16,8 μg/nm 3 terjadi pada jam 02.00 WIB, konsentrasi tertinggi 1474,4 μg/nm 3 terjadi pada jam 20.00 WIB dengan konsentrasi rata-rata 51,91 μg/nm 3. Untuk konsentrasi karbon monoksida (CO) terendah 0 μg/nm 3 pada jam 01.00-02.00 WIB dan tertinggi 31,1 μg/nm 3 terjadi pada jam 18.00 WIB, dengan rata-rata konsentrasi 1,40 μg/nm 3. Konsentrasi ozon (O 3 ) terendah adalah 44 μg/nm 3 terjadi pada jam 02.30 WIB dan 03.30 WIB dan tertinggi 87 μg/nm 3 terjadi pada jam 14.30 WIB dengan konsentrasi rata-rata 51,64 μg/nm 3. Sedangkan konsentrasi untuk nitrogen dioksida (NO 2 ) terendah adalah 0,8 μg/nm 3 terjadi pada jam 18.00 WIB dan tertinggi 830,4 μg/nm 3 yang terjadi pada jam 11.30 WIB dengan konsentarsi rata-rata 60,80 μg/nm 3. Termasuk dalam kategori udara sedang. b. Pemantauan Tanggal 3-4 Juli 2012 Dari hasil pengamatan konsentrasi debu (PM10) berkisar antara 56,2 μg/nm 3 terjadi pada jam 06.00 WIB sampai dengan 126 μg/nm 3 terjadi pada jam 07.30-09.30 WIB dan terjadi lagi pada jam 18.00-20.30 WIB dengan konsentrasi rata-rata 89,03 μg/nm 3. Konsentrasi sulfur dioksida (SO 2 ) terendah 16 μg/nm 3 terjadi pada jam 16.00 WIB, konsentrasi tertinggi 2576,6 μg/nm 3 terjadi pada jam 19.00 WIB dengan konsentrasi rata-rata 72,27 μg/nm 3. Untuk konsentrasi karbon monoksida (CO) terendah 0 μg/nm 3 pada jam 01.30-02.00, 03.00-03.30,09.30 dan terjadi lagi jam 16.00 WIB dan tertinggi 158 μg/nm 3 terjadi pada jam 23.00 WIB, dengan rata-rata konsentrasi 4,04 μg/nm 3. Konsentrasi ozon (O 3 ) terendah adalah 1,3 μg/nm 3 terjadi pada jam 23.00 WIB dan tertinggi 96,3 μg/nm 3 terjadi pada jam 16.00 WIB dengan konsentrasi rata-rata 49,78 μg/nm 3. Sedangkan konsentrasi untuk nitrogen dioksida (NO 2 ) terendah adalah 17,9 μg/nm 3 terjadi pada jam 16.00 WIB dan tertinggi 125,4 μg/nm 3 52

yang terjadi pada jam 17.30 WIB dengan konsentarsi rata-rata 51,57 μg/nm 3. Termasuk dalam kategori udara sedang. c. Pemantauan Tanggal 4-5 Juli 2012 Hasil pengamatan untuk konsentrasi debu (PM10) berkisar antara 62,2 μg/nm 3 terjadi pada jam 14.00-14.30 WIB, konsentrasi tertinggi 126 μg/nm 3 terjadi pada jam 09.00-10.30 WIB dan terjadi lagi pada jam 20.00-01.00 WIB dengan konsentrasi rata-rata 99,29 μg/nm 3. Konsentrasi sulfur dioksida (SO 2 ) terendah 16,4 μg/nm 3 terjadi pada jam 02.00 WIB, konsentrasi tertinggi 1732 μg/nm 3 terjadi pada jam 12.00 dan 14.00 WIB dengan konsentrasi rata-rata 57,37 μg/nm 3. Untuk konsentrasi karbon monoksida (CO) terendah 0 μg/nm 3 pada jam 12.00, 13.00 dan 18.00 WIB dan tertinggi 3,94 μg/nm 3, terjadi pada jam 22.30 WIB, dengan rata-rata konsentrasi 0,62 μg/nm 3. Konsentrasi ozon (O 3 ) terendah adalah 43,6 μg/nm 3 terjadi pada jam 06.00 WIB dan tertinggi 89,2 μg/nm 3 terjadi pada jam 16.30 WIB dengan konsentrasi rata-rata 55,81 μg/nm 3. Sedangkan konsentrasi untuk nitrogen dioksida (NO 2 ) terendah adalah 25,4 μg/nm 3 terjadi pada jam 12.00 WIB dan tertinggi 105 μg/nm 3 yang terjadi pada jam 17.30 WIB dengan konsentarsi rata-rata 47,71 μg/nm 3. Termasuk dalam kategori sedang. 2. Hubungan Jumlah Kendaraan Bermotor Terhadap Emisi CO 2 Dari pantauan uji emisi kendaraan yang berbahan bakar bensin, 196 unit (33%) lulus uji emisi dan 100 unit (17%) yang tidak lulus uji emisi, lebih banyak dari kendaraan yang berbahan bakar solar yang tidak lulus uji emisi, sebab sampel yang diambil kendaraan yang berbahan bakar solah lebih sedikit yaitu hanya 66 unit kendaraan. Walaupun demikian hasil uji emisi kendaraan bermotor untuk yang berbahan bakar solar tidak lulus uji emisi lebih banyak pada angkutan umum yang rata-rata tidak memenuhi standar lulus uji emisi. Tabel 1. Data Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor Roda Empat Jenis Bahan Bakar Jumlah Kendaraan Lulus Uji Emisi Tidak Lulus Jumlah % Jumlah % Bensin 296 196 33 100 17 Solar 66 35 27 31 23 JUMLAH 362 231 64 131 36 Dari pantauan uji emisi kendaraan yang berbahan bakar bensin, 196 unit (33%) lulus uji emisi dan 100 unit (17%) yang tidak lulus uji emisi, lebih banyak dari kendaraan yang berbahan bakar solar yang tidak lulus uji emisi. Walaupun demikian hasil uji emisi kendaraan bermotor untuk yang berbahan bakar solar tidak lulus uji emisi lebih banyak pada angkutan umum yang rata-rata tidak memenuhi standar lulus uji emisi. Dapat juga dibandingkan dengan lima tahun belakang dari hasil uji emisi gas buang kendaraan bermotor yang dilakukan rutin setiap tahun oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru. 53

Jumlah kendaraan yang diuji 800 600 Jumlah 400 200 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Bensin Solar Total Tahun Gambar 1. Hasil Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tahun 2007-2011 Dilihat dari persentase kualitas udara berdasarkan nilai ISPU dari Tahun 2007-2011 kategori baik lebih mendominasi. Akumulasi data kualitas udara Tahun 2007-2011 menunjukkan bahwa kategori baik yang nilai rentang IPSU 0-50 pada Tahun 2007 sebesar 85% (310 hari). kategori sedang dengan rentang ISPU 51-100 sebanyak 13% (49 hari) dan tidak terdata sebanyak 2% (6 hari). Ini menunjukkan bahwa pada Tahun 2007 kualitas udara di Kota Pekanbaru masih di kategorikan sehat tidak melebihi ambang batas (Badan Lingkungan Hidup Kota, 2011). Pada Tahun 2008 kategori baik juga masih mendominasi, dengan kata lain kualitas udara pada saat itu masuk dalam kategori sehat dengan persentase 89% baik (324 hari) dan 11% (42 hari) sedang. Sedangkan kualitas udara di Tahun 2009 terganggu, disebabkan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor. Selain itu juga diduga adanya pembakaran hutan sehingga pada tahun ini udara dalam keadaan kurang sehat, dimana persentase udara baik saat itu hanya 62% (225 hari), sedang 30% (111 hari) dan tidak sehat 7% (26 hari). Pada Tahun 2010 kualitas udara juga dikategorikan kurang sehat, dimana untuk nilai ISPU dengan kategori baik hanya 63% (230 hari) saja, 35% (127 hari) sedang dan 1% (3 hari) kategori tidak sehat. Terganggunya kualitas udara pada Tahun 2009 dan 2010 diduga adanya peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dan adanya pembakaran hutan untuk pembukaan lahan. Pada Tahun 2011 kualitas udara masih terganggu walaupun tidak terlalu membahayakan. Persentase kategori baik 71% (258 hari), kategori sedang 25% (127 hari) dan 3% (12 hari) kategori tidak sehat. Kualitas udara pada saat ini masih baik, sehingga tidak terlalu mempengaruhi kegiatan ataupun kesehatan manusia. Dengan kata lain persentase kategori 54

baik yang keluar pada nilai ISPU yaitu : Tahun 2007 85%, 2008 89%, 2009 61%, 2010 63% dan Tahun 2011 71%. Data ini menggambarkan bahwa alat yang digunakan tidak dapat mendeteksi secara detail bahan apa saja yang mempengaruhi kualitas udara khususnya. Oleh sebab itulah Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor belum bisa dikatakan mempengaruhi kualitas udara. Dengan kata lain persentase kategori baik yang keluar pada nilai ISPU yaitu : tahun 2007 85%, 2008 89%, 2009 61%, 2010 63% dan tahun 2011 71%. Ini membuktikan tidak mendeteksi secara detail bahan apa saja yang mempengaruhi kualitas udara khususnya. Oleh sebab itulah Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor tidak mempengaruhi kualitas udara. Hasil analisis data pengaruh jumlah kendaraan terhadap emisi CO 2 dari uji koefisien regresi, α<0,01 artinya secara nyata jumlah kendaraan bermotor berpengaruh terhadap emis CO 2 dan dari hasil analisis perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 2028865,294 dan F tabel sebesar 6.854. Maka dapat dilihat bahwa F hitung > F tabel dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa H 0 ditolak. Jadi ada hubungan linear antara Jumlah Kendaraan Bermotor dengan Emisi CO 2, dengan persamaan : Y = -94,535+ 14464,558X. Namun secara statistik persamaan ini mempunyai kolerasi yang positif. Adanya korelasi yang positif ini kemungkinan besar disebabkan oleh padatnya kendaraan yang lewat, selain itu kendaraan ini juga sangat bervariasi. Kendaraan baru umumnya pembakaran dalam mesinnya bagus, sehingga kadar CO yang dikeluarkan sedikit. Tetapi tidak demikian dengan hasil uji emisi, sebab ada mobil atau kendaraan baru yang tidak terawat sehingga kadar CO yang dikeluarkan berlebihan. Mobil atau kendaraan tua umumnya banyak mengeluarkan gas CO karena proses pembakaran dalam mesin jelek atau sudah tidak bagus. Tetapi ada juga kendaraan tua yang lulus uji emisi dikarenakan perawatan yang rutin, sehingga kadar CO yang dikeluarkan masih dibawah ambang batas. Pembakaran yang tidak sempurna dari proses pembakaran bahan bakar akan menimbulkan gas CO yang tinggi dan hal ini sering terjadi pada proses pembakaran dari kendaraan bermotor terutama kendaraan yang kurang pemeliharaannya. Selain itu karburator atau injector, saringan udara atau bensin yang kotor, serta kualitas bensin yang rendah juga bisa jadi penyebab meningkatnya CO. 5 4 3 2 1 y = 7E-05x + 0.006 R² = 0.999 0 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Gambar 2. Regresi Linier Jummlah Kendaraan Bermotor dengan Emisi CO 2 55

Koefisien determinasi (R 2 ) memperlihatkan nilai 1,000 yang berarti bahwa 100% perubahan emisi CO 2 dipengaruhi oleh jumlah kendaraan bermotor. Koefisien korelasi Preason (1,000) inilah yang menunjukkan tingkat hubungan yang positif antara variabel jumlah kendaraan dan variabel emisi CO 2. Hal ini sesuai dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang terjadi setiap tahun. Kemudian diperkuat juga dengan hasil uji emisi yang dilakukan pada kendaraan roda empat masih banyak yang tidak lulus uji emisi baik yang berbahan bakar bensin maupun solar, kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Tingginya jumlah kendaraan bermotor disebabkan perkembangan yang pesat di Kota Pekanbaru, sehingga perubahan kondisi ini akan membawa dampak tertentu terhadap peningkatan pencemaran udara. Jumlah kendaraan bermotor yang selalu meningkat pesat setiap tahunnya ini, memang sangat mempengaruhi pencemaran udara khususnya dari hasil pembakaran kendaraan bermotor tersebut yaitu CO dan CO 2. Untuk Kota Pekanbaru sendiri kenaikan terjadi 20 ribu hingga 50 ribu unit setiap tahunnya (Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Riau, 2012). Jika dilihat dari penggunaan kendaraan bermotor yang cukup tinggi, maka gas buang kendaraan bermotor adalah salah satu penyumbang pencemaran udara yang cukup besar karena penyumbang lain seperti pabrik-pabrik yang ada masih minim. Gambar 3. Hasil Uji Odometer Kendaraan dengan Emisi CO 2 Jika dilihat dari hubungan Odometer kendaraan dan tahun pembuatan kendaraan dengan emisi CO 2 yang di ukur, Odometer berpengaruh terhadap emisi CO 2 tetapi tidak mempunyai hubungan yang erat antara variabel Odometer kendaraan dan variabel emisi CO 2. Koefisien 56

korelasi (R) = 0,243, sedangkan R 2 (Koefisien determinasi) = 0,059 atanu 5,9% variabel odometer kendaraan dapat menyebabkan perubahan emisi CO 2 sebesar 5,9% sedangkan 94,1% dijelaskan oleh variabel lain, sehingga persamaan linier yang terbentuk adalah : Y = 95,723 + 0X. 5000 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 y = 0.000x + 95.72 R² = 0.059 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 Gambar 4. Hasil Uji Regresi Hubungan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan Emisi CO 2 Jika dilihat dari hubungan tahun pembuatan kendaraan dengan emisi CO 2, koefisien korelasi terbentuk adalah R= 0,405 yang juga menunjukkan hubungan tidak erat antara variabel tahun pembuatan kendaraan dan variabel emisi CO 2. Dari analisis perhitungan didapat R 2 sebesar = 0,164 atau 16,4% tahun pembuatan kendaraan mempengaruhi emisi CO 2 dan 83,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan linier yang terbentuk adalah : Y = 41464.264-20.613X. Kendaraan tahun rendah (kendaraan tua) sebagian besar mencemari lingkungan artinya emisi gas buangnya sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan, meskipun demikian ada juga kendaraan yang bertahun rendah yang ramah lingkungan. Tetapi, bukan berarti kendaraan yang bertahun tinggi (kendaraan baru) tidak mencemari lingkungan, terbukti pada pengujian kali ini keluaran Tahun 2002, 2005 hingga 2010 pun yang emisi gas buangnya melebihi ambang batas. Hal yang seperti ini bisa terjadi dikarenakan pemakaian yang berlebihan (perjalanan yang ditempuh/keluar kota) sehingga perawatan terhadap kendaraan bermotorpun kurang diperhatikan dan tidak dilakukan perawatan secara teratur. Hasil ini menunjukkan yang berarti masih kurangnya kepedulian masyarakat pengguna kendaraan bermotor terhadap kondisi kendaraannya. Pengaruh jumlah kendaraan bermotor terhadap emisi CO 2 jika dibandingkan dengan pengaruh Odometer kendaraan dan tahun pembuatan terhadap emisi CO 2 maka terlihat jelas bahwa jumlah kendaraanlah yang sangat mempengaruhi emisi CO 2. Sedangkan pengaruh Odometer kendaraan terhadap emisi jika dibandingkan dengan pengaruh tahun pembuatan 57

terhadap emisi CO 2 maka tahun pembuatan lebih berpengaruh terhadap emisi CO 2. Data uji emisi ini memang belum bisa menunjukkan secara pasti berapa sebenarnya jumlah kendaraan roda empat yang lulus uji dan yang tidak lulus uji, karena yang dilakukan uji emisi itu hanya sebagian kecil saja yang baru bisa dilaksanakan disebabkan keterbatasan alat uji emisi serta juga disebabkan oleh pesatnya peningkatan jumlah kendaraan bermotor sehingga tidak bisa menjaring semua kendaraan roda empat yang ada. Namun demikian data uji emisi gas buang ini masih perlu dianalisis lebih dalam lagi dengan lebih banyak data pendukung lain sehingga dapat sebagai pedoman dalam perencanaan kegiatan pengendalian dampak lingkungan khususnya pengendalian pencemaran udara, sehingga dapat dijadikan indikasi awal dalam mengetahui tingkat pencemaran udara khususnya yang berasal dari sektor tranportasi. sebab sampel yang diambil kendaraan yang berbahan bakar solar lebih sedikit yaitu hanya 66 unit kendaraan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dibuat beberapa kesimpulan bahwa kualitas udara berada dalam kategori sedang dimana tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika (Rentang 51-100). Dilihat dari lima tahun belakang nilai ISPU menunjukkan kategori baik lebih mendominasi di setiap tahunnya. Hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan konsentrasi emisi CO 2 adalah linear positif. Dengan model persamaan regresi linear yang terbentuk : Y = 94,535+ 14464,558X. Hubungan odometer kendaraan dengan konsentrasi emisi CO 2 tidak mempunyai hubungan yang erat, dengan model persamaan regresi linear yang terbentuk : Y = 95,723 + 0X. Demikian pula dengan hubungan tahun pembuatan kendaraan dengan emisi CO 2, persamaan linier yang terbentuk adalah : Y = 41464.264-20.613X. Hubungan jumlah kendaraan bermotor dengan konsentrasi emisi CO 2 udara adalah linear positif. Dengan model persamaan regresi linear yang terbentuk : Y = 7E-05x + 0.006. Dan Hubungan odometer kendaraan dan tahun pembuatan kendaraan dengan konsentrasi emisi CO 2 adalah linear negatif. Dengan model persamaan regresi linear yang terbentuk : Y = 9.168E-005x - 19.336x + 38893.617. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru dan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang telah memberikan data dan informasi tentang kualitas udara dan jumlah kendaraan serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini di lapangan. 58

DAFTAR PUSTAKA IPCC. 2006. General Guidance and Reporting Journal of IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, I(2006) Chapter 1 page 1.5. Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI. 2009. Emisi Gas Rumah Kaca DalamAngka. Jakarta. Sastrawijaya, A. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Soedomo, M. 2001. Pencemaran Udara. ITB. Bandung. 59